Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Final Liga Champions UEFA Bersejarah





Liga Champions Eropa telah memasuki babak final. Di musim ke-63, partai final akan digelar pada 26 Mei 2018 di Stadion Olimpiade Kiev. Dari 62 partai final yang telah digelar sebelumnya, ada beberapa partai final yang dapat dianggap bersejarah. Apa sajakah itu?

Klik gambar untuk menuju ke sumber gambar

1956 - Real Madrid 4 - 3 Stade de Reims
Final Pertama


Pemain dan ofisial Real Madrid merayakan gelar pertama Piala Champions tahun 1956.
13 Juni 1956, partai final pertama Piala Champions digelar di Stadion Parc des Princes, Paris. Dipimpin wasit Arthur Ellis asal Inggris, Los Blancosmeraih gelar pertama setelah mengalahkan Reims dengan skor tipis 4 - 3.
Reims unggul cepat 2 - 0 pada 10 menit pertama berkal gol Michel Leblond pada menit ke-6 dan Jean Templin pada menit ke-10. Madrid menyeimbangkan skor menjadi 2 - 2 lewat sontekan legenda klub, Alfredo Di Stéfano pada menit ke-14 dan Héctor Rial pada menit ke-30. Skor 2 - 2 menjadi skor paruh waktu.
Pada babak kedua, Reims kembali menjauh 3 - 2 pada menit ke-62 lewat gol Michel Hidalgo. Namun, Madrid kembali menyeimbangkan skor menjadi 3 - 3 lewat Marquitos pada menit ke-67 dan 12 menit kemudian, Rial membuat Madrid unggul 4 - 3 hingga pertandingan selesai. Madrid menjadi juara pertama kompetisi ini. Setelah final ini, Madrid akan kembali tampil di final kompetisi Eropa sebanyak 14 kali dan membawa pulang kembali gelar juara sebanyak 11 kali dalam 60 tahun antara 1957 dan 2017, termasuk 4 gelar beruntun pada periode 1957 - 1960. Sementara Reims kembali ke final hanya pada tahun 1959, juga melawan Madrid dan takluk 0 - 2.

1960 - Real Madrid 7 - 3 Eintracht Frankfurt
Final Teramai


Final Piala Champions 1960 antara Real Madrid dan Eintracht Frankfurt. Madrid menang 7 - 3.
Final edisi kelima mempertemukan juara bertahan empat kali, Real Madrid, dan utusan Jerman Barat, Eintracht Frankfurt. Final ini berlangsung pada 18 Mei 58 tahun silam dan disaksikan secara langsung oleh lebih dari 127.000 orang di Hampden Park, Glasgow, Skotlandia, yang menjadi rekor untuk final Liga Champions. Sepuluh gol yang tercipta di pertandingan ini juga menjadi rekor gol terbanyak di waktu normal (di luar adu penalti).
Final ini menjadi berkesan bagi Madrid karena mereka membungkam musuh bebuyutan, Barcelona, di semifinal dengan agregat 6 - 2. Sementara, Frankurt melaju ke final dengan kemenangan agregat 12 - 4 kontra jawara Skotlandia, Rangers.
Richard Kress membuka keunggulan Frankfurt pada menit ke-18. Namun, Madrid langsung mengamuk dan tak memberi ampun lawannya dengan menyarangkan 6 gol ke gawang Egon Loy dalam 45 menit melalui kaki Di Stéfano (menit ke-27 dan 30) dan Ferenc Puskás (menit ke-45+1, 56, 60, dan 71). Setelah tertinggal 6 - 1, Frankfurt baru bisa kembali menambah gol lewat Erwin Stein pada menit ke-72. Namun, Di Stéfano mencetak gol pamungkas Madrid satu menit berselang, skor 7 - 2. Stein mencetak gol terakhir pada menit ke-75. Madrid menang telak 7 - 3 dan berhak atas piala kelima secara beruntun.

