Jakarta - Bahan baku impor menjadi produk yang paling terkena dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Belakangan ini mata uang negeri Paman Sam nyaris tembus Rp 14.000.
Kondisi tersebut pun memberikan dampak terhadap sparepart alias onderdil barang elektronik seperti handphone (telepon genggam).
Eki yang merupakan salah satu pegawai toko servis handphone di mall ambasador, Jakarta Selatan ini mengaku beberapa harga sparepart mengalami kenaikan, dan ini mempengaruhi ongkos servisnya.
"Sparepart itu ada kenaikan sekitar 10%, dan ini berpengaruh ke biaya servis," kata Eki kepada detikFinance, Jakarta, Rabu (25/4/2018).
Beberapa produk suku cadang yang mengalami kenaikan harga antara lain LCD atau layar dan batu baterai. Sebelum ada gejolak nilai tukar rupiah, dikatakan Eki, harga sparepart tersebut bisa terpaut Rp 50.000 sampai Rp 100.000.
"Normalnya itu LCD Rp 250.000, sekarang kalau mau servis sekitar Rp 300.000 dan tergantung juga kerusakannya apa, paling banyak sekarang penyakit HP itu LCD dan baterai," ungkap dia.
Sementara itu, Aris yang juga pemilik toko servis HP ini mengaku masyarakat yang mendatangi tokoknya sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Dia mengaku sebelumnya masyarakat yang menyambangi kantornya bisa lebih dari 10 orang setiap bulannya untuk melakukan servis.
"Sekarang kalau servis jarang, paling dari langganan 5-6 orang satu bulan, kalau lagi ramai, ramai banget biasanya," ungkap Aris.
Dengan biaya suku cadang handphone yang terdampak dari pelemahan rupiah ini pun secara langsung menggerus pendapatannya.
Biasanya dalam satu bulan Aris mampu membukukan omzet sekitar Rp 7 juta sampai Rp 10 juta.
"Sekarang sudah sepi, paling di bawah Rp 7 juta," kata dia. (dna/dna)
https://finance.detik.com/berita-eko...olar-as-ngamuk