PROLOG

“ Ketika tidak ada lagi ruang di Neraka,
mereka yang mati akan berjalan di muka Bumi,”

Kelelahan, kehausan, ketakutan…
Tiga hal itu jadi pemandu kami dalam perjalanan menerobos lautan kesengsaraan ini.
Setidaknya kami masih memegang… harapan, meski entah sampai kapan.
Aku penasaran, kejutan apa yang akan kami terima lagi setelah ini.

Tiga hari terakhir adalah palu raksasa bagi kami,
setiap harinya menghantam keras kewarasan,
semakin dalam terpuruk.
Mimpi buruk dan realita tak lagi memiliki batas.

Semua orang sakit,
mereka yang sakit kembali lagi,
bukan sebagai manusia,
tapi sebagai entitas yang bagi ku, lebih keji dari manusia.

Selama ini kita mengabaikan kenyataan,
kali ini kenyataan yang menghajar tepat ke wajah kita.
“Mana mungkin orang mati kembali berjalan lagi?”
Pernyataan yang mungkin sekarang terdengar naif.

Mereka bukan lagi manusia, mereka tidak sakit.
Mereka telah mati, tidak ada lagi jiwa di dalamnya,
Mereka bukan manusia,
mereka adalah hukuman alam untuk keserakahan manusia.

Mereka membanjiri jalanan,
memenuhi kota,
mencabik-cabik dengan lahap siapapun yang masih bernyawa.

Namaku Ariansyah Ibrahim,
doa ku saat ini hanya satu,
Tuhan, lindungi aku dan keluargaku,
bawa kami keluar dari kemurkaan alam yang kau kuasai.