"Nobody can give you freedom. Nobody can give you equality or justice or anything. If you're a man, you take it."
Malcolm X
Dalam konsep keadilan, umat manusia memiliki sebuah gagasan bahwa "semua manusia itu sama", walaupun pada kenyataannya tidak, kita berbeda satu sama lain. Ada beberapa orang yang dilahirkan menjadi seorang pemain bola yang hebat, sementara beberapa orang lagi harus berlatih keras agar menjadi pemain bola yang hebat. Dan pada akhirnya hanya satu oranglah yang terpilih untuk menjadi pemain bola yang terhebat. Sama juga halnya, beberapa anak ada yang mampu menjawab soal matematika tanpa harus belajar, sementara anak lain harus belajar begitu keras untuk bisa menjawab soal yang sama. Dan pada akhirnya, hanya satulah yang akan terpilih sebagai yang paling pintar. Apakah konsep "semua manusia itu sama" masih terdengar adil?
Quote:
Apakah kehidupan itu adil?
Sementara bagi dunia hewan, konsep keadilan akan membuat kita lebih bingung karena keadilan itu sendiri tidak terlihat adil. Seperti Singa yang membunuh Rusa. Bagi singa, jika mereka bisa memahami konsepnya, ini memang tampak adil; mereka harus makan daging untuk bertahan hidup. Tapi bagi Rusa, jika saja mereka mampu memahami, status mereka sebagai makan siang untuk Singa pastilah akan tampak tidak adil. Manusia yang menyaksikan tindakan alami seekor singa yang menangkap dan memakan makanannya biasanya akan merasa tertekan. Kebanyakan manusia akan melihat hal tersebut sebagai suatu yang tidak adil; kenapa? karena Singa memiliki kaki yang kuat dan gigi serta cakar yang tajam, sementara rusa itu hanya memiliki kecepatan. Rantai makanan antara predator dan mangsa ini bisa terjadi secara berulang jutaan kali sehari; hiu memakan ikan, laba-laba memakan lalat, manusia memakan steak. Jadi, jika ini adalah sebuah contoh atas cara kerja keadilan di dunia alam, apakah masih layak disebut adil??
Manusia sering merendahkan perilaku binatang yang hanya mengandalkan taring yang kuat, cakar yang tajam, namun melupakan bahwa perang, pembunuhan, teror, dan serangan seksual menunjukkan bahwa manusia juga tidak jauh berbeda dengan dunia binatang. Lupa kalau manusia juga bagian dari alam.
Quote:
Adil untukmu, tidak adil untukku
Berbicara tentang keadilan bahkan makin terasa tidak adil karena perbedaan sudut pandang bisa menginterpretasikan keadilan itu sendiri secara berbeda. Beberapa orang ada yang memandang bahwa keadilan bisa dicapai melalui persamaan, yakni setiap orang, siapapun dia, seharusnya mendapat irisan kue yang sama besar. Dan seharusnya itu berarti baik tua dan muda mendapat tempat duduk yang sama. Kaya dan miskin terbang dengan pesawat dikelas yang sama, tidak ada VIP.
Ada juga sudut pandang kedua bahwa keadilan berarti orang hanya mendapatkan apa yang layak mereka dapatkan. Seseorang yang bekerja keras dan sukses memang layak atas apa yang mereka dapatkan. Sebagaimana dicatat oleh Profesor Arthur Dobrin (Psychology Today, May 2012) bahwa “Keadilan berarti mendapatkan apa yang layak Anda dapatkan dan tidak akan mendapatkan apapun jika anda memang tidak layak. Pekerjaan yang paling sulit, paling rajin, paling cerdas, dan paling berbakat sudah seharusnya mendapatkan lebih banyak karena atribut mereka; sementara orang yang malas, acuh tak acuh, bodoh, dan mereka yang tidak layak seharusnya tidak mendapatkan apapun.” Lebih terdengar tidak adil bukan? tetapi itu adalah konsep keadilan yang paling populer di antara masyarakat kelas atas.
