Hai gan-sis, ane rindu. Dan ane tau rindu itu berat. Tapi kayanya lebih berat kalo agan sista baca thread ini. Coba ada diposisi keduanya ya gan-sis. Kaya kata Syahrini, "aku ikhlas adikku menikah, tapi hati ini perih". Owwwwggghhh..
Dan kebetulan ini juga yang ane jadikan judul. Nah, nah, nah.. Apa yang bakalan agan sista "do first" atau "do think" jika menjadi mereka?
manisnya mereka berdua
Quote:
Menikah bukan hanya sebuah ritual wajib yang harus dilakukan oleh pasangan yang sudah siap melaksanakannya. Menikah bukan hanya sebuah perjanjian antara seorang lelaki dan perempuan yang disahkan secara agama, hukum dan norma sosial. Menikah bukan hanya menyatukan dan membentuk ikatan dua keluarga. Menikah bukannya untuk berbagi nafsu dan syahwat dengan pasangan halal kita. Menikah bukan hanya untuk menambah garis keturunan dan melahirkan keturunan yang doanya lebih diijabah oleh Tuhan. Menikah adalah gabungan dari semuanya. Pondasi dari sebuah pernikahan ialah niat untuk mengharapkan ridho Allah SWT semata dalam menjalani kehidupan ini dan mencintai dalam keimanan seseorang kepada Tuhannya. #cmiiw
Agan-sista yang bisa memperbaiki defenisi menikah diatas, silahkan bantu ane yaaa... Soalnya ane masih belum nikah. Wedeeeh --"
Memang susah gan, dihadapkan dengan ritual pernikahan. Walaupun menurut ane menikah itu bukan sebuah 'ritual'. Tapi sebagai wujud dari kecintaan ane sama Tuhan dan Rasul ane. Dan untuk mencukupkan separuh agama ane. Karena dalam ajaran agama ane, dengan menikah maka lengkaplah separuh agama seseorang.
Dan ternyata lebih susah lagi kalau harus mengikhlaskan saudara kita yang lebih muda untuk duluan menikah, terutama saudara kandung. Sepupu-an aja rasanya pedih banget, apalagi yang kandung ya gan-sis. "
C'mon, lihat masalah dari dua sisi dulu ya gan-sis".
Cuus, gan-sis. Kita baca catatan harian yang ane tulis sendiri beberapa waktu lalu, mewakili perasaan para kakak ditinggal atau bahasa familiarnya 'dilangkah' adik kandung menikah. #mohonpencerahan #cmiiw
Quote:
Aku sedih dan bahagia di saat yang bersamaan. Aku wanita yang juga berperasaan, sebagai seorang anak dari ayah dan ibuku, sebagai kakak dan adik dari saudaraku, sebagai seseorang yang dicintai dan mencintai pasanganku, sebagai teman dan sahabat dari orang-orang tebaikku, sebagai rekan dari kawanku berkarir, sebagai seorang yang ingin semua keberadaanku bermanfaat dan meninggalkan jejak baik bagi mereka dan semoga Allah ridho saat aku membersamai mereka.
Pertahanan hatiku luruh sebagai seorang kakak yang menyaksikan tumbuh kembang adikku tersayang. Ketika dihadapkan dengan takdir bahwa ternyata jodohnya mendahuluiku. Sementara aku masih tak menemukan arah yang tepat di mana aku akan menemukan jodohku. Kapan aku melangsungkan ikatan suci yang Allah akan limpahkan rahmat dan karunianya dalam bahtera rumah tangga yang dibangun.
Hatiku hancur dan semakin lemah. Di saat adikku menyiarkan niat bahagianya. Aku bahagia, sungguh. Namun sebagai seorang perempuan, aku sulit mengelakkan bahwa berat jika harus 'dilangkahi' adikku.
Aku sulit mengikhlaskan takdir ini. Bagiku sangat berat. Akankah adikku memahami perasaanku? Aku tidak pernah mempersiapkan hatiku untuk menghadapi kenyataan bahwa adik sematang wayang yang selama ini bersamaku, mendahului aku dalam mengikat janji dengan jodohnya. Bagiku ini terlalu cepat. Hatiku tak mampu menerimanya. Jika mereka menilaiku egois dengan pendirianku, maka mereka harus sadar betapa itu menyiksa batinku.
Bagiku, berita ini seperti petir menggelegar yang langsung menghantam tubuhku. Terasa mati pun tidak, tapi kekuatannya melumpuhkan aku.
"Apa kata orang di luar sana tentang aku yang didahului adik kandungku?" Aku tau betapa kerasnya kehidupan sosial yang terbangun di negeri yang indah ini. Dengan komentar orang-orang yang begitu pedas.
