Beberapa tahun yang lalu aku mendaki gunung Sindoro. Perjalanan yang membuatku menemukan diriku yang lain, diriku yang tak pernah kutemui sebelumnya.



Kami berangkat dari Semarang lewat Boja, Kendal. Dengan tujuan basecamp Tambi, yang masih masuk Kabupaten Temanggung.

Perjalanan dimulai pukul 13.30 WIB dari Semarang, karena aku sudah sering melewati rute Boja-Patean-Ngadirejo-Jumprit-Tambi, maka kuperkirakan perjalanan ini akan menempuh 3-4 jam saja dengan sepeda motor, ternyata ada pertimbangan yang kurang tepat. Waktu tempuh tersebut biasa aku lewati jika berkendara seorang diri, dengan membawa kelompok pendakian ini maka waktu tempuh menjadi lebih lama 1 jam, kami pun sampai basecamp Tambi suasana sudah gelap, azan maghrib telah kami dengar beberapa waktu yang lalu saat masih di tengah-tengah ladang sayur milik warga.

Sebelum sampai di basecamp Tambi, kami disambut suasana berkabut, jalanan kecil gelap nan sunyi, Tuhan berbaik hati untuk menunda hujan di tempat itu dan menurunkannya di tempat lain, jalanan menanjak diiringi jurang yang dalam di kanan-kiri menambah gairah rasa senang bercampur merinding.


Jalanan itu jika siang hari tak berkabut akan tampak hamparan surga khas negeri khatulistiwa, cantik.
Sampai di basecamp kami sempat dibuat kebingungan, suasana sunyi seperti tidak ada nafas yang sedang bergelut di dalam rumah membuat kami ragu dan menunggu, tidak ada tanda-tanda pendaki lain yang telah bermalam di basecamp tersebut.

Cukup lama kami menunggu, bapak penunggu basecamp akhirnya membukakan pintu, yang belakangan ini kami tahu bahwa beliau masih kerabat teman kami di kampus.
Tidak banyak percakapan malam itu, lelah sedikit banyak telah menghujamkan rasa kantuk di tubuh kami. Setelah bertanya beberapa informasi kepada si bapak (maaf kami lupa namanya), saya dan rekan-rekan memutuskan untuk istirahat.

Basecamp pendakian Sindoro via Tambi memang tidak seramai basecamp Kledung yang berada di sisi selatan gunung Sindoro. Tambi adalah perkebunan Teh milik PT Nusantara, jalan menuju ke tempat ini tidak dilalui kendaraan umum seperti mini bus atau angkot, jadi hanya sebagian kecil pendaki lokal Jateng yang berkunjung ke Basecamp ini.

Malam cukup lama rasanya, hawa dingin khas pegunungan sudah bersemayam pelan-pelan di balik kantong tidur kami, Tapi masih pada batas toleransi ketahanan tubuh, sehingga kami tidak kedinginan sampai fajar tiba.

Esok pagi, aku bersama rekan-rekanku akan menikmati perjalanan menuju puncak Segoro Wedi dan menyambangi Watu Susu milik eyang Sindoro, ditemani hamparan hijau kebun teh tentu memanjakan mata kami.
Begitu sempurna rencana, angan, dan persiapan kami.

Tentu kami sudah belajar banyak dari pengalaman para pendaki lain dan pengalaman secara pribadi, bahwa tak ada sedikitpun tempat yang aman jika engkau di alam terbuka. Bahaya adalah teman sekaligus lawan.


Bersambung [akan segera update]