Kalian yang menikmati serial Stranger Thingspasti akan menikmati The Darkest Minds yang akan segera tayang pertengahan Agustus 2018 di bioskop. Soalnya, produser Stranger Things dan Arrival berada di belakang layar film fiksi ilmiah ‘young adult’ ini. Apalagi yang baca novel trilogi The Darkest Minds, Never Fade, dan In The Afterlight, pasti udah gak sabar dengan adaptasi filmnya.

The Darkest Minds akan menjadi film live-action pertama dari sutradara Jennifer Yuh Nelson yang dikenal lewat franchise Kung Fu Panda. Filmnya diadaptasi dari novel best-selling karya Alexandra Bracken. The Darkest Minds dibuka dengan Amerika yang dilanda kekacauan: 98% populasi anak-anak mati dari penyakit misterius, 2% yang selamat menjadi musuh negara dan memaksa mereka untuk terus lari.

Filmnya dibintangi Amandla Stenber (The Hunger Games) sebagai “Ruby Daly”, Mandy Moore (This Is Us) sebagai “Cate”, Bradley Whitford (Get Out) sebagai “President Gray”, Harris Dickinson (Beach Rats) sebagai “Liam Stewart” Patrick Gibson (The OA) sebagai “Clancy Gray”, Skylan Brooks (Southpaw) sebagai “Chubs”, Miya Cech (American Horror Story) sebagai “Zu”, Lidya Jewett (Hidden Figures) sebagai “Ruby 10 tahun”, dan Gwendoline Christie (Game of Thrones) sebagai “Lady Jane”.



Saat Ruby terbangun di hari ulangtahun ke-10, sesuatu pada dirinya berubah. Sesuatu yang membuat orangtuanya harus mengurung Ruby dan memanggil polisi. Sesuatu yang membuat Ruby dikirim ke Thurmond, “kamp rehabilitasi” brutal milik pemerintah. Ruby mungkin selamat dari penyakit misterius yang membunuh banyak anak di Amerika, tapi dia dan anak-anak lain selamat dengan membawa hal lebih buruk: kemampuan mengerikan yang gak bisa mereka kendalikan.

6 tahun kemudian, Ruby menjadi salah satu yang paling berbahaya. Saat fakta diungkap, Ruby hampir gak selamat dari Thurmond. Dirinya menjadi buron, putus asa mencari East River - tempat perlindungan yang tersisa untuk anak seperti dirinya. Ruby bergabung dengan anak-anak lain yang menyelamatkan diri dari kamp mereka. Pemimpinnya, Liam, jatuh hati pada Ruby. Tapi seberapapun besarnya Ruby ingin mendekat, dia gak mau ambil resiko. Apalagi setelah kejadian yang dialami orangtuanya. Saat mereka tiba, East River dengan pemimpin misteriusnya gak seperti yang mereka bayangkan.

Anak-anak spesial ini dilabeli dengan warna yang berbeda-beda. Orange untuk kekuatan telepati, emas untuk kekuatan electrokinetic, hijau untuk kekuatan intelektual, biru untuk kekuatan telekinetik, dan merah untuk kekuatan pyrokinetic.

Dengan latar belakang animasi dan passion pada Kung Fu dan film action, Nelson adalah sutradara yang ideal untuk mengemudikan petualangan yang dibintangi perempuan ini. Film ini merupakan perjalanan heroperempuan. Nelson dipilih karena ia merupakan sutradara visioner yang juga seorang perempuan sehingga mampu menyisipkan pengetahuan yang mendalam dan intim seputar tema tersebut, bahkan beberapa pengalaman yang serupa.

“Filmnya menceritakan anak-anak yang mampu menggunakan kekuatan untuk bertahan hidup, banyak aksi, tapi juga banyak hati di film ini,” ujar Nelson.

“Jen punya pandangan yang brilian.” Ujar Produser Shawn Levy. “Dia adalah storyboard artist, dan saat kau melihat panelnya, benar-benar indah, tiap panel terasa seperti karya seni, mereka memiliki lingkup dan skala, dan aku pikir orang-orang gak sadar kalau Jen punya sisi ‘dark’.”

“Dia benar-benar suka menelusuri sisi sulit dari sebuah hal, dan aku pikir dia punya estetis yang luar biasa, dari mengerjakan stroryboard dan memang dilatih untuk melakukannya. Setiap gambar dan adegan ada di kepalanya. Benar-benar proses yang luar biasa untuk diikuti.”

Buat yang penasaran dengan peran Gwendoline “Brienne of Tarth” Christie di film ini, ia akan memerankan Lady Jane, orang bayaran yang berburu di jalanan untuk menemukan anak-anak spesial yang kabur. Sepertinya kita akan melihat sisi ‘mengerikan’ dari Christie dalam waktu dekat.

Kalau kamu salah satu dari mereka, segera temukan mereka di bioskop terdekat mulai 15 Agustus 2018.