Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kh4msinAvatar border
TS
kh4msin
Bantuan Langsung Lempar (ala Jokowi): Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia?
Bantuan Langsung Lempar: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia?
 MINGGU, 22 APRIL 2018 , 07:34:00 WIB



YOUTUBE: Bagikan Hadiah Ke Warga, Jokowi Lempar Langsung Dari Dalam Mobil

JIKA saja senyuman yang dilempar, atau lambaian tangan seperti selayaknya dilakukan para pesohor juga petinggi negara, barangkali tak jadi buah bibir.

Di sela kunjungannya ke daerah, ia membagikan barang kepada rakyat yang berada di sisi jalan dengan cara melempar-lempar. Dalam video rekaman Romahurmuzy yang sempat viral dan menjadi polemik, juga nampak jelas bagaimana Jokowi membagikan barang dengan melempar langsung ke arah rakyat. 

Boleh jadi pembisik Jokowi memberi saran demikian agar citra dekat dengan rakyat semakin terpatri. Tapi jika dipikir sekali lagi, apakah tepat jika seorang pemimpin mewujudkan kepeduliannya kepada rakyat dengan cara melemparkan barang? Kenapa tidak berhenti sejenak dan membagikan secara manusiawi agar pencitraan itu semakin sempurna.

Barangkali orang menilai hal tersebut sebagai soal teknis, meskipun sebagian lain menyoalnya sebagai perkara etika. 

Namun yang lebih substansi dari semua itu adalah, jika seorang pemimpin ingin benar-benar hadir di hati rakyatnya, maka yang diperlukan bukanlah pencitraan, melainkan keberpihakan.

Sebagai penguasa hari ini, yang harusnya dikeluarkan oleh Jokowi bukan opini, bukan pula citra diri, melainkan kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat Indonesia. 

Saya tekankan sekali lagi, rakyat Indonesia, bukan rakyat asing yang datang berduyun sebagai pekerja di saat rakyat kita susah setengah mati mendapat pekerjaan. 

Jika partai di mana Jokowi bernaung, pernah demikian kritis terhadap “Bantuan Langsung Tunai” di era SBY sebagai suatu tindakan atau kebijakan yang tidak mendidik dan cenderung melemahkan rakyat, maka apakah solusi terbaik untuk mengentaskan kemiskinan rakyat Indonesia dengan memberikan “Bantuan Langsung Lempar”? Saya pikir, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak bisa diwujudkan dengan Bantuan Langsung Lempar. 

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah soal serius menyangkut nasib ratusan juta rakyat. Dan itu hanya bisa diselesaikan dengan keberpihakan penguasa terhadap rakyatnya. 

Hal yang seharusnya dilakukan dalam waktu yang tersisa ini adalah berupaya sekuat tenaga untuk menepati daftar panjang “Berpuluh Janji” yang terucap saat kampanye, mewujudkan Nawacita yang sudah jarang disebut-sebut lagi, dan berpegang pada prinsip Trisakti apapun resikonya. 

Kesejahteraan rakyat tidak tercukupi dengan pencitraan, rasa lapar rakyat tidak dikenyangkan dengan senyuman, kedekatan penguasa dengan rakyat seharusnya bukan kedekatan artifisial. 

Kedekatan dengan rakyat adalah keniscayaan bagi penguasa yang kebijakan-kebijakannya pro rakyat. 

Tanpa semua ikhtiar itu, maka rasanya ajal politik Jokowi selesai di tahun 2019. Sebab rakyat akan dengan sendirinya mencari pemimpin baru yang berpihak dan keberpihakan itu tercermin dari kebijakan-kebijakan sang pemimpin

http://politik.rmol.co/read/2018/04/...at-Indonesia--


Jokowi Lempar Hadiah Dari Mobil, 
MS Kaban: Lebih Sopan Mana Dengan Kartu Kuning ?
Selasa, 06 Februari 2018 | 6:57 AM




Source pic: abadikini,com


SERUJAMBI.COM – Ketua Dewan Syura Partai Bulan Bintang dan Mantan Menteri Kehutanan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, MS Kaban, mengecam keras Aksi Presiden Joko Widodo yang melakukan aksi melempar hadiah atau bingkisan dari dalam mobil kepada warga di rute yang dilalui konvoi presiden.