1974 - Bayern Muenchen 1 - 1 Atletico Madrid (Ulangan : 4 - 0)
Final yang Diulang


Pemain Muenchen, sebagian dengan kostum Atletico, merayakan gelar Piala Champions pertama pada 1974.
Paruh pertama 1970-an di sepakbola Eropa diwarnai hattrick gelar Piala Champions oleh dua klub berbeda : Ajax Amsterdam (1970 / 71 - 1972 / 73) dan Bayern Muenchen (1973 / 74 - 1975 / 76).
Dalam usaha pertamanya pada tahun 1974, FC Hollywood bersua Atletico Madrid. Dalam partai final yang diselenggarakan di Heysel, Brussels, Belgia pada 15 Mei 1974 ini, kedua tim harus menunggu sampai extra time untuk mencetak gol. Gol Luis Aragonés pada menit ke-114 nyaris membuat Atletico juara seandainya Hans-Georg Schwarzenbeck tak berhasil menceploskan gol pada menit ke-120, saat-saat terakhir.
Karena skor imbang, partai ulangan diselenggarakan dua hari kemudian di tempat yang sama. Kali ini, Muenchen menang telak 4 - 0. Dua gol masing-masing oleh Uli Hoeness (menit ke-28 dan 82) dan Gerd Müller (menit ke-56 dan 69).

1985 - Juventus 1 - 0 Liverpool
Final yang Tragis


Suasana kerusuhan antarpenonton saat Tragedi Heysel berlangsung.
Final yang berlangsung pada 29 Mei 1985 di Heysel ini tak hanya dikenang sebagai final pertama Juventus yang berakhir sukses, namun juga sebagai final yang membawa kedukaan.
Pukul 19.00 waktu setempat, satu jam sebelum pertandingan dimulai, terjadi insiden. Pendukung Liverpool di bangku seksi Y dan pendukung Juventus di bangku seksi Z, yang terpisahkan oleh tangga dan pembatas sementara, saling melempar batu. Menjelang kick-off, aktivitas melempar batu semakin intens. Beberapa pendukung saling menyeberangi pembatas. Mereka yang tak mau terkena dampak pertikaian ini, menghindar mendekati dinding stadion. Karena tekanan dari massa yang menepikan diri ke dinding, dinding stadion tak kuat menahan beban tersebut. Dinding tersebut runtuh dan menimpa massa yang menepi ke dinding.
39 orang tewas dalam insiden ini, kebanyakan karena terinjak-injak dalam kerumunan penonton yang berusaha keluar dari stadion. 600 orang mengalami luka. Dua jam insiden ini berlangsung dan sempat membuat pertandingan tertunda.
Pertandingan sendiri berakhir dengan skor 1 - 0 untuk Juventus dengan gol eksekusi tendangan 12 pas oleh Michel Platini pada menit ke-58.
Tragedi ini membawa dampak besar bagi persepakbolaan Inggris. Klub-klub Inggris di-blacklist dari kompetisi Eropa selama 5 musim. Khusus untuk Liverpool, larangan bagi mereka berlangsung selama 6 musim. 14 pendukung Liverpool juga mendapat hukuman penjara tiga tahun karena dianggap menjadi bidang keladi.
Empat tahun kemudian, tragedi Hillsborough terjadi dan juga melibatkan Liverpool. Tragedi ini memulai reformasi dalam sepakbola Inggris.

1992 - Barcelona 1 - 0 Sampdoria
Final Piala Champions Terakhir


Skuad Barcelona berpose dengan si Kuping Besar setelah final terakhir Piala Champions kontra Sampdoria digelar pada 20 Mei 1992.
Final Piala Champions edisi terakhir pada 20 Mei 1992 di Wembley mempertemukan finalis 1986, Barcelona, melawan jagoan Serie A, Sampdoria.
Barcelona dilatih oleh Johann Cruyff dan diperkuat oleh Pep Guardiola dan Ronald Koeman. Sampdoria dilatih oleh Vujadin Boškov dan dikapteni oleh Roberto Mancini.
Sepanjang 90 menit waktu normal, kedua tim tak mampu mencetak gol, sehingga pertandingan harus dilanjutkan ke extra time. Koeman akhirnya mencetak gol satu-satunya lewat tendangan bebas pada menit ke-112. Trofi Piala Champions terakhir pun mampir ke Camp Nou. Barcelona sempat berkesempatan untuk menambah koleksi gelar menjadi 2 pada 1994, namun berakhir dihancurkan the dream team, AC Milan, dengan skor 0 - 4. 19 tahun kemudian, 28 Mei 2011, Barcelona akan menundukkan Manchester United 3 - 1, juga di Wembley untuk merengkuh gelar ke-4.

