malam,
sudah beberapa puluh tahun lamanya Israel dan sepupu Palestinanya berkonflik yang berlangsung sampai dengan saat ini, salah satu episode dalam konflik tersebut terjadi pada tahun 1972 diawali dari pembantaian atlet Israel di olimpiade Munich yang juga dikenal dengan tragedi Black September.
thread ini pengen bercerita sepintas tentang peristiwa tersebut dan kejadian sesudahnya yaitu pembalasan oleh Israel yang melibatkan Mossad dalam usahanya untuk mengejar pelaku dan perancang tragedi tersebut.
mudah mudahan belum repost dan bisa jadi bacaan yang menghibur, thanks.
Quote:
Olimpiade 1972: Musim Panas Indah yang Mengerikan
Kegembiraan pada pesta olahraga di München lenyap setelah kelompok teroris menyerang kontingen Israel di Perkampungan Olimpiade.
“Dengan ini saya membuka Olimpiade di München 1972 untuk merayakan Olimpiade modern ke 20!“, demikian Presiden Jerman Gustav Heinemann pada acara pembukaan Olimpiade München pada 26 Agustus 1972.
Musim panas yang begitu indah di tahun 1972, saat Olimpiade ke 20 digelar. Jerman kembali menjadi tuan rumah setelah Olimpiade Berlin 1936. Belum pernah sebelumnya Olimpiade digelar dengan begitu ceria, gembira dan beranekaragam. Dunia kembali melayangkan padangan pada negara demokrasi yang masih muda, Jerman Barat.
“Ini merupakan kesempatan yang baik untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Jerman sekarang berbeda dibanding pada tahun 1936 saat Olimpiade di Berlin. Jerman kini, satu negara yang damai dan ramah,” dikatakan Presiden Komite Olimpiade Jerman Willy Daume.
Prestasi Olimpiade
Gema dan gelora Olimpiade terasa diseluruh pelosok negeri. Demam Olimpiade melanda Jerman. Warga tidak saja duduk di depan televisi menyaksikan para atlet dunia bertanding, tapi mereka juga turun ke lapangan, ke tanah kosong atau ke jalanan, di desa, di kota, turut menggelar pertandingan. Sarana olahraga yang terbatas tidak menghalangi warga untuk merasakan keriangan pesta olahraga terbesar dunia.
Jerman Barat merayakan kemenangan pahlawan olahraga mereka. Melawan atlet-atlet Sovyet, Amerika Serikat atau Jerman Timur, sebenarnya atlet Jerman Barat bisa dikatakan tidak memiliki peluang. Tapi dalam olahraga kejutan selalu terjadi. Jerman Barat bersorak saat lemparan lembing Klaus Wolfermann melayang dan mendarat dua centimeter lebih jauh dari lawannya asal Uni Sovyet – medali emas bagi Klaus Wolfermann.
Kejutan lain juga terjadi saat Ulrike Meyfarth, yang kala itu baru berusia 16 tahun, mampu memecahkan rekor dunia lompat tinggi dan meraih medali emas. Sampai sekarang Ulrike Meyfarth merupakan atlet pemenang medali emas Olimpiade termuda dalam cabang perorangan.
Dan satu emas yang fenomenal juga direbut tim hockey putra Jerman Barat. Petinju yang hampir sama sekali tidak diperhitungkan, Dieter Kottysch, mampu mengalahkan lawannya di final. Di cabang atletik, Heide Rosendahl mempersembahkan dua medali emas dan satu perak. Satu prestasi luar biasa diraih Jerman Barat, yang secara keseluruhan merebut 40 medali, 13 diantaranya emas.
Awan Hitam di München
Apa yang terjadi selanjutnya juga tidak dapat dipercaya: teror di Perkampungan Olimpiade, serangan, penyanderaan, pembunuhan – impian akan Olimpiade yang damai dan penuh warna berakhir. Berita mengejutkan bagi dunia setelah operasi pembebasan sandera mengalami kegagalan: 11 sandera asal Israel, seorang polisi Jerman dan lima teroris tewas. Olimpiade di München berakhir dengan kekerasan yang brutal.
