22 tahun lalu artis legendaris Benyamin Sueb meninggal dunia. Beberapa minggu sebelumnya dia jatuh terkapar saat bermain bola untuk memeriahkan agustusan.

“Babe memang suka main bola dan kali ini dia ikut untuk memeriahkan 17 Agustusan,” kata putranya, Biem Benyamin kala itu, dikutip dari detik.com.

Benyamin dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Lokasi itu sesuai dengan wasiatnya yang ingin dikuburkan disamping makam sahabat sekaligus gurunya, Bing Slamet.

Pemakaman artis serba bisa yang lahir dari pasangan “gado-gado” Jawa-Betawi itu dihadiri oleh ribuan orang, termasuk para pejabat. Setidaknya ada empat menetri yang turut menghadiri pemakaman Benyamin,

Menteri Penerangan Harmoko, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Azwar Anas, Menteri Tenaga Kerja Abdul Latief, serta Menteri Pemuda dan Olahraga Hayono Isman.

“Dia seniman yang sangat merakyat, yang pantas mendapatkan penghormatan besar di akhir hidupnya,” kata Harmoko.

Benyamin semasa hidupnya memang dekat dengan para pejabat, terlebih setelah aktif dalam kampanye Golkar. Bersama Pance F. Pondaag, Melky Goeslaw, Titiek Puspa, dan Ari Wibowo, Pria yang akrab disapa Ben pernah membuat album musik untuk kampanye Golkar, Golkar-mu, Golkar-ku. Di album itu, ia menyanyikan lagu Coblos Nomer Dua.

Benyamin saat itu sangat terkenal sehingga diincar oleh partai lain juga sebagai juru kampanye. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) salah satu yang mengaku terus terang berniat merekrut Benyamin untuk diajak manggung berkeliling daerah pada Pemilihan Umum 1977. Namun kalah sigap serta tak mampu menyaingi kekuatan uang dari Golkar.

Baca Juga: TNI Bakal Gelar Nobar Film G30S/PKI, Begini Komentar Mendagri

Semenjak itu, Ben cukup menjadi semakin dekat dengan orang-orang dilingkungan kekuasaan. Hingga pada suatu hari Ben dipanggil oleh Presiden Soeharto ke Cendana.

Benyamin mengajak Wiryanto, sahabatnya yang menjabat sebagai Manajer Pemasaran Adiasa Film, perusahaan milik Soewoto Soekendar. Ben biasa memanggil Wiryanto dengan sebutan Kife.



“Saya yang nganter, yang nyopirin ke Cendana selepas maghrib,” Wiryanto, dikutip dari detik.com, Sabtu (16/9/2017).

Wiryanto mengaku kaget dengan tawaran yang diberikan kepada Benyamin. Presiden Soeharto ketika itu meminta Benyamin menjadi Menteri Penerangan.

“Saya lihat Bang Ben cengar-cengir saja.” kisah Wiriyanto.

Tak disangka, Benyamin menolak tawaran tersebut. Ben mengaku jika dirinya tidak mampu menahan godaan jika jadi pejabat.

“Saya kagak berani, Pak Presiden. Saya orangnya belum kebal, suka kagak tahan godaan. Nanti kalau ada yang dateng bawa duit lima karung, gimana? Masak saya tolak, he-he-he…. Ditolak mubazir, saya terima jadi korupsi, dong,” Wiryanto menirukan jawaban Benyamin kepada Presiden Soeharto.

Presiden Soeharto hanya tersenyum mendengar jawaban Benyamin. Namun Wiriyanto sempat merasa heran dengan jawaban yang diberikan oleh Benyamin, ia merasa sahabatnya itu melewatkan tawaran yang bagus.

“Kenape ditolak? Kalau Bang Ben jadi menteri, biar saya yang jadi sekretaris jenderalnya. Saya akan urus semuanya,” kata Wiryanto.

Benyamin menjawab ringan pertanyaan Wiryanto itu. Ia mengatakan jika dirinya tak mau masuk politik. “Kagak mau. Gua ogah main politik. Gue kagak bisa boong.”

Meski demikian, cerita mengenai tawaran dari Presiden Soeharto tersebut tak pernah didengar oleh pihak keluarga. “Saya nggak pernah dengar…. Tapi, dengan Menteri Penerangan Harmoko, dia memang dekat,” kata Benny Pandawa, salah satu anak Ben.

Menurut Pandawa, ayahnya tidak hanya dekat dengan Harmoko, namun juga kerap diundang ke Cendana dan Bina Graha, kantor Presiden Soeharto.

Pandawa mengatakan jika ayahnya memang tidak suka berpolitik, meski sudah berkali-kali ditawari untuk jadi anggota DPR.

“Babe cinta banget sama dunia musik dan seni sampai nggak rela ninggalin.” jelasnya.

http://www.suratkabar.id/52850/infot...an-mengejutkan

BANG BEN, EMANG RAKYAT BIASA YG SEDERHANA
TAPI DIA TIDAK TERGODA OLEH UANG



TIDAK DGN POLITIKUS ZAMAN NOW YG DEMEN KENTIT UANG RAKYAT