Istana Versailles merupakan sebuah istana megah yang terletak di barat daya kota Paris dengan jarak sekitar 20 kilometer. Perjalanan menuju Istana Versailles dengan menggunakan mobil memakan waktu kurang lebih setengah jam dari pusat kota Paris. 

Istana ini merupakan pusat kekuatan politik Kerajaan Prancis pada periode tahun 1682-1789. Istana ini juga merupakan lambang kemewahan kehidupan bangsawan Eropa pada era itu. Bagi Prancis sendiri, istana ini sekaligus merupakan lambang kekuasan absolut era ancient regime atau masa ketika kekuasaan feodal berkuasa di Prancis.

Istana Versailles (foto: dok.pribadi)

Kemegahan istana ini tercermin dari luas bangunan istananya yang mencapai 67.000 meter persegi. Bangunan istana yang begitu luasnya itupun masih dikelilingi oleh area taman dengan total luas wilayah mencapai 1.070 hektar. Atas dasar kemegahan dan nilai sejarahnya, Istana Versailles telah dinobatkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Namun, di balik kemewahan dan kemegahannya, istana tersebut juga merupakan lambang kesenjangan antara kaum aristokrat dan rakyat jelata di Prancis pada kala itu. Kesenjangan dan ketidakpedulian itulah yang akhirnya memicu berkecamuknya Revolusi Prancis pada tahun 1789.

Bermula dari Sebuah Pondok untuk Berburu

Raja Prancis pada periode 1610-1643, Louis XIII di masa kecilnya banyak menghabiskan waktu bersama ayahnya, Henry IV, dengan berburu binatang di Versailles. Pada masa itu, Versailles masih merupakan sebuah kawasan desa miskin yang berbatasan dengan hutan. 

Setelah dinobatkan sebagai Raja Prancis menggantikan ayahnya, Louis XIII semakin menyukai kawasan Versailles. Pada akhir tahun 1623, Louis XIII memutuskan untuk mendirikan pondok untuk menginap selama musim berburu di kawasan tersebut. Pondok inilah yang kelak menjadi fondasi dasar dibangunnya istana megah dan mewah di pinggiran Kota Paris.

Adalah Raja Louis XIV, anak dan penerus tahta Prancis menggantikan Louis XIII, yang kemudian membangun Istana Versailles. Mulai dari tahun 1661 sampai menjelang kematian Louis XIV pada tahun 1715, kompleks Versailles sering mengalami perombakan dan penambahan bangunan. 

Raja Louis XIV (foto: [url]https://en.wikipedia.org)[/url]

Pada tahun 1682, Louis XIV memindahkan pusat pemerintahan dan status domisili keluarga raja dari Paris ke Istana Versailles. Sejak saat itu, Versailles menjadi pusat kekuasan politik Prancis dan Louis XIV menjadi primus inter pares di kalangan aristokrat Prancis.

Pamor istana ini sangat mendunia di kala itu, terbukti dengan seringnya istana tersebut menjadi tempat resepsi penyambutan para duta besar kerajaan-kerajaan mitra Prancis. Hall of Mirrors merupakan salah satu ruangan resepsi megah di istana itu yang telah menjadi saksi dalam menyambut para duta besar dari Genoa, Siam, dan Persia. 

Hall of Mirrors yang Selalu Penuh dengan Pengunjung (foto: dok. pribadi)

Sepeninggal Louis XIV pada tahun 1715, tahta Prancis dilanjutkan oleh cucunya, Louis XV. Pada awal periode kekuasaannya, Louis XV mengembalikan pusat tahta Prancis ke Paris. Dengan kepindahan ini, selama periode lima tahun, Istana Versailles menjadi terbengkalai. 

Namun, pada tahun 1722, Louis XV memutuskan untuk kembali ke Versailles dan meneruskan jejak kakeknya dalam memugar dan mengembangkan Versailles. Sampai dengan akhir hayat Louis XV pada tahun 1774, Versailles mengalami perombakan besar pada struktur interior maupun eksteriornya.

Maria Antoinette dan Istana Kecilnya

Pada tahun 1770, Istana Versailles menjadi saksi kemegahan pesta pernikahan Louis XVI, dengan Arcduchess of Austria Marie-Antoinette. Louis XVI kemudian bertahta menggantikan kakeknya, Louis XV, pada tahun 1774. Sejak saat itulah Istana Versailles mendapatkan citra buruk sebagai lambang kesenjangan antara kehidupan mewah keluarga raja dan kemiskinan rakyat jelata.