Teroris bertopeng yang fanatik dan membabibuta, orang-orang yang tertegun dan menangis, politisi dan pejabat olahraga yang kehilangan akal – gambar tayangan televisi dan foto-foto tersebut tersebar ke seluruh dunia. Foto seorang menteri Jerman yang menawarkan diri sebagai pengganti bagi sandera Israel, foto para polisi yang putus asa dan tak beradaya- semuanya terukir dalam ingatan.
Satu nama yang mungkin tidak akan pernah terlupakan: Moshe Weinberg. Tanggal 5 September 1972, pukul 5 pagi, pelatih gulat Israel ini berdiri berhadapan langsung dengan para teroris. Pengorbanan nyawa pelatih berusia 32 tahun ini memungkinkan diselamatkannya beberapa atlet Israel. Mungkin ia lah satu-satunya pahlawan dari Olimpiade München 1972.
Olimpiade Dilanjutkan
Jerman dilanda kebingungan dan kekacauan. Hanya beberapa jam setelah serangan teroris, 80.000 orang memadati Stadion Olimpiade München untuk mengikuti upacara berkabung. Presiden Jerman Gustav Heinemann berusaha menggambarkan keadaan, “Tidak ada lagi ketenangan yang ceria. Wajah orang-orang kini menunjukkan ketidakberdayaan dan ketakutann. Kami tercengang melihat kejahatan yang benar-benar keji.”
Sebelum upacara berkabung dilakukan sudah diputuskan bahwa Olimpiade akan terus dilanjutkan, “Pertandingan harus dilanjutkan,” dikatakan Preisen Komite Olimpiade Internasional Avery Brundage. Satu keputusan yang melahirkan kontroversi di dunia. Tidak semua atlet berniat melanjutkan persaingan untuk merebut medali. Beberapa atlet dari berbagai negara pulang ke negara mereka.
Tragedi di München tahun 1972 masih menyisakan kengerian bagi banyak orang, juga bagi Gober Lindlau, jurnalis dan penulis Jerman, ”Saat itu, yang paling menyedihkan bagi saya adalah bahwa kembali orang Yahudi dibunuh di Jerman – bukan oleh kita tapi oleh teroris. Dan kita dengan tidak berdaya hanya mampu menyaksikan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.”
artikel pics asli di
http://www.dw.de/olimpiade-1972-musi...kan/a-16218258
PERISTIWA "BLACK SEPTEMBER"
Di pagi hari tanggal 5 September 1972, enam anggota kelompok bersenjata yang dikenal sebagai Black September mengenakan pakaian atlet Olimpiade negara-negara Arab dan melompat pagar yang mengelilingi camp Olimpiade di Munich, Jerman, membawa tas penuh dengan senjata. Meskipun penjaga melihat mereka, para penjaga menduga mereka adalah atlet karena atlet sering melompati pagar selama kompetisi untuk kembali ke tempat tinggal mereka.
Setelah berubah menjadi penyamaran, kelompok bersenjata , yang membawa senapan mesin, menerobos masuk ke apartemen dari 21 atlet dan pejabat Israel. Yossef Gutfreund, wasit gulat mencoba untuk mencegat kelompok bersenjata ini keluar, menyelamatkan Tuvia Sokolovsky, yang mampu memanjat keluar jendela dan melarikan diri. Di apartemen lain, Moshe Weinberg ditembak 12 kali tapi masih berhasil melukai salah satu teroris dan menyelamatkan nyawa salah satu rekan tim mereka.
kelompok ini berhasil mengambil sembilan sandera sebelum menuntut pembebasan 234 tahanan-yang kebanyakan adalah kelompok perlawanan Palestina. Tuntutan yang awalnya di tolak, tapi akhirnya disepakati bahwa tawanan dan sandera akan dibawa ke bandara Furstenfeldbruck dengan helikopter dan diberi pesawat.
