Aldo sedang galau, ia menangis di sudut kamar karena baru saja dikhianati. Lalu seekor cicak yg merasa iba menghampirinya.
(A: Aldo, C: Cicak)
C: Hei, kenapa nangis?
A: Hah? Kamu bisa bicara?
C: Bisa dong.
A: Apa aku sudah gila ya? (bergumam pada dirinya sendiri, tetapi cicak bisa mendengarnya)
C: Tuh liat deket lampu, teman2 aku pada gosipin aku gila juga karena bicara pada kamu.
Aldo mengangguk melihat kerumunan cicak tumpang tindih sedang memandang mereka.
A: Apa yg mereka bicarakan?
C: Entahlah, aku tak mengerti bahasa mereka.
A: Trus kenapa kamu beranggapan mereka sedang gosipin kamu?
C: Sorot mata mereka yg mengandung tawa merendahkan.
A: Tenang cak, yg penting kita ga benar2 gila kan?
C: Entahlah, aku bimbang. Tadi kenapa kamu menangis?
A: Aku galau sampai tak bisa menghalau air mata, karena pacar aku selingkuh, tunangan aku selingkuh, istri ku juga selingkuh, semuanya selingkuh. Huaaaa (menangis lagi)
C: Sudah sudah, ga usah nangis lagi. Gimana kalau aku panggilin temen aku buat ngobatin sakit hati kamu?
A: emang siapa teman kamu itu?
C: Namanya Dr. Erick. Tunggu disini ya. Jangan kemana2. Aku mau manggil dia dulu.
Cicak pun merayap secepat kilat. Aldo masih terpuruk di sudut kamar, masih menangis.
Tak lama kemudian cicak kembali membawa temannya yg masuk lewat jendela yg terbuka. Setelah disuntik oleh Dr. Erick, Aldo tertidur pulas sekali.
C: Wah kamu hebat, Rik, bikin dia langsung sembuh galaunya.
U: Iya dong, siapa duluuu. Dr Eriiiick.
C: Makasih ya. Ngomong-ngomong obat apa yg kamu suntikin? Trus kapan bangunnya tuh orang?
U: Sama-sama. Aku cuma nyuntik pake neurotoksin dgn dosis sederhana, ga tau sih kapan bangunnya, yg penting kan sedihnya udah berenti. Ya udah aku pamit dulu, mau pindah ke Kostarika. Daaaahhhh.
Cicak itu pun melambaikan tangannya sambil memandang kagum pada temannya.

Dr. Erick pun keluar lewat jendela tadi.