Marie Antoinette terkenal sebagai seorang bangsawan yang glamor dan menyukai kemewahan. Louis XVI begitu mencintai istrinya dan rela untuk melakukan apa saja demi menyenangkan hati Marie Antoinette. Rasa cintanya inilah yang membuat Louis XVI memberikan Istana Petit Trianon kepada Marie Antoinette sebagai kediaman pribadi.

Istana dan Taman Petit Trianon (foto: [url]https://en.wikipedia.org)[/url]

Istana Petit Trianon sendiri dibangun oleh Louis XV dan didedikasikan sebagai kediaman pribadi untuk kekasih dan selirnya, Madame de Pompadour. Petit Trianon merupakan sebuah istana dengan gaya neo-klasik yang dirancang oleh arsitek kerajaan Ange-Jacques Gabriel. Istana ini dibangun di tengah-tengah botanical garden yang membuat istana ini sangat nyaman sebagai tempat menyepi.

Akhir Kisah Tragis Louis XVI dan Marie Antoinette

Kehidupan glamor penuh kemewahan yang dijalani oleh Marie Antoinette selama menjadi permaisuri Louis XVI inilah yang kemudian membuat hidup mereka berakhir dengan tragis. Louis XVI yang naif dan ingin mendapatkan perhatian dari istrinya, tidak segan menghamburkan kekayaan negara demi memuaskan keinginan istrinya.

Pada masa itu, rakyat Prancis hidup dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang menguntungkan. Tarif pajak yang sangat tinggi dibebankan kepada rakyat oleh otoritas kerajaan. Pajak ini membuat kehidupan rakyat Prancis menjadi sangat menderita. Di sisi lain, kehidupan mewah yang dijalani oleh Marie Antoinette membuat pamor keluarga kerajaan jatuh, baik di mata rakyat maupun keluarga bangsawan Prancis lainnya.

Kemarahan rakyat Prancis memuncak dan berujung pada sebuah revolusi yang berlangsung pada periode 1789-1799, yang dikenal dengan nama French Revolution. Louis XVI dan Marie Antoinette kemudian ditangkap dan diadili dengan tuduhan pengkhianatan terhadap negara. Nasib keduanya berakhir tragis, ketiga pengadilan memutuskan untuk menghukum mati keduanya. Louis XVI dieksekusi pada 21 Januari 1793 sementara Marie Antoinette dieksekusi pada tanggal 16 Oktober 1793.

Menjadi Atraksi Wisata untuk Publik

Istana Versailles sendiri ketika masa revolusi tidak pernah dijarah maupun dirusak, namun beberapa barang koleksi yang ada di dalamnya disita dan kemudian dilelang. Semenjak itu, istana tersebut dibuka sebagai atraksi wisata untuk publik. Sepanjang perjalanannya, istana ini sepertinya ditakdirkan untuk selamat dari jarahan dan kehancuran akibat peperangan.

Selama Perang Dunia ke-1 berlangsung, istana ini tetap utuh dan tidak terpengaruh oleh perang yang sedang berkecamuk. Istana Versailles justru menjadi tempat bersejarah sebagai tempat ditandatanganinya perjanjian damai (Treaty of Versailles) yang mengakhiri perang. 

Istana Versailles di Kala Senja (foto: dok.pribadi)

Namun karena kekurangan dana, istana ini sempat terbengkalai selama beberapa waktu. Selain itu beberapa bencana alam juga merusak taman-taman di kompleks istana tersebut. Atas donasi dari beberapa miliader dunia dan pihak-pihak yang peduli akan warisan budaya Prancis, istana ini pun terselamatkan dari kehancuran.

Saat ini, Istana Versailles terbuka untuk publik sebagai salah satu atraksi utama di Prancis. Kurang lengkap rasanya jika mengunjungi Paris tanpa melihat istana mewah ini. Musim semi dan musim panas adalah waktu yang paling tepat untuk mengunjungi istana ini. Selama periode ini, pengunjung dapat melihat beberapa atraksi dan festival. 

Bagi mereka yang ingin melihat lebih dekat kehidupan keluarga raja-raja Prancis dari dekat, penulis menyarankan untuk mengambil paket guided tour. Dengan paket ini, pengunjung dapat masuk dan melihat dari dekat ruangan-ruangan yang hanya dibuka khusus dengan paket ini, seperti King’s Apartment dan Queen's Private Apartment.



Sumber : https://kumparan.com/adhi-kawidastra...a-raja-prancis

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Istana Versailles: Simbol Kekuasaan Absolut Raja-raja Prancis

- Menulis Itu (Tidak) Mudah

- Lima hal menarik dari Wellington, the coolest little capital in the world