skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Saat Jurusan Kuliah Tak Sesuai Dengan Dunia Kerja

Sempat viral tentang rumitnya Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2018, terutama pada mata pelajaran matematika, sebenarnya baru titik permulaan saja dari seabrek kerumitan hidup lainnya. Sebab, setelah dinyatakan lulus dari SMA, ujian tidak serta merta berhenti. Ada tahapan selanjutnya yang tak kalah sangarnya. Dulu namanya Sipenmaru, lantas diganti UMPTN pada tahun 1989, berubah lagi pada tahun 2001 menjadi SPMB, kemudian pada tahun 2008 berganti menjadi SBMPTN.

Walah ribet! Orang kita emang gemar mengganti-ganti istilah. Untungnya Mak Sipon tetap setia dengan nama nasi rawon untuk branddagangannya. Termasuk Cak Udin yang jualan soto Lamongan dijalan Gajayana Malang depan kuburan, ndak ikut-ikutan mengganti istilah soto menjadi nama lain. Soto ya soto.

Terlepas apapun nama dan sebutannya, kesimpulannya adalah sebuah ujian seleksi untuk masuk perguruan tinggi negeri bagi anak-anak yang lulus SMA. Disini, faktor kedewasaan belum teruji benar.

Setelah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, yang durasi serta tujuannya menjadi mahasiswa tergantung niat masing-masing individu, maka tibalah saatnya melakukan ujian pada jenjang berikutnya. Momok bagi sebagian besar mahasiswa, yaitu skripsi. Sudah tahu kisah klasik tentang skripsi? Ya, skripsi adalah cobaan sekaligus ujian hidup level 1.

Sesudah skripsi kelar dan dinyatakan lengkap tanpa revisi, inklusif ucapan terimakasih untuk orangtua, pacar, teman, obat maag, mie instan dan kawan-kawan, tibalah saatnya wisuda.

Lantas bila wisuda sudah berlangsung, apakah ujian telah selesai? Belum kawan. Karena wisuda bisa diibaratkan duduknya pengantin baru dipelaminan (jones harap bersabar). Nikmatnya sehari doang. Ujian hidup yang sebenarnya baru saja dimulai. Yakni mencari pekerjaan!

***
Bagi yang berniat berwiraswasta, tentu tidak perlu repot untuk melemparkan lamaran pekerjaan ke berbagai instansi. Tak usah pula membayangkan horornya suasana berdesak-desakan demi mengambil nomor antrian jelang pembukaan lowongan kerja menjadi PNS. Demikian pula yang memiliki orangtua tajir melintir dimana harta warisan tidak akan habis oleh 7 turunan, 7 tanjakan, dan 7 simpangan.

Namun, cerita berbeda berlaku bagi lulusan perguruan tinggi yang masih berharap mendapatkan pekerjaan disebuah perusahaan. Karena harus diakui, mindset para sarjana, masih berkutat dalam sebuah pemikiran, bahwa kerja itu dikantor. Termasuk saya. Lupakan lainnya. Meski fakta nantinya mengharuskan terciptanya sebuah rutinitas, yakni berangkat pagi serta pulang sore, namun itulah yang disebut kerja. Apakah lalu dengan mendapatkan pekerjaan ujian selesai? Belum. Masih ada persoalan lainnya. Sebab level 2 baru saja dimulai.

Bagi para sarjana yang telah menyelesaikan masa baktinya dikampus dengan segala lika-likunya, tentu sebagian besar memiliki cita-cita bekerja atau mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latarbelakang pendidikannya. Untuk mereka yang beruntung, mungkin saja mendapatkan pekerjaan yang memang sesuai dengan apa yang selama ini digeluti dikampus.

Misalkan, teruntuk anak Fakultas Ilmu Administrasi (gedungnya bersebelahan dengan fakultas Hukum Brawijaya), jika harus mengurusi hal ikhwal per-administrasian perusahaan, hal ini tentu tidak menjadi masalah. Lha wong itu makanan sehari-hari dikampus selain burjo kayungyun.

Akan tetapi tidak semua beruntung seperti kakek legendaris Sugiono asal Jepang. Selalu dapat yang bening-bening. Ada kalanya, bahkan lebih banyak para sarjana yang mendapatkan pekerjaan berbeda dengan background pendidikannya semasa dikampus.

Contoh, yang lulusan teknik mesin menjadi Sales Eksekutif Otomotif, kemudian yang tamatan fakultas Hukum, alih-alih menjadi advokat, malah jadi kolektor. Lah!? Nyambungnya dimana?

Atau yang sewaktu kuliah mengambil jurusan Geodesi, malah jadi admin. Piye jal? Tapi jadi admin diperusahaan jauh lebih bermartabat ketimbang cuman jadi admin digrup WA. Setuju ya?

