Quote:
Spesimen kepala burung dodo di Museum of Natural History Oxford University, Inggris | University of Warwick
Burung dodo terakhir telah mati sekitar 300 tahun lalu. Kini baru terungkap misteri bahwa salah satu spesimen terakhir burung dodo--burung yang mengilhami penulis Lewis Carol atas karyanya Alice in Wonderland--ternyata mati karena dibunuh secara sadis.
Dodo Lewis Carroll, atau juga dikenal dengan sebutan Oxford Dodo, dipamerkan di Museum of Natural History Oxford University yang berada di Inggris. Spesimen tersebut kemudian menjadi objek penelitian sekelompok ilmuwan guna memecahkan misteri yang telah membingungkan para peneliti selama bertahun-tahun.
Menurut penelitian dengan terobosan baru oleh Museum of Natural History Oxford University dan WMG di University of Warwick, Oxford Dodo ternyata mati setelah ditembak di bagian belakang kepalanya.
Menggunakan teknologi pemindaian forensik revolusioner dan keahlian kelas dunia, para peneliti telah menemukan bukti mengejutkan bahwa Oxford Dodo ditembak di leher dan belakang kepala dengan senapan.
Temuan yang dilakukan oleh Paul Smith, direktur Museum of Natural History, dan Mark Williams dari WMG, menjadi jelas ketika partikel misterius ditemukan dalam spesimen selama proses pemindaian dilakukan untuk membantu menganalisis anatomi.
Analisis selanjutnya dari bahan dan ukuran partikel dalam spesimen mengungkapkan bahwa mereka adalah butiran peluru timbal, biasanya digunakan untuk berburu unggas liar selama abad ke-17.
Temuan itu menimbulkan keraguan pada teori yang diyakini sebelumnya bahwa Oxford Dodo hidup terpelihara di sebuah rumah di London abad ke-17, yang mati hingga akhir hayat.
Oxford Dodo menjadi spesimen paling lengkap dari spesies dodo yang didapatkan dalam kondisi hidup, dan satu-satunya spesimen dengan jaringan lunak yang masih bertahan.
Hasil dari penelitian kolaboratif selama tiga tahun ini telah menunjukkan tembakan tidak menembus tengkoraknya. Hal ini sekaligus mengungkap tengkoraknya sangat tebal.
Untuk melakukan penelitian ini, spesimen Dodo dipindahkan dari Oxford ke laboratorium pemindaian canggih milik Williams di WMG. Menggunakan teknologi pemindaian CT dan perangkat lunak khusus untuk analisis 3D, para peneliti menganalisis tengkorak dodo dan membuat citra digital. Teknologi yang digunakan memungkinkan peneliti untuk melihat ke dalam bagian spesimen, mengungkapkan detail tanpa merusak atau membelah spesimen.
Oxford Dodo awalnya datang ke Oxford University sebagai bagian dari koleksi spesimen dan artefak Tradescant yang dikumpulkan oleh ayah dan anak John Tradescant di London pada abad ke-17.
"Meskipun hasil awalnya mengejutkan, namun menarik untuk dapat mengungkapkan bagian penting dari cerita dalam kehidupan burung punah yang paling terkenal di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Anda melakukan penelitian investigasi, Anda tidak pernah cukup tahu apa yang akan Anda temukan," kata Williams dalam
unggahan resmi di situs universitas.
Kepunahan burung dodo
Tidak banyak informasi yang mereferensikan kehidupan burung dodo. Meskipun burung ini dapat dikatakan menjadi salah satu spesies punah yang paling terkenal di dunia.
Burung dodo mendapatkan namanya dari kata Portugis yang berarti "bodoh". Penamaan ini berlaku karena penjajah mengejeknya lantaran mereka tidak lari saat berhadapan dengan manusia pemburu.
Namun, ada juga yang mengatakan nama dodo
berasal dari bahasa Belanda"dodaars", salah satu spesies burung air.
Burung setinggi satu meter itu punah karena kehadiran para pelaut dan anjing, kucing, babi, dan monyet yang berkoloni di Pulau Mauritius, Afrika Timur pada abad ke-17. Karena spesies ini hidup terisolasi di Mauritius selama jutaan tahun, mereka tak kenal takut akan kehadiran pihak asing. Padahal, ketidakmampuannya terbang membuatnya mudah dimangsa.
Penampakan terakhirnya dikonfirmasi pada tahun 1662, setelah pelaut Belanda pertama kali melihat spesies ini 64 tahun sebelumnya yakni pada 1598.
Berabad-abad berevolusi tanpa predator, burung dodo sempat bertahan hidup dalam kedamaian. Namun dengan kedatangan pemukim manusia ke pulau berarti jumlah populasi dodo berkurang dengan cepat. Pengurangan ini lantaran dodo menjadi salah satu sumber makanan manusia.
Ada juga para ahli yang mengatakan punahnya dodo kemungkinan besar karena
invasi tikus dan hewan lain yang dibawa oleh kapal pendatang. Teorinya, hewan pengerat tersebut memakan telur dodo.
Barulah pada 1796 kepunahan dodo diketahui oleh publik melalui informasi dari ahli paleontologi Prancis, Georges Cuvier. Pada tahun 1848, peneliti Victoria, Hugh Edwin Strickland dan Alexander Gordon Melville menerbitkan buku tentangnya berjudul The Dodo and Its Kindred.