Kamu tahu, dik? Aku bukanlah orang yang percaya mitos dan budaya mengenai sesuatu yang di luar ajaran agama. Aku menghargai mitos dan mengagumi budaya negeri ini. Tapi jika itu bertentangan dengan agama, aku pun tak bisa membenarkannya.
Dan hari ini, aku takut dik. Jika saja mitos itu benar-benar terjadi padaku. Bagaimana jika setelah kamu mendahuluiku, aku akan kesulitan berjodoh? Aku tak ingin mendahului kehendak Tuhan, tapi inilah salah satu ketakutan terbesarku. Salahkah?
Aku mencoba mengganti posisiku dengannya, "bagaimana jika aku adalah dia". Tapi aku tak bisa setega ini, bagiku ini kejam dan menghujam. Sulit, mungkin dia pun tak sanggup menjadi aku. Dan bisakah adikku merasakan bagaimana aku saat ini?
Aku tidak butuh cendera mata atau bukti terimakasih dan penghormatan jika saja pada akhirnya aku harus mengikhlaskanmu. Sebab bukan itu yang aku butuhkan.
Kebahagian ternyata tak lebih besar dari rasa malu dan sedihku. Hati ini sakit. Sulit menatapnya dengan perasaan kasih sayangku, setelah berita itu tersiar. Bukan karena aku tak menyayangi adikku.
Saat mengacuhkanmu, aku pun terluka. Se-atap tapi tak lagi hangat seperti sebelumnya. Melihatmu membuat nuraniku tersayat. Aku bahagia dan kecewa di saat bersamaan.
Aku ingin menjadi tempatmu berbagi masa sulit dan bahagiamu seperti biasanya. Aku ingin merestuimu. Walau mungkin restu dariku tak penting. Restu ayah dan ibu adalah yang paling penting dan menentukan. Jika mereka setuju, aku tak bisa berbuat apa-apa. Seolah mereka tak memikirkan aku. Dan mungkin diamku lebih mendamaikan hatiku. Dan apalah daya, menghindarinya pun membuatku sangat terluka.
Dik, melihatmu mempersiapkan hari bahagiamu seorang diri tanpa bantuanku, membuatku sangat kelelahan dan menderita. Maafkan aku, dik.
Maaf jika pada akhirnya hanya jarak yang menjadi jembatan di antara kita. Seperti kutipan sebuah lagu "so close, but so far a way." Dan itulah yang saat ini terjadi, dik.
Aku bukan tidak menghiraukan permohonan tulusmu. Aku bukan tidak memikirkan perasaanmu. Aku tidak pernah berniat menghalangi niat suci kamu dan pasanganmu, adikku. Aku tak sampai hati melakukannya. Tapi seperti yang sudah kujelaskan, kusebutkan dan kumohonkan. Aku tak kuat, aku tak sanggup. Dan aku malu.
Aku tau, agama mengajarkan untuk tidak menghalangi jodoh seseorang. Bahkan jika memang sudah ada niatan untuk menikah, segerakanlah. Untuk menghindari perbuatan maksiat yang membuka peluang besar perzinahan.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
"Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa yang tidak mampu, hendaknya dia berpuasa. Karena itu bisa menjadi tameng syahwat baginya.” (HR. Bukhari 5065 dan Muslim 1400).
Aku tau, membiarkanmu terikat dalam hubungan 'pacaran' hanya menjadi tabungan dosa dan membuka pintu neraka bagi orangtua kita, terkhususnya ayah.
Aku tau bahwa rezeki, jodoh dan maut sungguh hanya Allah SWT yang mengatur dengan ketetapan yang sangat sempurna di megaserver-Nya. Dan sungguh aku tak berniat menghalangi rezeki dan jodohmu, dik.
Tapi aku hanyalah manusia yang tak luput dari perasaan sedih dan cembur, tempatnya khilaf dan salah. Seorang perempuan yang sangatlah lemah hatinnya untuk beberapa perkara yang sulit jika kupaksa kuat.
Aku butuh waktu. Tapi kamu terlalu buru-buru. Bukan maksudku menjadikanmu tumbal dari keegoisanku dan mungkin kedzalimanku padamu, yang tidak menemukan jodohku lebih dulu, sesuai urutan kelahiran kita. Karena begitu seharusnya yang aku tau, sedalam pengetahuanku tentang urutan menikah.