Dan, disinilah salah satu ujian hidup yang sesungguhnya dimulai. Level 3!



***
Bekerja dengan totalitas pada departemen yang nggak nyambung dengan latarbelakang pendidikan sewaktu kuliah adalah sebuah tantangan tersendiri. Selain, emang gak diterima ditempat lain. Pada tahapan ini, (bukan tahapan produk dari sebuah bank), dibutuhkan respons adaptasi dan fleksibilitas tingkat dewa dalam menghadapi tuntutan perusahaan.

Sisi positif bekerja tidak sesuai dengan jurusan saat kuliah adalah bertambahnya wawasan dan ilmu baru. Kadang, fakta yang saling bertolakbelakang ini justru semakin mematangkan sikap kedewasaan seseorang. Dalam proses ini, jika ingin tetap survive, tentunya karyawan dituntut secara tidak langsung untuk terus belajar hingga menyesuaikan dengan ritme kerja diperusahaan.

Sebagai misal, bagi yang ketika kuliah mengambil jurusan tipe "sosial", seperti akuntansi, hukum, dan lain sebagainya, tentu harus mengerahkan segenap kemampuan untuk bisa menguasai aplikasi GIS, bahasa pemrograman borland C++, Arcgis dan lain-lain, ketika diterima bekerja diperusahaan berbasis Information and Technologyalias IT seperti pengalaman saya dan teman-teman.

Terbayang bagaimana serunya mengkonversi data yang sifatnya unique, memecahkan rumus aplikasi, hingga pada titik klimaknya sukses menghasilkan sebuah script meski sangat sederhana. Selain seru, otak juga bakalan senantiasa dibuat merinding disko.

Kesimpulannya, jika berhasil akan membuat pekerja merasa puas lahir dan batin, atau kemungkinan terburuk psikisnya tertekan dan mengajukan surat pengunduran diri. Daripada muntab dan gila sebelum masanya. Percayalah, pada akhirnya, semua manusia berpotensi menjadi gila. Jika sudah gila, maka game over.



Semua pekerjaan apapun itu bidangnya, pada dasarnya bisa dipelajari jika memang niat bekerja. Ada baiknya sedikit menggeser pemikiran idealis harus mendapatkan pekerjaan berdasarkan latarbelakang pendidikan. Apalagi dapur bisa tetap ngebul dengan catatan ada pemasukan.

Wawasan pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan formil, hanyalah sekian persen dari ilmu yang bisa didapatkan berdasarkan pengalaman nyata didunia kehidupan.

Keadaan seperti ini, seakan dipertegas dengan sistem pendidikan di Indonesia yang belum mampu mencetak lulusannya menjadi insan yang siap menciptakan lapangan pekerjaan baru. Ditambah sistem soal ujian yang banyak menerapkan sistem pilihan berganda. Dengan demikian, daya nalar untuk berimprovisasi seakan dipersempit hanya untuk memoloti jawaban soal yang terdiri dari pilihan A, B, C, D, dan E. Jika beruntung, ada bonus jawaban "Semua Jawaban Benar".

Andai mentok gak tahu harus menjawab apa, mulailah menggunakan insting dukun. Semua kancing baju dihitung. A, B, C, D, E. Diulang lagi sampai kancing kemeja habis. Maka jawaban akan ditentukan oleh alphabet terakhir yang terpilih tanpa harus berpikir.

Bagi pembaca yang selesai tuntas membaca tulisan saya, dan kenyataan hidupnya persis seperti ilustrasi ini, nggak usah berkecil hati. Terutama yang baru saja mendapatkan trainingbekerja dan posisi yang ditempati gak sama dengan jurusan kuliah. Tetaplah bekerja dengan semangat dan etos tinggi. Menjaga integritas, core value dan asahlah kemampuan serta skil yang ada didalam diri agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak perusahaan.

Banyak ilmu dan pengetahuan berserakan didepan mata. Bahkan kadang hal demikian tidak kita temukan dalam lingkup pendidikan formil. Percayalah, semua pekerjaan bisa kita kerjakan sepanjang ada kesempatan, dan kita bersedia untuk belajar. Bahkan untuk pekerjaan yang beresiko tinggi seperti menyikat gigi buaya sekalipun bisa dipelajari.

Asal jangan pekerjaan yang mengharuskan untuk mengajari ikan berenang saja. Atau jadi pegawai PLN dengan gaji menggiurkan, tapi disuruh jadi alat penangkal petir di SUTET. Daripada edan, mending jadi wirausahawan.



Semoga sukses!
©Skydavee

Sumber gambar: google
Diubah oleh skydavee 09-05-2018 12:07
0
26.6K
245
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.