1993 - Olympique Marseille 1 - 0 AC Milan
Final Liga Champions Pertama


Para pemain Marseille berlari bersama trofi Liga Champions pertama dan satu-satunya bagi mereka, dan juga bagi Prancis.
Milan sendiri berkesempatan untuk menjadi pemenang pertama dari Liga Champions, format baru kompetisi level satu Eropa yang dimulai pada musim 1992 / 93. 26 Mei 1993 adalah tanggalnya. Olympique Marseille adalah lawannya. Milan yang diperkuat nama-nama mentereng seperti Frank Rijkaard, Marco van Basten, Paolo Maldini, dan Roberto Donadoni serta dilatih oleh Fabio Capello lebih diunggulkan untuk menang. Namun, gol dari bek Marseille kelahiran Pantai Gading, Basile Boli, pada menit ke-43, membuat harapan Milan pupus. Trofi edisi 1993 menjadi satu-satunya trofi Liga Champions yang ada di Prancis.
Marseille dan presidennya, Bernard Tapie, tersandung skandal pengaturan skor di liga domestik. Akibatnya, mereka didegradasi paksa ke Divisi 2 pada musim 1993 / 94. Meski gelar Liga Champions tak terpengaruh skandal ini, mereka dilarang bermain di kompetisi Eropa pada musim berikutnya dan tak bisa mempertahankan gelarnya.

1999 - Manchester United 2 - 1 Bayern Munchen
Extra time, pemain pengganti, dan tendangan sudut


26 Mei 1999 awalnya akan menjadi milik Bayern Muenchen. Namun, MU mampu merebutnya hanya dalam 3 menit.
Final edisi ke-44, yang menutup final dekade 1990-an, dihelat di Camp Nou, Barcelona pada 26 Mei 1999. Kedua finalis sedang berusaha meraih treble pada musim itu. MU sudah memenangi Liga Premier Inggris 1998 / 99 dan Piala FA. Sementara Muenchen sudah mengamankan gelar Bundesliga 1998 / 99 dan akan memainkan partai final Piala DFB dua minggu kemudian.
Gelandang andalan The Red Devils, Paul Scholes dan Roy Keane tak bisa bermain di final dan Muenchen lebih diunggulkan. Benar saja, Muenchen langsung unggul pada menit ke-6 berkat sontekan Mario Brasler. MU berusaha menyeimbangkan kedudukan. Namun, hingga waktu normal berakhir, gol penyeimbang tersebut belum muncul. Pendukung Muenchen sudah menyalakan kembang api merayakan kemenangan yang di depan mata dan pita berwarna khas Die Roten telah dipasang di piala.
Namun Alex Ferguson tak kehabisan akal. Dengan 3 menit waktu tambahan, Fergie Time beraksi. Pada menit ke-90+1, David Beckham mengambil tendangan sudut. Beberapa pemain dari kedua tim bergumul di depan gawang, termasuk kiper MU, Peter Schmeichel. Teddy Sheringham, yang menggantikan Jesper Blomqvist pada menit ke-67, meraih bola dan menceploskannya tanpa bisa diamankan oleh Oliver Kahn. Skor imbang 1 - 1 dan tampaknya babak tambahan akan dimainkan.
Hanya dalam 2 menit, gol kedua MU tercipta, juga dari tendangan sudut oleh Beckham. Keajaiban kali ini dibuat oleh Ole Gunnar Solskjær, yang menggantikan Andy Cole pada menit ke-81. Skor 2 - 1 untuk MU. Pemain Muenchen mendadak tertunduk lesu, termasuk Lohtar Matthaus yang telah ditarik keluar pada menit ke-80 dan sudah mengalami kegagalan serupa 12 tahun sebelumnya saat menghadapi Porto. Fans MU bergemuruh hebat hingga tendengar seperti auman singa menurut Pierluigi Collina, wasit legendaris asal Italia dan membuat tribun Camp Nou bergetar hebat. Ketika Collina membunyikan peluit panjang yang mengakhiri pertandingan, para pemain MU bersorak gembira. Sementara fans dan pemain Muenchen bersedih karena kekalahan tragis hanya dalam tempo 3 menit. Treble MU musim itu, pertama bagi sebuah klub Inggris, menjadi sempurna.
MU menjadi klub Inggris pertama yang menjuarai Liga Champions sejak Tragedi Heysel 1985 dan yang menjadi juara meski tak menjuarai liga domestik musim sebelumnya. MU berada di posisi kedua klasemen akhir Liga Premier Inggris 1997 / 98, di belakang Arsenal, dan memulai kompetisi dari babak kualifikasi kedua.
Sementara Muenchen mengakhiri musim dengan hanya satu gelar setelah dikalahkan oleh Werder Bremen lewat adu penalti 5 - 4 setelah imbang 1 - 1 pada 12 Juni 1999 di final Piala DFB.
Pada 1999, Alex Ferguson mendapat gelar Sir dan sejak saat itu dikenal sebagai Sir Alex Ferguson.