Aku tak bermaksud melukai niatan baikmu. Namun bagiku sungguh ini mengejutkan dan terlalu cepat. Bagiku, kamu masih tak bisa membedakan niatan dan kesiapan membangun bahtera rumah tangga dengan semangat cinta yang menggebu-gebu. Kamu dengannya juga dengannya juga masih seumur jagung. Sekali pun ia adalah sosok lelaki yang mapan dan siap. (Mungkin ini memang hanya isi dari pikiran kerdilku saja).
Jika memang pada akhirnya ini adalah kenyataan yang harus kuhadapi. Aku tidak bisa menolaknya.
Aku harus siap mental jika saja ada orang bejat dan baik yang tega mencemoohku dan menggunjingku sebagai 'perawan yang dilangkahi adik kandungku'. Jika aku sama bejatnya, aku akan mendoakan merekanatau keturunannya mengalami hal yang sama dan jauh lebih sakit. Tapi tidak, aku tidak 'se-baik' mereka. Aku tetap akan mendoakan kebaikkan bagi mereka, semoga doa baik itu juga berbalik baik padaku
Terakhir. Priceless, jika bisa menatap binar bahagia dan aura suka dari wajah ayah dan ibu kita. Tentu aku juga mensyukuri pilihan hidupmu, dik. Seberat apa pun ini, kebahagiaanmu juga pada akhirnya yang bisa membuat kakakmu ini bahagia.
Aku akhirnya harus meluruskan lagi kepercayaanku yang sempat kau goyahkan dengan kabar bahagiamu,dik. Bahwa jodohku juga sudah Allah SWT persiapkan untukku dan saat ini sedang menuju untuk menjemputku. Kuminta, doa tulus darimu untuk kebaikkanku.
Sedih jika membaca kalimat di atas. Perasaan seorang kakak yang merasa terlukai oleh adiknya. Dan jangan sampai perasaan itu larut dalam hatimu (jika kamu seorang kakak yang akan ditinggal adiknya menikah).
Baca juga ya gan-sis catatan yang mewakili perasaan si adik. Gak adil kalo cuman perasaan kakak juga yang harus dipahami, sementara adik tidak.
Quote:
Perempuan mana yang tidak sadar bahwa sekali pun ia terlihat sempurna, sebagai manusia ia tentu juga banyak kekurangan. Kesalahan yang setelahnya dijadikan pelajaran untuk perbaikan diri, tetap saja melekat di masa lalu seseorang. Dan tidak ada pengecualian, begitupula denganku. Sejatinya, aku adalah perempuan yang penuh kekurangan. Dan ingin selalu memperbaiki diri setiap waktu.
Dan hari ini aku bersyukur, Tuhan mempertemukan aku dengan seorang lelaki yang bersedia meminangku. Aku, seorang manusia yang tidaklah sempurna. Hanya saja Tuhan menutup sebagian besar kekuranganku sebagai salah satu bukti kasih sayangnya. Lalu, aku pun diberi rezeki jodoh mendahului saudara kandungku.
Aku manusia yang hanya bisa menjalani ketetapannya dengan usaha terbaik. Aku tidak pernah dan tidak sedikit saja berniat melukai hati saudaraku. Aku sadar, ini salah satu cara Tuhan untuk mengujiku. Maka harus aku jalani ujian ini dengan baik agar nilai yang kudapatkan bagi hidupku juga baik.
Kakakku, saudaraku yang sangat aku sayangi melebihi siapa pun setelah kedua orangtuaku. Mereka saudaraku yang sejak sebelum aku dilahirkan menjadi teman pertama dan terdekat bagiku. Bahkan seringkali menjadi teman berkelahi yang paling mengerti aku. Dan kami tetap saling menyayangi. Karena kakakku juga menjadi ruang yang menerima segala keluh kesahku. Yang melindungiku. Sumber kehangatan ketika aku menceritakan semua histori hidupku. Ruang rahasia terbaikku dengan kehangatan hatinya.
Kakakku sangat mengetahui bagaimana kurang lebihnya diri ini menjalani ke hidupan, yang mengantarkan aku ke tahapan ini. Satu hal yang harus mereka ketahui, aku tidak pernah merencanakan takdir seperti ini. Karena ini adalah ketetapan Tuhan yang aku tidak mengetahuinya dan tidak bisa mengelakkannya.
Aku tidak bisa menyalahkan perasaan saudaraku, yang merasa terluka karena aku lebih dulu menentukan langkah untuk serius menikah. Tapi apa salah jika aku menanggapi niat baik seorang lelaki dengan menerima pinangannya? Apa mereka lupa, betapa banyak kesalahanku di waktu lampau yang bahkan menjadi dosa berjalan bagi kedua orangtua kami, melukai perasaan mereka hampir setiap waktu dengan tingkah lakuku.
