Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

soekirmandiaAvatar border
TS
soekirmandia
Fuad Bawazier Kritik Ekonomi Era Jokowi Bikin Tekor
Fuad Bawazier Kritik Ekonomi Era Jokowi Bikin Tekor

Selasa, 03/07/2018 08:08 WIB
 
Fuad Bawazier Kritik Ekonomi Era Jokowi Bikin Tekor
Fuad Bawazier kritisi melemahnya rupiah di era pemerintahan Jokowi. (AFP PHOTO / AGUS LOLONG)

Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier menilai keoknya nilai tukar rupiah tak semata-mata disebabkan oleh kondisi perekonomian global. 

Pasalnya, menurut Fuad, lebarnya defisit transaksi berjalan Indonesia adalah biang kerok utama dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

"Defisit atau ketekoran inilah sumber utama melemahnya rupiah terhadap dolar. Jadi, jangan bingung atau terus menerus menyalahkan ekonomi global dan sebagainya," ujar Fuad dalam pernyataan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, akhir pekan lalu.

Fuad memperkirakan mata uang Garuda masih akan terus melemah. Pekan ini, kurs rupiah sempat menembus level Rp14.300 per dolar AS.

Lihat juga: Tak Cuma BI, Pemerintah Juga Perlu Ikut Redam Gejolak Rupiah

"Mungkin saja ada waktu-waktu tertentu rupiah seperti menguat, tetapi itu hanya sementara saja dan selanjutnya akan melemah lagi. Jadi kalau ditarik garis lurus atau berjangka relatif panjang, pergerakan rupiah akan terus melemah," jelasnya.

Menurut Fuad, penguatan rupiah dimungkinkan oleh intervensi BI, misalnya dengan mengerek suku bunga acuan atau operasi moneter di pasar valas.

"Tetapi semua 'obat kuat' itu bukannya tidak berisiko. Menaikkan bunga akan memberatkan perekonomian kita dan semakin sulit bersaing dengan negara lain. Intervensi valas akan menggerus cadangan devisa kita yang terus menurun," imbuh dia.

Lihat juga: Rupiah Lesu ke Level Rp14.213 di tengah Pilkada Serentak 2018

Berdasarkan data Bank Indonesia, per kuartal I/2018, defisit transaksi berjalan mencapai US$5,5 miliar atau 2,1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Angka itu melebar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, US$2,4 miliar atau satu persen dari PDB. Tahun ini, Fuad memperkirakan defisit transaksi berjalan mencapai US$25 miliar. 

Defisit transaksi berjalan, lanjut Fuad, terjadi akibat defisit neraca perdagangan yang berasal dari nilai impor yang melampaui ekspor dan defisit neraca transaksi jasa. Berdasarkan data BPS, per Mei 2018, neraca perdagangan Indonesia defisit mencapai US$1,52 miliar.

Fundamental ekonomi yang lemah tersebut juga diikuti dengan defist Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tahun ini, pemerintah menargetkan defisit APBN sebesar 2,19 persen

"Jadi, praktis ekonomi Indonesia ini defisit atau tekor dari semua jurusan," katanya. 

Lihat juga: Rizal Ramli Ungkap Sebab Jokowi Bisa 'Tumbang'

Pemerintah telah mencoba menutupi defisit valuta asing (valas) dengan berbagai cara. Salah satunya, menambah utang valuta asing. Namun, menurut Fuad, cara tersebut tidak sehat bahkan bisa menjerumuskan.

"Utang valas pemerintah dan swasta, termasuk BUMN yang konsisten naik tajam juga mulai mengkhawatirkan kreditur pada umumnya bahwa jangan-jangan ke depannya Indonesia akan kesulitan atau gagal bayar utang," terang dia.

Di lain pihak, pasar juga melihat ketergantungan ekonomi Indonesia pada barang impor terutama pangan dan energi yang mau tidak mau akan membutuhkan valas.

"Mampukah kita menyetop impor gandum yang secara de facto sudah menjadi pengganti pangan beras? Saya kira, rakyat akan kesulitan atau bahkan "kelaparan"," ujarnya.

Lihat juga: Menko Darmin Sebut Penguatan Rupiah Belum 'Pasti'

Respons Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pembahasan APBN diklaim masih berjalan dengan baik, meski nilai tukar rupiah yang terus tersungkur terhadap dolar AS. Bahkan menurutnya, depresiasi nilai tukar berkesempatan menambah pundi penerimaan negara.

Dia menuturkan depresiasi rupiah disertai kenaikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) tentu mempertebal Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor migas.

Jika penerimaan naik, maka ada peluang defisit APBN bisa ditekan dari target saat ini yaitu 2,19 persen terhadap produk Domestik Bruto (PDB).

Lihat juga: Sri Mulyani Khawatir Tekanan Global Bisa Gempur Investasi

"Memang, secara defisit ini sudah disetujui 2,19 persen dari PDB, tapi kalau harga minyak naik dan rupiah ini bikin PNBP meningkat. Kalau murni dari situ, malah defisit bisa mengecil. Jadi kalau disebut bahwa APBN bisa jalan, buktinya masih bisa jalan," terang Sri Mulyani di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (2/7).

Dengan defisit yang masih sesuai target, ia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menambah utang baru di luar target yang ditetapkan di dalam APBN. Termasuk tidak menambah utang dalam bentuk valuta asing.

"Ini berdasarkan Undang-Undang (UU) APBN dan ini info publik," jelasnya.

Depresiasi rupiah sudah semakin akut sejak awal tahun ini. Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat, rupiah telah terdepresiasi 5,8 persen sejak awal tahun. 