2000 - Real Madrid 3 - 0 Valencia
Derby Pertama


Real Madrid, juara Liga Champions 1999 / 2000.
Final edisi 2000 menjadi final pertama yang mempertemukan dua klub dari liga yang sama (derby nasional). Dua klub La Liga, Real Madrid dan Valencia, bertemu di final ke-45 di Stade de France, Saint Dennis. Final ini berakhir untuk kemenangan Madrid dengan skor 3 - 0 lewat gol Fernando Morientis (menit ke-39), Steve McManaman (menit ke-67), dan Pangeran Madrid, Raúl González (menit ke-75).

2005 - Liverpool 3 - 3 AC Milan (Penalti : 3 - 2)
Keajaiban di Istanbul


Steven Gerrard dan Rafael Benitez, berkalungkan medali emas Liga Champions 2004 / 05, mengangkat trofi Liga Champions pada 25 Mei 2005.
Liverpool berjumpa AC Milan di Istanbul pada 25 Mei 2005 pada final edisi ke-50. Milan diperkuat oleh Paolo Maldini, Andrea Pirlo, Andriy Shevchenko, dan Ricardo Kaká. Di kubu Liverpool, ada legenda mereka, Steven Gerrard, dan Xabi Alonso.
Pada babak pertama, Milan sudah unggul 3 - 0 berkat gol dari kapten Paolo Maldini pada menit pertama dan dua gol dari Hernán Crespo pada menit ke-39 dan 44. Shevchenko sempat membuat gol, namun dibatalkan karena ia sudah dalam posisi offside.
Pada babak kedua, entah apa yang dikatakan Benitez kepada anak asuhnya di ruang ganti untuk meningkatkan moral, Liverpool melakukan come back yang apik hanya dalam 6 menit. Berawal dari umpan silang John Arne Riise, Gerrard menceploskan bola ke gawang Dida pada menit ke-54 yang berbuah gol pertama. Dua menit kemudian, pemain pengganti asal Republik Ceko, Vladimír Šmicer, mencetak gol kedua lewat tendangan jarak jauh ke sisi kiri bawah gawang. Menit ke-60, sebuah gol dari penalti Alonso, yang sempat diblok oleh Dida sebelum di-rebound, membuat skor imbang 3 - 3.
30 menit sisa babak kedua, waktu tambahan, dan juga babak tambahan tak menghasilkan gol lagi. Pemenang ditentukan oleh adu penalti. 2 tahun sebelumnya, Milan mengalahkan Juventus 3 - 2 juga lewat adu penalti di Old Trafford untuk mengklaim gelar keenam. Milan mengambil penalti pertama melalui Serginho. Pemain Brazil tersebut gagal menaklukkan kiper Jerzy Dudek asal Polandia karena tendangannya melambung ke atas mistar. Liverpool mengutus Dietmar Hamann sebagai eksekutor pertama. Ia sukses menaklukkan Dida. 1 - 0 untuk The Reds. Pirlo menjadi penendang kedua Milan. Ia berhasil menceploskan bola ke arah gawang, namun berhasil ditangkap oleh Dudek. Djibril Cissé berhasil mencetak gol penalti kedua untuk Liverpool dan skor 2 - 0. Keberhasilan Jon Dahl Tomasson dan kegagalan Riise di sesi ketiga sempat membangkitkan harapan I Rossonerri dengan memperkecil ketertinggalan menjadi 2 - 1. Apalagi Kaká juga berhasil mencetak gol dan membuat keadaan imbang 2 - 2. Namun, dengan keberhasilan Šmicer mengeksekusi penalti keempat Liverpool, juara ditentukan oleh Shevchenko yang menjadi penendang kelima. Legenda Ukraina yang menjadi aktor kemenangan Milan dalam penalti dua tahun sebelumnya gagal menaklukkan Dudek, yang menurut Pirlo memblok tendangan maut Shevchenko dengan mata tertutup. Liverpool menang 3 - 2 dan menjadi juara untuk kali kelima. Sementara itu, kekalahan ini nyaris membuat Pirlo pensiun, yang akhirnya ia lakukan pada 2017. Seandainya Milan juara, Carlo Ancelotti akan menjadi pelatih tersukses dalam sejarah Liga Champions dengan 4 gelar.
Milan dan Liverpool bertemu kembali di final Liga Champions 2006 / 07 di Stadion Olimpiade Athena pada 23 Mei 2007. Milan sukses mempermalukan Liverpool 2 - 1.

