Hallo ketemu lagi bareng TS ...



Sejak kita dilahirkan ke dunia sejatinya kita sudah belajar mendengar suara-suara. Mendengar tawa bahagia orang disekitar kita bahkan sebelum kita lahir, kita sudah dapat mendengar suara dan paling akrab dengan suara detak jantung ibu kita. Detak jantung ibu adalah suara yang paling menenangkan untuk bayi.



Dan juga untuk pertama kalinya kita bersuara yaitu dengan tangisan, menangis karena kelak kita akan menjalani kejamnya kehidupan. Jika tidak menangis biasa bayi dipaksa untuk menangis karena tangisan adalah tanda kesehatan indra bayi. Katanya sih begitu ...


Sesungguhnya suara itu tidak bisa diredam apalagi dipenjara. Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata, ialah yang mengajari aku bertanya, "kenapa? Why gitu lho ... why?" atas segala pertanyaan tak terjawab.



Kata juga bisa menjadi senjata untuk kita, kita bisa membunuh seseorang hanya dengan kata. Kalau kata pepatah "Mulutmu, Harimamu" semakin diasah pisaunya semakin sukses bikin hati seseorang berdarah-darah.

Tapi memang benar, dosa yang paling kejam itu menyakiti seseorang dengan kata-kata. Kenapa? Karena setiap kata yang terucap kita tidak bisa menariknya kembali. Lebay ...

Di sisi lain pepatah mengatakan "Diam itu emas" buang kata-katamu ke tengah laut, berhenti jadi tukang gosip karena itu hanya akan menjadikanmu toksit. Kau akan menghadapi gejolak hidup, kau akan dipaksa memakai sepatu semen dan dibuang ke tengah laut. Jika kalian tidak ingin kehidupan seperti itu, maka kalian harus menyegel setiap perkataan.

Diam adalah suatu yang positif, diam bisa menjadi aktivitas berpikir yang lebih berfokus ke dalam diri seseorang atau ketenangan yang memberi diri sendiri waktu untuk mengamati dan berpikir dan mendengarkan dunia di sekitar.

Apakah selamanya diam itu emas? Kalau menurut ane tidak!
Karena kata-kata itu seperti kentut kalau ditahan rasanya pasti tidak enak, eh sekali kelepasan pasti baunya kemana-mana. Siapa yang mampu menghentikan nyanyian bimbang dari lidah jiwa kita, yaitu hati nurani kita?

Kita memang harus bicara untuk mengungkapkan kebenaran yang akan menyelesaikan masalah. Dalam situasi yang kritis, kita harus berani angkat suara. Berani bicara yang membawa perbaikan. Karena jika kita terus diam dalam sebuah masalah yang sedang melanda, kita bisa disebut penakut ataupun pengecut.