Ada lagi pandangan keadilan berdasarkan kebutuhan. Yakni, mereka yang memiliki seharusnya berkontribusi lebih untuk membantu mereka yang tidak memiliki. Ini didasarkan pada gagasan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk membantu satu sama lain karena kita adalah hewan sosial dan bagian dari suatu komunitas. Hari ini, saya membantu yang kurang beruntung; besok, aku mungkin membutuhkan bantuan dari mereka yang beruntung.
Jika ketiga versi keadilan tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam pilihan pertama, setiap siswa mendapat tingkat pendidikan yang sama. Dalam pilihan kedua, siswa terbaik dan tercerdas diberi paling banyak sumber daya. Dan pada pilihan ketiga, siswa yang paling membutuhkan bantuan tambahan dialokasikan lebih banyak sumber daya. Dalam hal ini Prof Arthur Dobrin bertanya “Haruskah sekolah membedakan anak-anak yang berkemampuan rata-rata, anak-anak dengan potensi terbesar, atau mereka dengan kebutuhan terbesar?" Keadilan pun pada akhirnya memiliki perbedaan.
Quote:
Keadilan tidak selalu adil
Simbol keadilan dalam mitologi Yunani digambarkan sebagai seorang dewi yang memegang sebuah pedang dengan mata tertutup kain hitam. Hal ini untuk menggambarkan bahwa keadilan itu tidak memihak kesatu sisi, dan memberikan putusan yang berimbang dengan memandang bahwa semua orang adalah sama. Secara konsep memang hal ini adalah sesuatu yang baik, namun tidak berlaku didunia nyata. Karena Keadilan sesungguhnya tidak akan pernah adil. Seorang Profesor yang mengajarkan hukum pidana di Universitas Harvard, Carol Steiker, mengejutkan mahasiswa tahun pertamanya dengan beberapa statistik yang dikutip oleh The Harvard Gazette (Februari 2016), bahwa “Penjara Amerika dipenuhi oleh orang miskin dan orang kulit berwarna.”
Semua hasil pemikiran para filsuf-filsuf besar tentang keadilan selalu menghasilkan pernyataan kalau keadilan adalah pusat inti moralitas manusia. Tapi itu bukan berarti jawaban final, karena setiap filsuf sejatinya selalu memiliki sudut pandang lebih luas dan itu berarti lebih banyak pertanyaan lagi yang akan muncul. Pada 2013, sekelompok birokrat pemerintah Inggris ditugaskan untuk mendesain ulang program-program sosial masyarakat dan mereka memutuskan untuk menentukan pengertian keadilan terlebih dahulu. Para birokrat itupun mengundang Jonathan Wolff untuk memberi ceramah tentang keadilan. Setelah ceramah, ketua komite mengatakan pada Profesor Wolff “Kami pikir memahami keadilan adalah sesuatu hal yang mudah, tapi kami ternyata menjadi semakin bingung.”
Tidak adanya definisi tunggal tentang keadilan memang sering membingungkan banyak orang. Menanggapi hal tersebut, Prof Wolff hanya menyarankan dua poin: “satu poin penting adalah bahwa keadilan haruslah memiliki hubungan timbal balik; seseorang akan mendapatkan kembali apa yang telah ia berikan… poin kedua adalah bahwa keadilan harus responsif terhadap kebutuhan: mereka yang paling membutuhkan harus mendapatkan prioritas utama. ”
Terkait dengan hal yang sama, yaitu program sosial, seorang Filsuf Amerika John Rawls (1921-2002) menyarankan satu cara untuk menyelesaikan masalah keadilan yakni memotong dukungan program sosial. Hal tersebut muemang terdengar adil bagi pembayar pajak yang mendanainya, tetapi tidak adil kepada orang miskin yang menerimanya. Mengenai hal itu, Profesor Rawls mengatakan bahwa orang-oranglah yang harus memutuskan apa yang harus dilakukan untuk menempatkan diri mereka di belakang apa yang disebutnya "tabir ketidaktahuan." Bagaimana mungkin anda menganggap sesuatu itu tidak adil jika Anda sendiri tidak tahu apakah Anda penggugat atau pembayar pajak. Jelas itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Maka lain kali jika ingin membuat keputusan apa pun tentang keadilan, maka aturan "aku yang memotong kue, dan kamu yang memilih potongan mana untukmu" adalah pegangan yang baik untuk memutuskan.