Aksi terbaru Jokowi itu diabadikan Ketua Umum PPP Romahurmuziy yang satu mobil dengan Jokowi. Romy, merekam aksi Jokowi melempar hadiah dari dalam mobil, dan disebarkan melalui akun Twitter @MRomahurmuziy.


“Saya beruntung bisa mengabadikan sendiri kedekatan Presiden Jokowi dengan rakyat. Beliau mempunyai kebiasaan unik, yaitu selalu menyapa masyarakat yang menyambutnya dipinggir jalan dan tidak akan menutup jendela mobil sampai benar-benar tidak ada orang,” tulis @MRomahurmuziy, dilansir media online politik Indonesia, Abadikini.com.


MS Kaban juga mengingatkan dari semua Presiden RI mul
ai dari Bung Karno sampai Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah bagi hadiah dengan melempar dari Mobil.

“Saraf memory coba mengingat semua Presiden RI mulai Bung Karno Pak Harto Mbak Mega dan SBY gak pernah bagi hadiah dengan melempar dari mobil. Kecuali…OrJa,” tegas MS Kaban di akun Twitter @hmskaban pada Selasa (6/2/2018).

Ketua Dewan Syura Partai Bulan Bintang ini membandingkan aksi Jokowi tersebut dengan pemberian “kartu kuning” dari Ketua BEM UI Zaadit Taqwa pada Jokowi.


“Seluruh foto terkait kebiasaan Presiden Jokowi memberi hadiah dengan cara melempar dari mobil perlu diabadikan untuk dikenang lebih sopan mana dengan kartu kuning?” kata @hmskaban.


Mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang itu juga mempertanyakan kepada sikap Jokowi tersebut.


“Nalar tololku cari hikmah adab apa yg sedang ditawarkan pada rakyat NKRI memberi dgn cara melempar,kmudian smile.” kata @hmskaban


Dalam video yang diunggah pada 3 Februari 2018 itu, tampak Romy tertawa kecil melihat Jokowi melempar sejumlah benda dari dalam mobil. Romy terlihat duduk di kursi bagian

https://www.serujambi.com/2018/jokow...-kartu-kuning/


Jokowi, Bantuan Langsung Lempar Dan Budaya Kemiskinan
 MINGGU, 22 APRIL 2018 , 08:14:00 WIB |


source pic: merdeka.com


JOKOWI sudah diperingatkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk menghentikan kebiasaannya melempar-lemparkan hadiah dari mobil dan memberi uang kepada orang miskin, tukang becak dan lain sebagainya, saat melakukan kunjungan kerja.

Sikap Bawaslu ini dapat dimaknai sebagai peringatan bahwa tindakan Jokowi itu dapat dikatagorikan berbau money politic, yakni mempengaruhi rakyat melalui pemberian sesuatu. 

Pemaknaan ini dapat dilakukan karena meskipun saat ini belum masa kampanye, semua pihak tahu bahwa tahun ini adalah tahun politik.

Pada tahun 2009, sebelum Pemilu, Megawati Soekarnoputri mengkritik keras Bantuan Langsung Tunai (BLT) rezim SBY, yang dianggap Mega sebagai penghinaan terhadap rakyat miskin dan cenderung menciptakan mental pengemis dikalangan rakyat miskin. 

Kali ini, ketika Megawati diam saja atas bantuan langsung lempar (BLL) ala Jokowi, adiknya Rachmawati Soekarnoputri melakukan kritik pedas. Rachma mengatakan Soekarno, ayahnya, Sang Proklamator, tidak pernah melakukan hal hina seperti itu. Cara melempar-lempar bantuan seperti yang dilakukan Jokowi bersifat menghina rakyat. 

