Pernah melihat pagelaran musik? Siapa sponsor utamanya? Ya. Merk Rokok. Pernah lihat event Olahraga? Apa sponsor utamanya? Lagi-lagi rokok. Event Drag Race, Moto Race? Rokok juga yang jadi sponsor utama. Sampai acara dangdut di Pantura juga menggunakan merk rokok untuk sponsornya. Ternyata banyak event yang dibiayai oleh perusahaan rokok. Bahkan ada sekolah bulutangkis, yang jelas-jelas olahraga untuk kesehatan jantungpun disupport oleh produsen rokok. Jadi jelas disini, rokok selain dibenci, ternyata rokok juga menjadi senjata pamungkas untuk menutup pengeluaran dana sebuah event.

Rokok adalah penyumbang terbesar kematian di belahan bumi ini. Kanker paru-paru, kanker tenggorokan dan gagal jantung yang diakibatkan oleh rokok menjadi momok utama para perokok, termasuk perokok pasif. Bahkan salah satu Enthusiast Berita Politik Kaskus pun harus meninggalkan dunia yang fana ini karena asap rokok meskipun dia bukan perokok. (To : Aghilfath, semoga tenang dan mendapat ampunan disana ya bro.)

Jika ada yang menganggap bahwa bahaya rokok lebih kecil dari bahaya ganja, salah! Nyatanya bahaya rokok itu berkali-kali lipat bahayanya dibanding ganja.
Kandungan zat berbahaya dari sebatang rokok itu jika dibandingkan dengan selinting ganja ibarat ikan paus berbanding ikan teri.
4000 zat racun berbahaya ada di sebatang rokok.

Kandungan zat racun dalam sebatang rokok

Lalu, meskipun sudah tahu begitu banyak kandungan zat berbahaya dalam sebatang rokok, mengapa orang tetap saja merokok? Banyak alasannya, dan rata-rata tidak masuk diakal. Dari alasan inspirasi gak jalan, bikin tenang, sampai gaya hidup, bisa jadi alasan. Dari mulut asem habis makan kalau gak ngerokok, sampai boker gak bisa keluar kalau gak ngerokok.

Berdasarkan survey beberapa lembaga survey independent, diketahui bahwa 45% remaja usia 13-19 tahun adalah perokok. Itu tahun 2015. Bisa jadi sekarang lebih banyak lagi dan lebih turun lagi rentang usianya, karena sekarang sering ditemukan anak seusia SD sudah merokok. Sementara survey tahun 2017, sepertiga penduduk Indonesia adalah perokok aktif.

Bila kita menilik pada cukai rokok, saat ini cukai rokok sebesar 57%. Dan berdasarkan UU, cukai rokok masih bisa naik lagi sebesar 85%! Ini akan membuat sebatang rokok jadi mahal, bahkan sebungkus rokok paling rendah harganya, bisa berharga 50.000 Rupiah, dan termahal bisa 120.000 Rupiah. Lantas apakah hal ini memberatkan? Tidak juga. Nyatanya berdasarkan survey juga, justru 76% dari perokok aktif menyetujui naiknya harga rokok. Alasan mereka agar mereka berpikir untuk berhenti merokok? Percaya? Kagak! Pasti ada aja alasan untuk membeli rokok. Padahal perokok aktif ditemukan di segmen masyarakat golongan menengah kebawah. Ini artinya benar menurut data BPS bahwa rokok adalah pemyumbang terbesar kemiskinan di Indonesia, karena berdasarkan hasil pendataan, diketahui pengeluaran utama maayarakat ekonomi rendah adalah beras diposisi pertama sebesar 26,46%, dan kedua adalah rokok sebesar 11,53%.

Bahkan rokok juga dianggap sebagai penyumbang terbesar beban negara. Pada tahun 2013 saja dibutuhkan dana 378 Triliun untuk beban konsumsi tembakau, dan ditenggarai membunuh 235.000 orang berdasarkan data tahun 2013.

Repotnya, bisnis rokok juga diakui menyumbang 96,11% dari penerimaan cukai bagi negara.

Akhirnya, semua memang tergantung kepada negara. Larangan merokok ditempat umum benar telah berjalan. Tapi iklan rokok di media massa masih teramat longgar. Sponsor event olahragapun seharusnya dilarang total.

Dan yang utama, naikkan harga rokok dengan memberlakukan cukai sebesar 85%, agar para perokok tak lagi rokok, tapi berganti jadi menghisap jempol!

========