2014 - Real Madrid 4 - 1 Atletico Madrid
Derby Sekota


Semua berjalan baik bagi Los Rojiblancos hingga sundulan Ramos mengubah segalanya.
Sebelum final ini, terakhir kali Madrid menembus final dan menjuarai Liga Champions adalah pada 2002. Tendangan spektakuler Zinedine Zidane kala itu memberi kemenangan 2 - 1 atas Bayer Leverkusen dan gelar ke-9. Selanjutya, upaya Madrid dalam 11 edisi berikutnya selalu gagal. Baru pada 2014, Madrid berhasil menembus final kembali. Kali ini, Madrid diarsiteki oleh Ancelotti dan Zidane menjadi asistennya. Lawannya adalah sang tetangga, Atletico Madrid, yang telah mempecundangi Madrid di La Liga untuk menjadi kampiun musim 2013 / 14. Derby sekota pertama dalam sejarah final Liga Champions.
Madrid tertinggal lebih dahulu pada menit ke-36. Berawal dari tendangan sudut, Iker Casillas melakukan blunder dengan terlalu maju ke depan dan memberi kesempatan pada bek Atletico berkebangsaan Uruguay, Diego Godín, untuk menyundul bola yang terlambat direspon oleh Casillas. Atletico unggul 0 - 1 sampai waktu normal berakhir.
Pada waktu tambahan, gol penyeimbang Madrid tercipta. Dengan skema serupa gol Atletico, tendangan sudut Luka Modrić disambut dengan sundulan Sergio Ramos yang tak dapat ditangkap Thibaut Cortois. Skor 1 - 1 memaksa dilakukannya babak tambahan.
Babak tambahan pertama tak menghasilkan gol. Namun, babak tambahan kedua menghasilkan tiga gol tambahan Madrid. Gol pertama terjadi pada menit ke-110. Pergerakan Ángel Di María dari sayap kiri menembus kepungan 3 bek Atletico dan menceploskan bola yang dapat dihadang Cortois. Namun, bola bergerak liar di udara dan disundul oleh Gareth Bale yang tak bisa dijangkau Cortois. Skor 2 - 1 kini untuk Madrid. 8 menit kemudian, Marcelo membuat kiper Belgia kembali memungut bola untuk ketiga kalinya dari gawang. Tendangan mendatar dengan kaki kiri yang mengarah lurus ke gawang berhasil membuat skor menjadi 3 - 1. Skor menjadi 4 - 1 pada menit ke-120 berkat penalti Christiano Ronaldo yang dihadiahkan setelah Ronaldo dijatuhkan oleh pemain Atletico di kotak penalti. Selebrasi CR7 dengan melepas seragamnya membuatnya diberi kartu kuning oleh Bjorn Kuipers asal Belanda. Saat seleberasi itu sedang berlangsung, Raphael Varane menendang bola ke arah Diego Simeone. Varane dan Simeone kemudian terlibat cek cok. Varane diberikan kartu kuning sementara Simeone dikeluarkan dari lapangan. Madrid memperoleh gelar ke-10 atau La Decima dengan kemenangan 4 - 1, terbesar sejak 2004.
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 137 suara
Klub mana yang akan jadi Juara Liga Champions 2017 - 2018?
Zidane Hattrick Dong!
39%
This Season is Ours
26%
Klub Favorit Gue Gak Masuk Final :(
36%
Diubah oleh gilbertagung 06-05-2018 05:13
0
17.4K
130
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.