Pemerintah Jerman merencanakan penyergapan di bandara, penempatan penembak jitu di sekitar landasan pacu dan petugas di pesawat. Namun, rencana tersebut berantakan ketika petugas di pesawat, khawatir tentang kurangnya persiapan,. Penembak jitu yang disiapkan tidak mampu menjangkau secara efektif seluruh kelompok bersenjata dengan baik, sebagian karena Jerman tidak menyadari bahwa dua teroris lainnya telah bergabung dengan serangan Black September.
Akhirnya penyergapan dilakukan. Tiga anggota kelompok bersenjata di tembak , tapi yang lain bisa bersembunyi dari jangkauan penembak jitu. Salah satu melemparkan granat ke sebuah helikopter di mana lima sandera masih diikat, langsung membunuh mereka semua. Anggota bersenjata yang lain menembakkan senapan mesin ke dalam helikopter lain, membunuh para sandera yang tersisa.
Dua puluh jam setelah peristiwa Black September di mulai , seorang pejabat polisi Jerman, 5 orang Palestina, dan 11 atlet Israel terbaring mati. Tiga kelompok bersenjata yang selamat dipenjara tapi dibebaskan sebulan kemudian ketika orang-orang Arab membajak sebuah Lufthansa 727 dan menuntut pembebasan mereka.
Beberapa hari setelah peristiwa tragis di Olimpiade, Israel membalas dengan serangan udara terhadap Suriah dan Lebanon, menewaskan 66 orang dan melukai puluhan. Selain itu, Israel mengirim pasukan pembunuh untuk memburu anggota kelompok bersenjata, sementara pasukan Israel menerobos perbatasan Lebanon, memicu pertempuran terberat sejak Perang Enam Hari tahun 1967.
artikel pic asli di
http://rizalariyan.blogspot.com/2014...september.html
Quote:
Organisasi Black September
Kelompok teroris Black September
Ketika pejuang Palestina makin kesulitan melancarkan aksi serangan teror terhadap pesawat-pesawat komersial Israel karena penjagaan yang sangat ketat, mereka mulai menyasar target di luar Israel. Salah satu organisasi kelompok teroris Palestina yang paling gencar menyerang Israel adalah Black September. Organisasi ini adalah organisasi teroris yang tidak disetujui lagi operasinya oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), karena pergerakan mereka terlalu berani dan terlalu kejam. Akibatnya malah merugikan Palestina sendiri, yang sedang memperjuangkan kemerdekaan nya. Meskipun telah di diskualifikasi dari PLO, Black September ternyata kerap melakukan aksi teror mereka.
Tindakan yang membuat rakyat Palestina dan dunia Arab berang adalah ketika Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) melancarkan pembajakan pesawat secara besar-besaran pada September 1970. PFLP yang dipimpin oleh George Habash pada 10 September berhasil membajak 3 pesawat sekaligus, pesawat tersebut sedang melakukan penerbangan di sebelah utara Aman, ibukota Yordania. Uniknya pesawat-pesawat komersial yang dibajak bukan pesawat Israel, melainkan pesawat Boeing B747 Pan American Penerbangan 93 (Brusel – New York). Boeing B707 TWA Penerbangan 741 (Frankfurt – New York), dan DC-8 Swissair penerbangan 100 (Zurich – New York). Ketiga pesawat yang dibajak tersebut, dengan total penumpang 400 orang, kemudian dipaksa mendarat di Zarka, Yordania. Dan langsung ditawan oleh puluhan teroris bersenjata. Lantaran tidak ada satu pun penumpang warga negara Israel di pesawat-pesawat tersebut, teroris PFLP meminta agar semua rekan-rekannya yang sedang ditahan di penjara Israel untuk dibebaskan.
