Salah satu kawasan di Medan yang selamat dari kerusuhan Mei 1998 adalah Sekip. Hal itu dikarenakan pertolongan Olo Panggabean dengan organisasi bentukannya, Ikatan Pemuda Karya (IPK).

Hal itu dikatakan salah seorang warga Tionghoa yang tinggal di Sekip, Peter Chandra. Pengakuan itu diungkapkannya dalam diskusi 20 Tahun Reformasi yang digelar di Literacy Coffee, Sabtu (19/5/2018) di Jalan Jati II No 1, Teladan Timur, Medan.

"Kami orang Tionghoa ini berutang budi pada Olo Panggabean. Kalau tidak ada beliau, kami yang di Sekip habis, seperti di kawasan Medan lainnya," kata Peter.

Waktu itu massa bolak-balik di Tugu SIB, tapi tidak ada yang berani masuk toko-toko. Anak buah Olo kala itu berbaris dengan tangan kosong, tapi mereka (massa-red) tidak ada yang berani masuk toko. Beda halnya dengan yang terjadi di Buana Plaza (Aksara) di Jalan HM Yamin, Medan yang cukup mencekam.

Juhendri Chaniago salah seorang security di salah satu swalayan Buana Plaza (Aksara) kala itu mengisahkan, saat itu karyawan toko-toko di Plaza itu, terjebak tidak bisa keluar. Hal itu disebabkan karena masyarakat berkumpul dan melempari plaza dengan batu.

"Kuingat kerusuhan itu terjadi tanggal 4 Mei 1998. Masyarakat melempari dengan batu. Enggak habis-habis batunya. Kami pun terperangkap, tidak bisa keluar," kata Juhendri.

Kala itu, sempat bentrok antara masyarakat dengan security. Karena kami menghalangi masyarakat yang ingin menjarah. Sedangkan tentara bisa dibilang terlambat datangnya, kata Juhendri.

Hadir dalam diskusi itu antara lain, mantan wartawan The Jakarta Post Effendy Naibaho, wartawan Analisa, Idris Pasaribu dan sejumlah aktivis mahasiswa 98.

http://www.medanbisnisdaily.com/news...tang_pada_olo/

berutang gan