- Beranda
- Berita dan Politik
Kompetisi sepak bola Indonesia kembali memakan korban
...
TS
gen.unggul
Kompetisi sepak bola Indonesia kembali memakan korban
Quote:
Kompetisi sepak bola Indonesia kembali menelan korban. Muhammad Iqbal Setyawan harus kehilangan nyawanya akibat bentrok antarsuporter kala klub PSIM Yogyakarta bersua PSS Sleman dalam lanjutan Liga 2 Indonesia di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta, Kamis (26/7/2018) sore.
Pemuda berumur 16 tahun itu menghembuskan napas terakhirnya dengan luka di sejumlah titik. "Korban dikeroyok oknum suporter PSIM di luar stadion tak jauh dari pintu nomor 7," ucap Kasat Reskrim Polres Bantul, AKP Rudi Prabowo, dalam Viva.co.id.
Dilansir Tribunnews berdasarkan kisah Oktafa, teman Iqbal yang sama-sama datang ke Stadion Sultan Agung, korban dan kedua kawan lainnya diadang saat hendak keluar stadion menggunakan motor.
"Pertama Edy diadang, diperiksa KTP-nya. Kemudian Angga dan Iqbal," tutur Oktafa. Angga, lanjut Oktafa, berhasil lolos. Namun tidak untuk Edy dan Iqbal. Nahas menimpa dua nama terakhir itu.
"Diduga mereka dikeroyok karena melihat foto-foto dan video di hand phone Iqbal. Iqbal memang suka sepak bola, dia banyak mengoleksi foto-foto dan video sepak bola," ucap Oktafa.
Melakukan pemeriksaan identitas oleh suporter seperti itu sejatinya tak diperbolehkan. Akan tetapi, ini seperti menjadi "standar wajib" bagi oknum masing-masing suporter bila lawan tim kesayangannya adalah klub rival. Dan, laga PSIM dan PSS Sleman merupakan derby Yogyakarta.
Sejak awal, polisi enggan memberikan izin pertandingan untuk laga ini. Hal itu diketahui dari pernyataan Kapolda DIY, Brigjen Ahmad Dofiri, pada Selasa pekan lalu.
Hari itu, pihak kepolisian tengah melakukan pertemuan kelima antar-kedua suporter untuk pertandingan Kamis kemarin. Rentetan pertemuan itu dibuat agar kedua suporter mampu menjaga ketertiban dalam pertandingan tersebut.
Maklum, bila kedua tim bertemu, pasti akan berujung bentrok. Misalnya, di pertemuan terakhir kedua tim, yakni 29 April 2014 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Dalam catatan Media Indonesia, terjadi beberapa kericuhan antarsuporter kala itu.
Kondisi tersebut, menurut Dofiri, tak juga membaik hingga kini. Itulah yang membuat pihak berwajib sebenarnya enggan memberikan izin pertandingan. "Situasinya masih sama seperti itu. Aksi saling cegat sudah terjadi meski tak ada pertandingan," ucap Dofiri, yang sempat menjabat Kepala Polrestabes Yogyakarta pada 2009.
Bila kemudian izin diberikan, hal itu tak lain karena panitia pelaksana pertandingan memenuhi permintaan pihak Kepolisian. Yakni menambah pasukan pengamanan dari 400 menjadi 1.250 petugas.
Namun bertambahnya jumlah petugas pengamanan tak bisa mencegah terjadinya tawuran.
"Saya selaku Ketua Panpel mewakili anggota menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban di pertandingan antara PSIM Yogyakarta vs PSS Sleman," terang Wendy Umar, yang dilansir Tribunnews (H/T Indosport).
Kini, polisi telah menangkap dua terduga pelaku pengeroyokan terhadap Iqbal. Seorang pelaku berinisial LGF (21), ditangkap di rumahnya daerah Sewon, Bantul. Sedangkan seorang lainnya, WTP (19), ditangkap di rumahnya di kawasan Banguntapan, Bantul.
"Kita sudah menangkap dua pelaku. Pelaku masih anak-anak muda," ucap Dofiri, dilansir Merdeka.com. "Kita akan usut tuntas kasus ini. Kemungkinan pelaku bisa bertambah."
Selain satu korban tewas, kericuhan antara pendukung PSIM dengan PSS Sleman itu juga menyebabkan puluhan lainnya luka-luka. Kebanyakan dari mereka mengalami luka lebam dan juga gores.
Pada pertandingan itu sendiri, PSIM berhasil mengalahkan sang tamu dengan skor 1-0. Gol tunggal kemenangan tuan rumah diciptakan kapten tim, Hendika Arga Permana, pada menit ke-76.
Terus berulang
Kejadian tewasnya suporter dalam dunia sepak bola Tanah Air bukanlah berita baru. Bahkan, bisa dibilang, saban tahun tetap ada korban jatuh.
Tahun 2018 ini saja, Iqbal bukan korban pertama. Pada pertengahan April lalu, seorang Aremania--sebutan untuk suporter Arema FC--bernama Dimas Dhuha Ramli, tewas kala menyaksikan laga Arema FC vs. Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Tahun lalu, korban jiwa akibat rivalitas klub sepak bola di Indonesia juga terjadi. Ricko Andrean dan Rizal Yanwar Putra menjadi suporter yang tewas karena perseteruan antarkelompok.
Terus berulangnya kejadian seperti ini mendapat perhatian dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). Menurut Ketua BOPI, Richard Sambera, pihaknya akan memanggil PSSI sebagai regulator kompetisi dan PT Liga Indonesia Baru sebagai operator.
"Kami mengecam tindakan kekerasan suporter yang berujung ada korban jiwa. Ini harus segera ditindaklanjuti dan kami akan panggil PSSI juga PT LIB," kata Richard.