Akibat ulah pembajakan oleh PFLP yang merupakan aksi terbesar dan menggemparkan dunia. Bukan hanya Israel yang dibuat berang, tapi dunia Internasional juga sangat marah dan mengutuk aksi pembajakan tersebut. 400 orang penumpang yang berada didalam pesawat-pesawat tersebut diancam akan diledakkan jika permintaan PFLP atas pembebasan rekan-rekannya tidak dipenuhi. Aksi ini jelas merupakan tindakan kejam yang tidak bisa diterima akal sehat. Selain bermaksud untuk membebaskan rekan-rekannya, mereka juga berniat untuk memanfaatkan AS, Inggris, dan Swiss, sebagai negara yang secara politik bisa menekan Israel. Militer Israel sebenarnya sudah tidak sabar lagi untuk melaksanakan operasi guna membebaskan para sandera yang ditawan. Namun Menteri Pertahanan Israel, Moshe Dayan ternyata lebih memilih menggunakan cara damai daripada menggunakan cara militer yang diyakininya merupakan langkah yang tepat dan lebih aman untuk dilakukan.
Cara yang ditempuh militer Israel adalah menahan sekitar 450 orang Palestina yang memiliki hubungan kerabat dengan kelompok teroris PFLP. Operasi penahanan berlangsung semalam itu ditujukan untuk mengancam balik para pembajak. Jika mereka melukai para sandera, sanak saudara para teroris yang saat itu berada dalam tahanan Israel akan terancam. Pembajak akhirnya membebaskan semua sandera yang berada di dalam pesawat, namun sebelum mereka pergi, mereka membakar 3 pesawat. Aksi pembakaran pesawat itu jelas membuat penguasa Yordania, Raja Hussein murka karena kelompok PFLP telah melakukan tindakan semau mereka di negeri orang. Raja Hussein yang merasa dilecehkan lalu memerintahkan Pasukannya, Legiun Arab, untuk mengusir dan membunuh orang-orang Palestina yang bermukim di perkampungan Yordania. Tindakan kejam legiun Arab terhadap warga negara Palestina pada 15 September ternyata memunculkan dendam baru. Beberapa Orang Palestina yang berhasil meloloskan diri dari kejaran kelompok legiun Arab, melarikan diri ke Suriah, Lebanon, kemudian berhasil membentuk kelompok baru yang mereka namakan Black September. Sebagai organisasi teroris yang kemudian berhasil membangun jaringan Internasional, Black September pun terus menggalang kemampuan untuk melancarkan serangan teror terhadap musuh abadinya, Israel.
MUNICH MASSACRE
Dua tahun berselang, Black September kembali melancarkan aksi besar-besaran mereka dengan sasaran orang-orang Israel. Pada 5 September 1972, tujuh orang anggota Black September meloncati pagar keamanan di perkampungan atlet olimpiade di Munich, Jerman. Ketujuh anggota tersebut melengkapi diri dengan senjata AKM, Pistol Tokarev, dan beberapa granat tangan. Dengan gerakan mereka yang sangat terlatih, mereka bergerak menuju gang bernama Konnollystrasse 31. Yaitu tempat dimana para atlet olimpiade Israel menginap. Setelah menguasai gedung mereka dengan cepat menyergap atlet-atlet Israel. Setelah melalui perlawanan singkat, 2 atlet Israel terbunuh, 11 atlet Israel berhasil di sandera, dan beberapa di antaranya berhasil melarikan diri. Black September langsung mengumumkan tuntutannya yang sebenarnya sangatlah klasik. Mereka meminta agar Israel membebaskan 234 anggota Black September yang ditahan. Tak hanya menuntut Israel, mereka juga meminta kepada Pemerintah Jerman agar membebaskan rekan teroris profesional mereka, yakni; Ulrike Meinhof dan Andreas Baader, untuk segera dibebaskan dari penjara Jerman. Mereka juga meminta pesawat, yang akan mereka gunakan untuk kabur melarikan diri dari Jerman.