Lalu, kini tuhan pertemukan aku dengan seseorang yang bersedia menanggung dosaku, menggantikan ayahku. Mengobati luka hati ibuku sebab ulahku selama ini. Membantuku memperbaiki kesalahan yang pernah ada. Melengkapi dan menutupi kekuranganku. Dan aku percaya, ini cara Tuhan membantuku untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ada.
Dan jujur, sekali waktu aku pernah merasakan bahwa orangtuaku lebih menyayangi kakakku. Karena aku begitu sering menyakiti hati mereka dengan sikap dan sifatku. Tapi, aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Aku hanya berusaha menjadi sebaik kakakku. Dan belajar kebaikan darinya.
Aku tidak pernah seserius ini. "Tolong rasakan juga kesedihanku kak, hampir habis darahku berusaha meluluhkan hatimu. Menangis sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Air mata yang jatuh ke lubuk hatiku juga tak bisa ku pastikan sebanyak apa. Kini aku tak sanggup, hanya kamu yang bisa membuka hatimu sendiri. Sebab segala cara sudah kucoba lakukan untuk tidak melukaimu. Tolong pahami aku, kak. Dengan kelembutan hatimu dan ketulusanmu."
Hati ikhlasmu yang merestui aku menikah mendahuluimu, tidak akan Tuhan sia-siakan. Percayalah, kak. Tuhan akan memberikan kemudahan bagimu dalam menemukan jodohmu. Kumohon, ikhlaskan aku menikah.
Seringkali saudaraku mengatakan bahwa hatinya terluka, bahwa hatinya sangat sakit karena pilihanku. Bahwa ia malu dengan semua omongan tetangga dan orang-orang yang mengenali keluarga kami, ia pun malu dengan teman-temannya. Ia juga takut dengan kutukan-kutukan yang akan terjadi jika aku tetap berniat mendahuluinya.
Sungguh paradigma dan stigma jahat (bagiku) yang sudah ditanamkan di masyarakat sejak dulu akhirnya membuat kakakku lupa, bahwa apa pun yang terjadi adalah suratan yang sudah Tuhan tuliskan di kitab takdir. Dan aku selalu mendoakan yang terbaik bagi saudaraku.
Kali ini aku hanya ingin bahagia. Tapi aku takkan bisa bahagia jika menjelang hari pernikahan justru kedua saudara kandungku menjauhi aku. Padahal sedari awal aku ingin berbagi dan sharing banyak hal dengan saudaraku tersayang. Seperti yang mereka ketahui, akulah sibontot yang paling membutuhkan masukan dari mereka. Jujur aku kesulitan jika harus melalukan semua ini tanpa kalian. Bantu aku, ku mohon. Bukan membentang jarak seperti ini.
Aku bersyukur saudara tengahku akhirnya mengerti perasaan dan kesulitanku, setelah bulan lalu ia tak sengaja membantu persiapanku. Dan hari ini, hanya tersisa sebulan lagi menjelang pernikahanku, saudara tuaku tetap menutup hatinya rapat. Bahkan semakin menjauhiku. "haruskah aku mengelak takdir demi kebahagiaannya?" Tidak, sebab Tuhan pun tidak menyukai pilihan seperti itu. Dan itu berarti aku gagal dalam menyelesaikan ujian yang Tuhan berikan.
Aku tahu, dalam sikap kerasnya saat ini saudaraku sedang berpikir dan berkompromi dengan hatinya. Aku yakin ia akan membuka hatinya untuk merestui dan mengikhlaskan aku. Aku hanya bisa menunggu. Sebab aku tak ingin menyulut api lagi. Aku akan menunggu. Sekali pun butuh waktu sangat lama. Aku percaya, kakakku tidak pernah membenciku setulus hatinya. Aku percaya kakakku mampu mengendalikan amarahnya, menyejukkan hatinya. Tapi maafkan aku, jika aku juga tidak bisa menentang takdirku.
Sungguh aku bersedih, karena kita seperti bermusuhan menjelang hari penting dalam hidupku. Satu titik balik yang akan merubahku, merubah status dan rutinitasku. Melengkapi seoarug agamaku. Semoga dengan aku menikah, aku bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Doakan aku, kak.
Jutaan terimakasih tidak akan mewakili seberapa besar dan banyaknya aku bersyukur Tuhan memberikan aku saudara seperti kalian.
Maaf dari lubuk hati yang terdalam dan dengan segenap ketulusanku, jika jodohku lebih dahulu sampai. Sementara saudaraku belum menikah. Aku harus bagaimana?