Dan Soekarno, selalu berupaya melepaskan jeratan kemiskin rakyat melalui upaya upaya program yang terstruktur dan terukur. Hal ini disampaikan Rachma kemarin, 21 April, ketika merayakan Hari Kartini dikawasan Mampang Jakarta.

Rakyat Miskin dan Budaya Kemiskinan


Rakyat miskin di Indonesia terus bertambah. Busung lapar terjadi di Papua dan Lampung. Pengangguran terus meningkat. Ketimpangan sosial terus menajam. Pernyataan ini tentu bertentangan dengan data BPS yang berusaha terus untuk menampilkan perbaikan dan kemajuan disektor sosial dan ekonomi.

Hal ini dapat kita sepakati jika kita sungguh sungguh ingin memperbaiki nasib bangsa dengan benar- dimulai dari data. Umpamanya, ketika BPS (2017) melansir kemiskinan di Jakarta hanya sebesar 3,78 persen, dan terkecil di Indonesia, tak lama kemudian gubernur dki Anies Baswedan menegaskan bahwa orang miskin mencapai 30 persen di Jakarta. 

Perbedaan terjadi ketika BPS menggunakan garis kemiskinan perbulan sebesar Rp 550 ribu, sedangkan Anies merujuk pada angka rasional kemiskinan di bawah Rp 1 juta (mendekati angka world bank $2 per hari). Apalagi jika kita coba merujuk pada upah minimum di Jakarta  Rp 3,5 juta, maka angka kemiskina lebih besar lagi.

Pengangguran juga dikatakan terendah sepanjang sejarah hanya 5,5 persen. Sesuatu yang tidak logik ketika kisaran pertumbuhan angkatan kerja (2017) mencapai 2,6 juta jiwa, lapangan kerja hanya mampu menyerap 1,17 juta jiwa. Bahkan, hanya 500 ribu jiwa yang diserap disektor formal dan bekerja penuh waktu (35 jam kerja/minggu).

Rakyat miskin yang semakin banyak sudah menjadi sorotan Bank Dunia yang melihat pola pertumbuhan ekonomi kita yang lebih menguntungkan segelintir lapisan masyarakat atas. Sedangkan ketimpangan yang semakin tajam telah diperlihatkan oleh riset Oxfam (Inggris) dan Megawati Institute (2017) yang memperlihatkan kecenderungan kekayaan orang kaya mencapai 10 kali pertumbuhan rata rata GDP perkapita.

Situasi kemiskinan, pengangguran dan Ketimpangan sosial ini pada akhirnya menempatkan orang orang miskin pada siklus kemiskinan yang turun temurun.

Dalam situasi kemiskinan turun temurun, dan jebakan komunitas sesama miskin, berbagai ahli sepereti Oscar Lewis dan Daniel Patrick Moynihan melihat kemiskinan yang persisten dan budaya mempunyai keterkaitan.

Budaya kemiskinan dikaitkan dengan "way of life" orang orang miskin sejak kecil beradaptasi dalam kemiskinan mereka.

Sehingga persoalan kemiskinan ini mempunyai dua masalah, yakni miskin itu sendiri dan budaya kemiskinan.

Dengan demikian, selain perubahan yang bersifat struktural, pendekatan mengatasi kemiskinan juga membutuhkan pensekatan kultural. Bagaimana orang orang miskin mengalami "pembebasan" dari mental kemiskinan

Bantuan Langsung Lempar dan Revolusi Mental


Aktivitas Jokowi dalam melempar lempar bantuan kepada rakyat ditepi jalan, bahkan memberikan uang, menyebar dalam berbagai video viral, yang memancing berbagai pendapat publik. Bagi pro Jokowi, hal itu dianggap positif, karena disebutkan Jokowi peduli dengan rakyat miskin. Bahkan, sebagian pendukung Jokowi mengatakan babwa Jokowi mirip dengan Amirul Mukminin Umar Bin Khattab.

