Ketimpangan Skuad: Dibalik Tumbangnya 3 Negara Unggulan Sepakbola Dunia
TS
rhsrofiq
Ketimpangan Skuad: Dibalik Tumbangnya 3 Negara Unggulan Sepakbola Dunia
Di dalam sepakbola pasti ada kalanya kalah, ada kalanya menang. Bahkan bukan hanya di dalam sepakbola, permainan apapun selalu ada penyematan antara yang menangdan yang kalah. Ada saatnya yang hebat menang dan terus menang, ada juga yang kalah dan terus kalah.
Namun, ada satu saat yang amat jarang ketika yang selalu kalah dapat menang melawan yang selalu menang. Ada hal yang agaknya jarang menjadi perhatian kita dan jarang kita pahami.
Seperti apa yang mantan pelatih Arsenal katakan:
Quote:
"Tak penting seberapa sering Anda terjatuh, yang penting seberapa cepat Anda mampu bangkit" - Arsene Wenger
Dan akhirnya, hal itu pula yang terjadi di Piala Dunia 2018. Banyak kejutan yang terjadi dengan tumbangnya beberapa negara unggulan. Malapetaka yang terjadi dari 3 negara unggulan tersebut memang telah tercium dari awal kompetisi. Berikut beberapa hal terkait kegagalan 3 negara unggulan sepakbola dunia tersebut.
Spoiler for spoiler 1:
1. Argentina
Kenyataan bahwa Argentina adalah kekuatan besar sepakbola tidak bisa diragukan. Kelolosannya ke perdelapan final juga membangun semangat tim tango untuk terus meningkatkan asa meraih juara piala dunia 2018. Namun, kembali lagi Dewi Fortuna nampaknya belum berpihak pada tim tersebut. Setelah sempat dramatis dan terseok-seok di fase grup. Akhirnya, Argentina harus angkat koper di perhelatan terbesar sepakbola sedunia.
Pasalnya, hal yang paling krusial di timnas tersebut adalah kekuatan pertahananyang jomplang dibanding penyerangannya yang bisa dikatakan terlalu mumpuni. Apalagi ada Lionel sang messi-ah yang begitu kuat dalam membangun serangan Argentina. Dibantu dengan Angel Di Maria sebagai penyerang sayap. Hampir tidak ada cacat di sisi penyerangan Argentina.
Hal ini berkebalikan dengan pertahanannya yang selalu kerepotan menghadapi gempuran-gempuran tim lawan. Apalagi Willy Cabalero yang di pertandingan pertama dan kedua, kerap melakukan blunder yang tentunya merugikan keseluruhan tim. Selain itu, ketidakpaduan antara dua fullback Marcos Rojo dan Nicolas Otamendi juga menjadi kerugian besar buat Tim Tango. Hal ini, dibuktikan dengan kekalahanya dengan Perancis yang mana kedua bek tersebut selalu gagal mengantisipasi serangan dari Perancis. Akibatnya, Mbappe lolos dari perhatian mereka.
Spoiler for Spoiler 3:
3. Spanyol
Kekalahan Spanyol atas tuan Rumah Rusia sangat mnegejutkan. Walaupun pertandingan harus ditentukan lewat adu pinalti,agaknya memang Spanyol tidak dalam performa terbaiknya di Piala Dunia 2018. Hal ini dikarenakan pergantian pelatih yang sangat terbilang dadakan, yaitu beberapa hari sebelum perhelatan sepakbola tersebut digelar. Julen Lopetegui menjadi pembuat malapetaka Spanyol dimulai, pasca perpindahannya ke Real Madrid.
Seperti terpengaruh, David De Gea menjadi kiper yang tidak seperti biasanya. Hal ini juga bisa disebabkan karena pelatih Julen Lopetegui (yang dulunya kiper) tidak membersamai Spanyol. Pertahanan Spanyol di fase grup sebetulnya tidak buruk dan juga tidak baik sekali. Tim matador tersebut hanya seperti kehilangan sosok kiper seperti Iker Casillas, yang membuat para bek mempercayainya. De Gea seperti tenggelam di Piala Dunia 2018, aksi heroiknya bersama Manchester United berbanding terbalik di timnas Spanyol.
Selain itu, ketidakdisiplinan dan kekurang kompakan antara Sergio Ramos dan Gerard Pique kerap pula terjadi. Apalagi, gol pinalti Rusia dikarenakan ketidakdisiplinan Pique yang sengaja menyentuh bola dengan tangan. Dan dimulailah malapetaka bagi Spanyol. Saat adu pinalti pula, De Gea rasanya tidak terlalu siap dan selalu gagal menghalau. Hanya ada 1 save dari 7 tembakan. Akhirnya Spanyol harus mengakui kemenangan tuan rumah Rusia dengan muka lesu.
Spoiler for Spoiler 2:
2. Portugal
Portugal menjadi favorit juara kala menahan imbang kekuatan Spanyol di laga pertama fase grup. Saat itu Portugal mampu menahan imbang Spanyol dengan 3-3. Tak tanggung-tanggung Christiano Ronaldo menjadi mimpi buruk Spanyol dengan hatrickyang dibuatnya di laga tersebut. Magic Ronaldo juga berlaku di pertandingan setelahnya. Ia selalu mencetak gol di pertandingan fase grupnya.
Seakan tidak bertahan lama, kekuatan Magic Ronaldo akhirnya harus usai saat melawan Timnas Uruguay. Ronaldo juga tidak mampu mencetak gol ke gawanng Muslera. Ketidakmampuannya itulah yang mengakibatkan Portugal harus mengakui kehebatan Suarez dkk. Sebab, Portugal memang sangat Ronaldo-sentris. Jadi saat Ronaldo tak mampu mencetak gol, maka malapetaka bagi Portugal.
Ketimpangan antara penyerangan dan pertahanan juga dialami oleh Portugal. Adanya Pepe sebagai bek tengah agaknya masih kurang mampu untuk membendung penyerangan Uruguay. Jika dibanding lawannya, Portugal bisa dianggap kurang memiliki pertahanan sekuat Godin dan Jimenez di kubu sebelah. Selain itu, Rui Patricio yang mengawal gawang Portugal, kurang mampu mangantisipasi tiap serangan yang dilakukan Uruguay, terutama pada saat gol sundulan pertama Edinson Cavani.
Sebaik apapun di klub, memang saat membela timnas ada hal yang berbeda. Saat di klub memiliki rekan yang kuat di segala lini, namun terkadang di timnas hanya dia seorang yang diandalkan. Hal itu yang terkadang menjadi dilema dari pemain-pemain terbaik dunia. Itulah yang akhirnya mengurangi performa pemain tersebut.
Seyogyanya, tim sepakbola harus memiliki strategi yang baik dalam mengorganisasi tim. Bukan hanya menciptakan super-man, tetapi harus menciptakan super-tim.