Jika aku dianggap salah, karena mendahului saudaraku dalam hal pernikahan. Sungguh hanya maaf yang bisa ku sampaikan setulus hati. Bagiku menolak pinangan seseorang sama saja dengan menolak takdir baik dari Tuhan. Dan aku tidak akan pernah melakukan itu, karena tidak ada alasan untuk mengacuhkan pinangannya. Selama tidak bertolak belakang dengan yang sudah agama ajarkan.
Sudah terlalu banyak kesalahan yang pernah kulakukan. Izinkan aku menikah, kuharap dengan aku menikah aku mampu menebus semua kesalahanku di masa lalu dengan didikan imam dalam rumah tanggaku. Walaupun harus melangkahi saudaraku sendiri. Saudara yang sangat aku sayangi. Sangat aku cintai.
Aku paham perasaanmu, kak. Dibalik marahmu yang ku lihat, aku merasakan kesedihan yang teramat sangat di hatimu. Ku mohon, rasakan juga kesedihan yang ada dihatiku. Apa pernah kakak berpikir betapa sedihnya aku harus menerima penolakan darimu? Tidak banyak waktu kita untuk bersama, kak. Tinggal menghitung waktu, dua dasa hari bukanlah waktu yang singkat. Aku akan memulai hidup baru dengan pasanganku.
Aku sekalu berdoa yang terbaik untuk saudara-saudaraku. Aku selalu berdoa semoga kakakku menemukan jodoh terbaik, yang baik iman dan rezekinya. Dan bisa mengisi kekosongan dihatinya. Menjadikan ia pasangan yang istiqomah menjadi pejuang di bumi Tuhan ini, menuju surga.
Sejatinya ditinggal menikah bukanlah masalah. Karena Allah memang menuliskan takdir masing-masing bagi seseorang hamba itu berbeda. Siapa pun tidak bisa menghalangi takdir seseorang, apalagi jodoh, maut dan rezeki. Semua sudah pada porsi dan waktu masing-masing. Walaupun kita adalah ayah dan ibu atau saudara kandung seseorang, tetap hanya Allah yang mengatur semuanya dengan sangat sempurna. Karena mengenai ketetapan itu, Tuhan yang punya aturan mutlak.
Seseorang yang akan 'melangkahi' saudaranya, dengan masalah ini ia diberi ujian untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Anggap saja sebagai tahap awal untuk mengumpulkan strategi bertahan di rumah tangga yang akan dibangun kelak. Seberat apa pun aral dan rintangannya.
Ia pada akhirnya harus mampu meluluhkan hati si kakak dengan memberikan penjelasan dari hati ke hati. Sejatinya adik dan kakak memiliki ikatan yang sangat kuat, dimana orang lain tidak akan pernah paham cara mereka berkomunikasi. Bahkan banyak di luar sana yang terlihat sering berkelahi, justru merekalah yang saling peduli dan sebaliknya.
Dan si kakak juga harus paham bahwa si adik tidak pernah berniat sengaja melukai kakaknya. Menyakiti perasaan sang kakak dengan mendahului menikah, bukanlah sesuatu yang pernah ia bayangkan sebelumnya. Apalagi sengaja ia rencanakan.
Nah gan-sis, ane mau kasih sedikit kalimat manis yang ditulis sahabat ane dihari pernikahannya.
Quote:
Ingin kuarungi kebersatuan yang tak berjarak
Dalam ikatan cinta, kasih dan sayang
Berdekapan dalam peluk erat
Mengisi jiwa yang sunyi dan kosong
Kau hadir disisiku
Meneguhkan pandanganku, menentramkan gelisah bathinku,
mengistirahatkanku dari letih dan lelah,
menghidupkan semangatku di kala redup,
Bergandengan tangan kita tempuh tiap jengkal jalan hidup, apa pun yang terjadi
Bersama kita membagi suka dan duka
Membasuh darah dan airmata, mengurai tangis dan tawa
Karena aku ingin mencintaimu, dengan imanku
Dan ane jadi pengen nikah baca itu ungkapan perasaan yang tulus dan mengena bangeeet. #nasibbelumberaninikah #mudahbaper
angel
angel
Maka jika sebuah pernikahan adalah ikatan suci yang sudah jauh hari dituliskan untuk setiap manusia. Selayaknya kita untuk menyegerakan ibadah tersebut.
Berbahagialah, maka kebahagiaan yang lain akan selalu mendekatimu.
Mangga gan-sis, dibantu meluruskan. Dan barangkali ada yang dengan senang hari memberikan wejangan manis..