Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kabar.kaburAvatar border
TS
kabar.kabur
Ustaz Abdul Somad: Jangan Tanya Lagi Kebesaran Aceh
Ustaz Abdul Somad: Jangan Tanya Lagi Kebesaran Aceh
Jamaah kusyuk mendengarkan tausiah Ustaz Abdul Somad, di Lapangan Tugu, Darussalam, Banda Aceh, Selasa (3/7/2018).



SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ustaz Abdul Somad (UAS) Lc MA mengatakan, Aceh memiliki nama besar dan masa lalu yang agung, terutama karena kiprah para ulamanya, juga karena ulamanya menghormati raja dan antara raja dengan ulamanya akrab.
Kekompakan dan harmonisnya hubungan antara ulama dengan umara itu bahkan diabadikan oleh pengelana dunia asal Maroko, Ibnu Batutah, dalam catatan perjalanannya ke Sumatra pada abad 14.

"Ibnu Batutah mencatat bahwa Raja Aceh memberikan gajah dan kuda sebagai kendaraan para ulama. Kalau sekarang, kendaraan gajah itu ya setara mobil Alphard-lah," gurau UAS saat menyampaikan tausiah agama di Lapangan Tugu Darussalam Banda Aceh, Selasa (3/7/2018) menjelang siang.

Ustaz Abdul Somad: Jangan Tanya Lagi Kebesaran Aceh
Tausiah agama oleh Ustaz Abdul Somad Lc MA dalam rangka Silaturahmi Keluarga Besar Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dilaksanakan di Lapangan Tugu Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam, Banda Aceh, Selasa (3/7/2018) pukul 08.30-11.00 WIB (Foto: Kolase Serambinews.com)


Dosen UIN Riau ini diundang sebagai penceramah tunggal mengisi acara Silaturahmi Keluarga Besar Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang dihadiri sekitar 40.000 undangan dan pengunjung.

Acara ini terselenggara atas kerja sama Unsyiah dengan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah, Pengurus Masjid Jamik Kopelma Darussalam, dan Ikatan Keluarga Alumni Timur Tengah (IKAT) Perwakilan Aceh.

Menurut UAS, saat kuliah S2 di Maroko dia sempat membaca catatan perjalanan Ibnu Batutah ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke Aceh.

"Saya lihat dan baca sendiri buku itu di Maroko. Sekarang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Rihlah Ibnu Bathutha. Jadi, Aceh ini sudah terkenal sejak berabad lampau," ujarnya.


UAS juga menyatakan bahwa Aceh, khususnya Kerajaan Samudera Pasai, pernah membawahkan kerajaan-kerajaan di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Sumatera Utara.

Di antaranya adalah Kerajaan Serdang dan Asahan. UAS sendiri mengaku berasal dari Asahan meski bekerja sebagai akademisi di Riau.

"Ya begitulah Aceh dengan masa lalunya. Orang Banten pernah besar, orang Minangkabau juga pernah besar. Kalau Aceh jangan ditanya lagi kebesarannya," kata UAS.

Ia juga menyebut Aceh sebagai daerah yang paling menghargai ulama.

Buktinya, kalau di Riau nama universitasnya menabalkan nama daerahnya (Riau), universitas di Sumatera Utara dinamakan USU, tapi universitas tertua di Aceh justru namanya diambil dari nama ulama besar, Syiah Kuala atau Abdurrauf As-Singkily.

"Ini menandakan, orang Aceh lebih mencintai ulamanya daripada daerahnya," kata UAS.


Saat ini, lanjut UAS, Aceh bukan saja dikenal sebagai daerah modal perjuangan, tapi juga satu-satunya daerah model di Indonesia yang menjalankan Islam di alam demokrasi.
"Kita tidak hidup di negara Islam. Tapi di Acehlah syariat Islam bisa tegak dan dilaksanakan secara kafah di tengah iklim demokrasi. Maka siapa pun yang datang kemari dia harus menghormati Islam karena Islam adalah identitas Aceh dan di sini juga ada wilayatul hisbah," kata UAS.

Menurut UAS, saat berceramah di luar Aceh dia sering mempromosikan Aceh sebagai daerah bersyariat Islam.
P
"Di depan sejumlah gubernur saya pernah katakan kalau mau perbankannya berkah, belajarlah ke Aceh karena di Aceh Bank Pembangunan Daerahnya sudah dikonversi total menjadi bank syariah dan labanya besar," ujar UAS disambut tepuk tangan hadirin.

Ia mengajak masyarakat Aceh tetap konsisten menjaga kemurnian syariat Islam di daerah ini.

Berperilakulah selalu sebagai muslim dan muslimah yang taat. Jangan sampai saat orang luar datang ke Aceh yang dia dapati justru hal yang berbeda dari apa yang saya promosikan tentang Aceh selama ini.

"Tolonglah bela-bela saya. Cukup buktikan saja bahwa apa yang saya sampaikan di luar tentang Aceh sama dengan yang didapati orang luar saat berkunjung ke daerah Serambi Mekkah ini," kata UAS.

Ia mengaku, selama kariernya sebagai penceramah, di Acehlah dia paling sering berceramah dan yang hadir selalu ramai.

"Sudah hampir sepuluh rencong saya dapat sebagai cendera mata dari Aceh. Tapi keris di kiri, rencong di kanan, dompet di kantong bisa juga hilang," kelakar UAS.

Sepanjang satu jam tausiahnya, UAS berkali-kali berkelakar. Meski di bawah terik matahari, tak ada pengunjung beranjak dari tempat duduk atau tempat berdirinya sampai UAS mengakhiri tausiahnya dengan seuntai doa.

Dari Lapangan Tugu Darussalam, UAS didampingi Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal dan Ketua IKA Unsyiah, Sulaiman Abda MSi, bertolak naik mobil ke areal kebun kurma di Blangbintang, Aceh Besar untuk shalat Zuhur dan makan siang di sana.

Setelah itu, UAS melanjutkan safari dakwahnya bersama IKAT ke beberapa daerah lainnya di Aceh. (*)



http://aceh.tribunnews.com/2018/07/0...-aceh?page=all


0
3.2K
51
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.