Benarkah hal itu positif? Tentu hal itu dapat kita bantah sebagai berikut: pertama, merujuk pada pimpinan PDIP, Megawati, yang merupakan bos Jokowi, tindakan bantuan yang dilakukan secara langsung dapat menciptakan budaya pengemis. 

Kedua, memberikan bantuan dengan melempar lempar kurang berbudaya egaliter dan humanistik. Meskipun rakyat yang ditemui adalah tukang becak, tetap saja seorang pemimpin perlu menyerahkan secara langsung. 

Ketiga, dalam tahun Pemilu seperti saat ini, wajar muncul kecurigaan, sebagaimana Bawaslu, bahwa kenapa uang negara digunakan untuk mencari empati langsung?

Bantahan ini akan lebih parah lagi jika mengaitkan dengan sifat Amirul Mukminin Umar Bin Khattab, di mana dalam kisah beliau menjumpai warganya yang kelaparan, beliau mengantar dan memikul sendiri bantuan ke rumah warga miskin tersebut, bahkan tanpa memberitahu dia adalah pemimpin saat itu.

Memberikan BLL tentu saja merusak mental. Padahal rencana Revolusi Mental Jokowi adalah membangun kesadaran rakyat untuk menjadi pekerja keras dan menolak cara cara mudah mendapatkan sesuatu secara gratis.

Rakyat Miskin dan Pembebasan


Bawaslu dan Rachmawati Soekarnoputri sudah berada pada kritik yang benar terhadap Jokowi dalam kasus BLL ini. 

Sudah sepantasnya Jokowi memenuhi saran dan kritik mereka. Karena, jika semakin lama itu dibiasakan berlangsung, maka ini akan menjadi tauladan buruk yang akan mungkin diikuti oleh para kepala daerah, calon kepala daerah, (calon) anggota DPR/DPRD, dan lain sebagainya. Dan jika ini menjadi kebiasaan elit, akan merusak upaya kita membebaskan rakyat miskin dari kemiskinan.

Seorang presiden ataupun pemimpin adalah pembebas. Yakni membebaskan keterbelakangan rakyatnya. Membebaskan rakyatnya dari kebodohan dan kemiskinan. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan spirit revolusioner yang menyasar agenda struktural dan kultural.

Semoga Jokowi yang awalnya menggembar gemborkan revolusi mental dapat kembali ke kittahnya


http://politik.rmol.co/read/2018/04/22/336530/Jokowi,-Bantuan-Langsung-Lempar-Dan-Budaya-Kemiskinan-

-----------------------------

Yaa begini saja, pihak protokoler Istana dan Paspampres mengatur keinginan Presiden Jokowi  untuk berrtemu bersalaman dan bertegur sapa dengan rakyatnya dalam setiap acara kunjungan dimluar Istana (terutama kalau sedang kunjungan ke daerah-daerah). Misalnya ditentukan di titik-titik mana sang Presiden harus berhenti untuk menyalami dan bertegur sapa pada rakyatnya secara langsung. 

Kemudian apakah dalam acara interaksi langsung itu sang Presiden hanya salaman doank atau ada bagi-bagi hadiah sedikit (dalam masyarakat kita, budaya memberi hadiah itu bukan hal yang dianggap tak sopan, tapi suatu hal yang boleh-boleh saja, apalagi bila bertemu keluarga yang Pejabat atau orang kaya). 

Hanya kalau dengan cara dilempar itu seperti gambar di video diatas, kesannya memang nggak baik untuk masyararakat kita dan tak elok dilihat bangsa lain (apalagi sudah viral di youtube misalnya). Disamping hal itu cukup membahayakan keselamatan warga yang dilewati rombongan mobil Presiden itu kalau mereka berebutan ketikan tahu ada hadiah yang di lempar-lemparkan dari mobil presidennya (sementara kita paham laju kendaraan pengiring rombongan Presiden biasnya melaju cukup kencang). 

emoticon-Ultah

tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
3.2K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.