Pemuda berumur 16 tahun itu menghembuskan napas terakhirnya dengan luka di sejumlah titik. "Korban dikeroyok oknum suporter PSIM di luar stadion tak jauh dari pintu nomor 7," ucap Kasat Reskrim Polres Bantul, AKP Rudi Prabowo, dalam Viva.co.id.
Dilansir Tribunnews berdasarkan kisah Oktafa, teman Iqbal yang sama-sama datang ke Stadion Sultan Agung, korban dan kedua kawan lainnya diadang saat hendak keluar stadion menggunakan motor.
"Pertama Edy diadang, diperiksa KTP-nya. Kemudian Angga dan Iqbal," tutur Oktafa. Angga, lanjut Oktafa, berhasil lolos. Namun tidak untuk Edy dan Iqbal. Nahas menimpa dua nama terakhir itu.
"Diduga mereka dikeroyok karena melihat foto-foto dan video di hand phone Iqbal. Iqbal memang suka sepak bola, dia banyak mengoleksi foto-foto dan video sepak bola," ucap Oktafa.
Melakukan pemeriksaan identitas oleh suporter seperti itu sejatinya tak diperbolehkan. Akan tetapi, ini seperti menjadi "standar wajib" bagi oknum masing-masing suporter bila lawan tim kesayangannya adalah klub rival. Dan, laga PSIM dan PSS Sleman merupakan derby Yogyakarta.
Sejak awal, polisi enggan memberikan izin pertandingan untuk laga ini. Hal itu diketahui dari pernyataan Kapolda DIY, Brigjen Ahmad Dofiri, pada Selasa pekan lalu.
Hari itu, pihak kepolisian tengah melakukan pertemuan kelima antar-kedua suporter untuk pertandingan Kamis kemarin. Rentetan pertemuan itu dibuat agar kedua suporter mampu menjaga ketertiban dalam pertandingan tersebut.
Maklum, bila kedua tim bertemu, pasti akan berujung bentrok. Misalnya, di pertemuan terakhir kedua tim, yakni 29 April 2014 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Dalam catatan Media Indonesia, terjadi beberapa kericuhan antarsuporter kala itu.
Kondisi tersebut, menurut Dofiri, tak juga membaik hingga kini. Itulah yang membuat pihak berwajib sebenarnya enggan memberikan izin pertandingan. "Situasinya masih sama seperti itu. Aksi saling cegat sudah terjadi meski tak ada pertandingan," ucap Dofiri, yang sempat menjabat Kepala Polrestabes Yogyakarta pada 2009.
Bila kemudian izin diberikan, hal itu tak lain karena panitia pelaksana pertandingan memenuhi permintaan pihak Kepolisian. Yakni menambah pasukan pengamanan dari 400 menjadi 1.250 petugas.
Namun bertambahnya jumlah petugas pengamanan tak bisa mencegah terjadinya tawuran.
"Saya selaku Ketua Panpel mewakili anggota menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban di pertandingan antara PSIM Yogyakarta vs PSS Sleman," terang Wendy Umar, yang dilansir Tribunnews (H/T Indosport).
Kini, polisi telah menangkap dua terduga pelaku pengeroyokan terhadap Iqbal. Seorang pelaku berinisial LGF (21), ditangkap di rumahnya daerah Sewon, Bantul. Sedangkan seorang lainnya, WTP (19), ditangkap di rumahnya di kawasan Banguntapan, Bantul.
"Kita sudah menangkap dua pelaku. Pelaku masih anak-anak muda," ucap Dofiri, dilansir Merdeka.com. "Kita akan usut tuntas kasus ini. Kemungkinan pelaku bisa bertambah."
Selain satu korban tewas, kericuhan antara pendukung PSIM dengan PSS Sleman itu juga menyebabkan puluhan lainnya luka-luka. Kebanyakan dari mereka mengalami luka lebam dan juga gores.
Pada pertandingan itu sendiri, PSIM berhasil mengalahkan sang tamu dengan skor 1-0. Gol tunggal kemenangan tuan rumah diciptakan kapten tim, Hendika Arga Permana, pada menit ke-76.
Terus berulang
Kejadian tewasnya suporter dalam dunia sepak bola Tanah Air bukanlah berita baru. Bahkan, bisa dibilang, saban tahun tetap ada korban jatuh.
Tahun 2018 ini saja, Iqbal bukan korban pertama. Pada pertengahan April lalu, seorang Aremania--sebutan untuk suporter Arema FC--bernama Dimas Dhuha Ramli, tewas kala menyaksikan laga Arema FC vs. Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Tahun lalu, korban jiwa akibat rivalitas klub sepak bola di Indonesia juga terjadi. Ricko Andrean dan Rizal Yanwar Putra menjadi suporter yang tewas karena perseteruan antarkelompok.
Terus berulangnya kejadian seperti ini mendapat perhatian dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). Menurut Ketua BOPI, Richard Sambera, pihaknya akan memanggil PSSI sebagai regulator kompetisi dan PT Liga Indonesia Baru sebagai operator.
"Kami mengecam tindakan kekerasan suporter yang berujung ada korban jiwa. Ini harus segera ditindaklanjuti dan kami akan panggil PSSI juga PT LIB," kata Richard.
SUMBER
BARBAR BIADAB
ini akibat kebanyakan hasilin anak tapi ga mampu di didik
akhirnya anaknya jadi BARBAR BIADAB seperti ini
---------------------------------------------------------------
oh ya
harus bawa bukti pertumbuhan penduduk dulu
daripada ada orang bego yg ga punya fakta
hanya bawa bawa fitnahan
0
1.7K
Kutip
31
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
676.5KThread•46.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya