• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • [Tradisi Ramadan] Dila Leman, Terangi Malam Lailatul Qadar di Sumbawa Barat

indahairaAvatar border
TS
indahaira
[Tradisi Ramadan] Dila Leman, Terangi Malam Lailatul Qadar di Sumbawa Barat



Di bagian barat Pulau Sumbawa, berbatasan langsung dengan Laut Flores di sebelah timur, dan Samudera Hindia di sebelah selatannya, sebuah tradisi turun temurun saat bulan Ramadan masih dijalankan dan masih kental akan makna religinya. Tepatnya di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Desa yang masih menjalankan tradisi tersebut adalah Desa Sermong. Mereka menyalakan lampu pada malam-malam ganjil 10 malam terakhir Ramadan, yang disebut Tradisi Dila Leman.

Tradisi ini dibuat agar masyarakat terpanggil untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya secara khusyu, dan berkesempatan mendapatkan kemuliaan malam lailatul qadar. 


Rumah di Sermong (Foto: fitrioktariniblog.wordpress.com)


Tradisi ini merupakan ciri khas masyarakat Kab. Sumbawa Barat, dan memiliki nilai kebudayaan yang tinggi untuk terus diwariskan kepada generasi penerus. 

Dulu, tradisi Dila Leman menggunakan penerangan yang disebut pelita, yaitu sebuah lampu tradisional. Pelita diletakkan di depan rumah penduduk pada setiap malam ganjil di 10 malam terakhir Ramadan. Menariknya, penduduk saat ini menggunakan beraneka ragam pelita. Ada yang berbentuk obor, yang terbuat dari batang bambu dan diberi sumbu kain dengan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Selain obor, ada juga yang memanfaatkan buah jarak yang ditumbuk hingga jadi seperti kapas yang dililitkan ke bilah bambu. Kini, pelita bahkan dibuat menyerupai lampion. 





Ibu-ibu membuat obor/fitrioktariniblog.wordpress.com


Menurut filosofi penduduk Sumbawa Barat, Dila Leman mengandung arti dalam bahasa samawa, dila berarti pelita, alat penerangan, sedangkan leman/eman berarti datang atau dari. Kesatuan kata ini memiliki arti alat penerangan yang diperuntukkan menyambut kedatangan sesuatu. Yang disambut adalah kedatangan malam lailatul qadar. Dila kemudian jadi simbol penerang jalan atau petunjuk, pemberi cahaya dalam gelap.


Secara filosofi, menggunakan media Dila pada malam ganjil memiliki pesan yang kuat dan mendalam. Artinya malam tersebut adalah malam pemberi petunjuk, penerang jiwa bagi umat muslim yang secara ikhlas, jujur, dan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan.

Inti dari tradisi Dila Leman, terdapat pada hakikat maknanya sebagai penyambung syiar tentang pentingnya sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. 

Tradisi berikutnya yang khas di Sumbawa Barat adalah Gernat, yaitu semacam meriam bambu yang bisa menghasilkan suara dentum yang cukup keras jika disulut api. 





Membunyikan Gernat dari bambu/fitrioktariniblog.wordpress.com


Grenat dibunyikan seusai salat tarawih dan istirahat siang, yaitu pada waktu masyarakat tidak terganggu dengan bunyi-bunyian. Ada yang membunyikannya di lapangan desa, ada juga yang dilakukan di halaman rumah.

Tradisi Dila Leman dan Gernat ini merupakan kearifan lokal yang baik untuk dilestarikan di GanSist.

emoticon-Bedugemoticon-Bedugemoticon-Bedug


Spoiler for Sumber:


0
6.3K
77
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.