Lihat juga: Pariwisata Digenjot Tutup 'Kantong Bolong' Neraca Dagang

Kebijakan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve yang berencana meningkatkan suku bunga acuan The Federal Reserve lebih dari tiga kali tahun ini dianggap menjadi biang keladinya.

Meski demikian, pemerintah tidak mau menyalahkan kebijakan tersebut. Ia menganalogikan kondisi ini seperti gempa bumi yang besar, namun tentu tidak akan makan korban jiwa asal diantisipasi dengan benar. 

Makanya, dalam kebijakan anggaran ke depan, pemerintah akan melakukan relaksasi fiskal bagi pelaku usaha demi mengimbangi kebijakan stabilisasi yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. 

"Supaya tidak memberikan dampak yang besar, kami akan lakukan relaksasi atau support. Dengan demikian, kami akan melakukan adjustment terhadap shock ini, namun dampak dalam negeri bisa diminimalisasi," jelas dia. 

Beberapa waktu lalu, Sri Mulyani pernah menyatakan pelemahan rupiah merupakan hal wajar dan merupakan penyesuaian nilai tukar yang normal. 

"Jadi kami lihat dulu, selama ini (pergerakan nilai tukar) mencerminkan suatu fundamental dan kekuatan ekonomi yang tidak berubah atau bergerak jauh dari faktor positifnya, ya kami akan lihat ini sebagai adjusment yang normal," tutur Sri Mulyani.

Lihat juga: Sri Mulyani Sebut Pemerintah Fokus Perkuat Cadangan Devisa

Namun, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menuding Sri Mulyani sengaja membiarkan rupiah anjlok ke angka Rp14.400.

"Saya kira, Bu Sri Mulyani mempercepat Pak Jokowi jatuh kali ya," tambah Ferry.

Ferry menyebut kondisi sekarang lebih parah ketimbang krisis moneter di 1998. Pasalnya saat itu rupiah anjlok, tapi usaha di akar rumput masih kuat. Sementara, rupiah anjlok disertai hancurnya usaha UMKM sehingga tinggal tunggu waktu soal krisis moneter. 

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180630113514-532-310356/fuad-bawazier-kritik-ekonomi-era-jokowi-bikin-tekor


Rizal Ramli Ungkap Sebab Jokowi Bisa 'Tumbang'

Sabtu, 30/06/2018 04:52 WIB
 
Fuad Bawazier Kritik Ekonomi Era Jokowi Bikin Tekor
Rizal Ramli menilai tim ekonomi pemerintah tak mampu mengatasi kondisi ekonomi saat ini, sehingga ia khawatir itu menjadi bumerang bagi Jokowi. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli mengaku khawatir Presiden Joko Widodo 'tumbang' karena tak mampu atasi krisis ekonomi. Rizal menilai tim ekonomi di belakang Jokowi tak mampu mengatasi perekonomian yang kian memburuk.

"Saya mohon maaf Pak Jokowi, saya mau katakan tim ekonomi Pak Jokowi tidak mampu mengatasi situasi seperti ini. Jangan-jangan Pak Jokowi juga lewat nanti," ucap Rizal saat ditemui di Universitas Bung Karno, Jakarta, Jumat (29/6).

Rizal mengklaim sudah keliling Indonesia dan mendengar keluhan rakyat soal ekonomi yang memburuk, lapangan kerja sempit, dan nilai tukar rupiah yang ambruk.


Rizal menilai sekarang rakyat semakin cerdas. Hal ini menurutnya berdasarkan hasil Pilkada Serentak 2018 yang memperlihatkan partai penguasa kalah telak di Jawa.

"Partai-partai besar yang tadinya kuasai Jawa ditinggal pemilih karena melupakan garis ideologisnya. Misalnya melupakan garis ideologi nasionalis, terhadap Trisakti," sebut Rizal.

Rizal Ramli datang bersama dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Keduanya memenuhi undangan Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno yang didirikan oleh Rachmawati Soekarnoputri.

Selain keduanya, Amien Rais dan sejumlah Duta Besar juga turut hadir dalam acara itu.

Bukan kali ini Rizal memberikan 'peringatan' kepada Jokowi. Sebelumnya pada Mei 2018, mantan Ketua Bulog tersebut menyebut khawatir terjadi perubahan kekuasaan yang lebih cepat di Indonesia sebelum 2019.

Rizal mengaku merasakan adanya kesamaan gejala krisis yang terjadi saat ini dengan 20 tahun lalu. Perubahan kekuasaan di akhir Orde Baru itu dipicu oleh krisis kepercayaan, ekonomi, pangan, dan moneter dalam waktu bersamaan.

"Kalau kita tidak hati-hati hari ini mulai ada krisis kepercayaan ada krisis ekonomi mulai ada gejala awal krisis moneter dan kalau tidak hati-hati ada keresahan juga dari berbagai kelompok yang merasa tidak aman dan nyaman," kata Rizal, kala itu.

"Tapi kadang-kadang ada hal-hal yang susah dihindari karena banyak sekali blunder, banyak sekali salah langkah yang menimbulkan antipati dan membuat suasana makin sulit, dan kebijakan moneter dan juga ekonomi yang slide down itu bisa menimbulkan masalah-masalah yang di luar dugaan," katanya.

https://www.cnnindonesia.com/nasiona...-bisa-tumbang?

---------------------------

Wayahe tumbang, yaa tumbang dengan sendirinya ...

emoticon-Lempar Bata
0
1.4K
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.