Berita penyanderaan di Munich oleh kelompok Black September itu langsung mengguncang Israel karena Mossad sudah menduga aksi serangan teroris terhadap kontingen Israel sangat mungkin terjadi. Semula Mossad bahkan sudah mempersiapkan pengawalan khusus sekaligus mempersenjatai para atlet Israel. Namun karena Pemerintah Jerman menjamin keamanan untuk semua atlet, meskipun sangat kesal, Mossad kemudian membatalkan rencananya untuk mengawal dan mempersenjatai mereka. Kini Israel meresa kesulitan karena aparat keamanan Jerman yang dianggap kurang pengalaman berniat membebaskan para sandera melalui tindakan militer.
Setelah melalui perundingan yang melelahkan dan tak kunjung mencapai kesepakatan. Pemerintah Jerman akhirnya sepakat untuk mengeluarkan anggota Black September dan tawanan nya yang disandera untuk keluar dari Jerman. Para teroris dan sandera yang ditawan lalu dibawa menuju pangkalan udara militer di Munich menggunakan 2 helikopter. Setibanya di pangkalan udara Munich, mereka sudah ditunggu pesawat Lufthansa yang tampaknya dipersiapkan untuk mengangkut anggota Black September untuk keluar dari Jerman.
OPERASI YANG GAGAL
Pesawat Lufthansa yang sudah dipersiapkan untuk mereka, sebenarnya didalamnya terdapat para personil keamanan Jerman yang siap melumpuhkan para teroris dan sekaligus melakukan penyelamatan terhadap para sandera yang ditawan. Sementara itu di sudut-sudut pangkalan udara telah bersiaga beberapa orang penembak jitu yang telah bersiaga dan siap untuk melumpuhkan para pembajak. Setelah helikopter mendarat di pangkalan, 4 anggota Black September langsung bergerak menuju pesawat Lufthansa. Sementara anggota Black September lainnya dan para sandera tetap berada di dalam helikopter dengan keadaan mesin yang masih menyala.
Bergeraknya empat anggota teroris tersebut menuju Lufthansa sama sekali di luar dugaan. Aparat kepolisian dan militer Jerman yang masih belum berpengalaman dalam melaksanakan operasi semacam ini kemudian menjadi panik dan kurang kordinasi. Penembak jitu yang telah bersiaga di sudut-sudut pangkalan segera melepaskan tembakan, tetapi karena kurang profesional akhirnya tembakan pun meleset dan kemudian keempat anggota teroris tersebut membalas tembakan dan sempat terjadi baku tembak. Keempat teroris tersebut akhirnya berhasil dirobohkan setelah ditembaki dari berbagai arah.
Sementara itu, keempat anggota Black September lainnya yang berada di helikopter tidak panik setelah rekan-rekan mereka dilumpuhkan dari berbagai arah. Mereka lalu melompat keluar dari helikopter dan dengan sigap menghancurkan dua helikopter yang berisi para sandera dengan lemparan granat tangan mereka. Helikopter pun meledak dan menewaskan semua sandera yang berada didalamnya. Operasi yang dilakukan aparat keamanan Jerman akhirnya gagal total. Selain semua sandera dan empat anggota teroris tewas, satu personel kepolisian Jerman juga tewas. Namun pihak yang paling malu dan terpukul atas peristiwa ini adalah kepala Mossad, Zwi Zamir. Apalagi saat operasi penyelamatan sandera dilakukan, tak ada satu pun agen Mossad yang terlibat di dalam operasi. Ketika Zwi Zamir tiba di lokasi, semua sudah terlambat, dan yang bisa disaksikannya adalah sisa-sisa pertempuran sengit yang berakibat pada tewasnya semua atlet Israel.
artikel pics asli di
http://military18.blogspot.com/2012/...september.html
-------