Ale rasa beta rasa, kita basudara, sama rasa sama rata, saling suka
TS
babygani86
Ale rasa beta rasa, kita basudara, sama rasa sama rata, saling suka
Di Papua Barat ada filosofi tiga batu satu tungku, itu prinsip untuk menjaga keseimbangan hidup dan kebersamaan hidup, untuk menjaga keseimbangan dan harmoni antara adat, pemerintahan, dan agama.
Quote:
Di Fakfak ada adat. Jika Ibu yang dulu Islam lalu pindah ke Kristen, salah satu anaknya harus kembali ke Islam. Ayah pindah Kristen, anaknya harus ada yang kembali ke Islam. Orangtua bilang ke anak, ‘Nenekmu dulu Islam, pindah ke Kristen, dan belum ada yang ganti.’ Lalu anak pun masuk ke agama Islam. Dan mereka biasa-biasa saja. Apakah ini bukan berarti kadar beragama orang Fakfak masih rendah? tidak juga. Masing-masing orang tetap menjalani hidup beragamanya dengan sungguh-sungguh, rajin sembahyang, dan sejenisnya. Kesadaran orang Fakfak sudah trans-agama. Kita saja bertoleransi sering sebatas sopan santun, namun orang Fakfak sudah melampaui toleransi. Umat Islam biasa mengajak saudaranya yang Kristen masuk ke masjid serta merayakan Lebaran, tetapi juga ikut hadir di baris terdepan gereja mendengar khotbah Natal sampai selesai. Sementara, keluarga Kristen sangat hormat pada saudaranya yang beragama Islam, sampai punya piring khusus di rumah untuk menjamu mereka karena tahu mereka tidak makan babi. Kampung Kristen bisa dikepalai oleh orang Islam.
Quote:
Lalu di Makasar kita kenal prinsip Sipakatawo, kita harus memandang manusia sebagai manusia seutuhnya tanpa membedakan latar belakang. Dan ada prinsip Pacce; pacce itu perasaan belas kasihan kepada orang yang menderita tanpa perlu melihat darimana asal sukunya, kita sama rata sama rasa. Nilai ini dipandang sebagai sebuah konsep yang memberi dampak terhadap perilaku masyarakat yang menganutnya.
Dalam Budaya Bugis ada budaya yang disebut Siri’ Ripakasiri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga diri atau harkat dan martabat keluarga. Siri’ jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar karena taruhannya adalah nyawa. Contohnya adalah kasus kekerasan, seperti penganiayaan atau pembunuhan dimana pihak atau keluarga korban yang merasa terlanggar harga dirinya (Siri’na) wajib untuk menegakkannya kembali, kendati ia harus membunuh atau terbunuh. Utang darah harus dibalas dengan darah, utang nyawa harus dibalas dengan nyawa. Dalam keyakinan orang Bugis atau Makassar bahwa orang yang mati terbunuh karena menegakkan Siri’, matinya adalah mati syahid, atau yang mereka sebut sebagai Mate Risantangi atau Mate Rigollai, yang artinya bahwa kematiannya adalah ibarat kematian yang terbalut santan atau gula. Dan, itulah sejatinya Ksatria.
Quote:
Nah, kita mungkin dari Timur, logat kita, cara kita bicara, kulit kita mungkin berbeda, tapi ada prinsip orang Ambon yang sangat menarik. Dia bilangnya begini, Parsis macang pohon sagu, tarbae di luar tapi barsi di dalang. Jadi mungkin kami seperti pohon sagu, dari depan mungkin tampak kurang elok, hitam, berduri, mungkin menakutkan, tapi percayalah hati kami putih dan suci seperti buah sagu.
Salah satu kota yang terletak di timur Indonesia ini selalu menyimpan cerita unik. Yang udah nonton film Minion pasti familiar banget dengan kata Ukulele . Yep, ukulele adalah sebutan untuk gitar kecil yang sering dimainkan oleh para minion lucu di film itu. Ukulele adalah alat musik petik sejenis gitar berukuran kecil, sekitar 20 inci, dan merupakan alat musik asli Hawaii yang ditemukan sekitar tahun 1879. Di Indonesia sendiri, alat musik yang biasa disebut bayi gitar itu memang lebih sering kita temukan dalam pertunjukkan musik keroncong. Tapi ternyata kedatangan pertama Ukulele ini bukan di Pulau Jawa, melainkan di Kepulauan Maluku, kepulauan yang ibukotanya adalah Ambon. Alfonso d Alburqueque yang membawanya. Ia adalah pemimpin armada Portugis yang membawa Ukulele ke kepulauan Maluku untuk pertama kalinya.
Kemudian dalam soal kebersamaan, orang Indonesia timur selalu bilang, Sagu salempang patah dua, kalau kita sudah bersaudara, kita bagi rata sama-sama, tidak ada perbedaan satu sama lain. Sagu adalah lambang hidup orang Maluku. Dan ketika ia dibagi dua, itu sebenarnya menunjuk pada adanya krisis hidup. Tetapi krisis hidup itu kemudian secara sadar membawa pada sebuah tindakan berbagi agar basudara lain juga menikmati hidupnya bersama-sama.
Jadi dari Sabang sampai Merauke, dari Barat sampai Timur, dari Miangas sampai Pulau Rote, dari Utara sampai Selatan, ada satu kalimat yang menarik dari Papua dan dari Ambon, Ale rasa beta rasa, kita basudara, sama rasa sama rata, saling suka, saling cinta dalam satu ikatan. Ale Indonesia, beta Indonesia, kita semua Indonesia pusaka. Ewakoo!!