Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

SolarGladesAvatar border
TS
SolarGlades
[CatPer] Indahnya sunrise di Surya Kencan. Enggak kalah bagus sama di puncak Gede.
Selamat pagi kawan-kawan pencinta alam.
Di trit kali ini ijinkan gue menceritakan sedikit pengalaman mendaki Gn. Gede. Sebenernya udah agak basi sih, mengingat pendakian ini di bulan Juli kemarin karena kesibukan (baca: kemalasan) yang bertubi-tubi, sehingga cukup menghalangi terciptanya trit ini. Mohon dimaafkan ya gan/sis.

Berawal dari post seseorang yang gue temukan di explore Instagram, gue mulai tanya-tanya deh mengenai detail pendakian. Tanya tanggal, akomodasi/transportasi menuju mepo, dan tentunya harga. Mengingat syarat yg diperlukan untuk mendaki Gn. Gede cukup ribet, dan harga yang rasional, akhirnya ane putuskan untuk join dengan mereka.
Di hari H, gue ditawarin untuk ketemu di mepo keberangkatan. Tapi, mengingat lokasi domisili yang lebih dekat (Tangerang) dibandingkan ke mepo keberangkatan (Cawang) gue putuskan untuk naek motor aja ke BC mereka (terima kasih buat agan TheCriminalCat, dan Meru buat ngasih tau lokasi BC ini). Kalo dari itin sih, kita musti kumpul di BC jam 11 malem, berhubung cuaca sedang hujan gue baru berangkat jam 9 malem, dan sampe di Cibodas jam 11:30.

Setibanya di BC ge kira bakal ketemu anak-anak muda, eh ternyata udah om-om semua. Di situ gue ngerasa minder, jangan-jangan cuma gue yg paling muda. Usut punya usut ternyata om-om ini panitia acara pendakian ini, mereka ngadain acara ini sebagai napak tilas pas mereka masih muda (mereka bilang terakhir naik ke Gn. Gede sekitar 1997). 2 jam ngobrol, gue mulai ngerasa ngantuk dan lelah karena habis kerja + bawa motor ke BC. Gue ijin istirahat bentar.

Jam 5 pagi gue dibangunin, untuk final check pendakian. Gue gak sarapan tapi malah beli bekal makan siang. Beberapa peserta lain yang datang setelah gue juga ikut siap-siap, untungnya ada yg seumuran sama gue jadi nggak minder-minder amat.
Spoiler for Morning Call:

Setelah menunggu angkot yang cukup lama, gue dan rombongan lainnya berangkat pukul 06:30 ke BC Putri. Hawa sejuk dan kontur jalan yang meliuk-liuk membuat gue tertidur lagi di angkot. Jam 7, kami sampai di depan BC Putri. Di situ panitia mengurus simaksi pendakian.
Spoiler for BC Putri:

Spoiler for Simaksi:

Beres urus simaksi, kami mulai pendakian. Hawa sejuk dan berkabut menemani awal perjalanan kami. 30 menit perjalanan, kami berhenti sejenak memastikan anggota lain tidak tertinggal.
Spoiler for Leyeh-leyeh:

Selang beberapa menit, kami melanjutkan perjalanan kembali.
Spoiler for Lanjutken:

Selain karena pesertanya cukup banyak (kira-kira 30 orang, ada peserta cewek juga) ditambah fisik panitia yang mulai termakan usia membuat tempo pendakian kami cukup santai tapi konsisten. 30 menit berjalan, 5-10 menit berhenti.
Spoiler for Santai tapi pasti:

Spoiler for Santai tapi selow:

2 jam berlalu, kami sampai di Pos I. Sudah pasti di sini kita berhenti sejenak meluruskan kaki, merebahkan keril yang berat atau sekedar menambah pasokan oksigen (a.k.a merokok).
Spoiler for Pos I:

Beres sebats, dll. Kami melangkah kembali menuju pos II
Spoiler for Pos II:

Dari pos II, gue mulai nackal. Waktu itu panitia mempersilahkan siapa saja yang nafasnya kaya kuda boleh melanjutkan pendakian tanpa harus menunggu anggota yang tertinggal. Dengan setengah berat hati dan setengah lagi agak senang, gue mulai meninggalkan satu persatu teman sependakian. Tapi sebelumnya salah satu dari panitia berpesan untuk tetap istirahat jika sudah lelah dan jangan beristirahat cukup lama karena nanti ketika melanjutkan pendakian akan cepat lelah, dan jadi sering berhenti.
Spoiler for Naik:

Spoiler for Naik terus:

Spoiler for Tepar itu pasti:

Spoiler for Pasar Pendaki:

Dalam perjalanan gue nguping pembicaraan pendaki lain, intinya sih berapa pos lagi biar sampe SurKen. Salah satunya bilang, setelah ini pos terakhir sebelum SurKen. Sekitar jam 12:30 gue tiba di pos terakhir. Jujur, meskipun pendakian Gn. Gede ini terbilang jauh tapi di setiap pos nya selalu ada akang penjual gorengan/minuman, harganya juga nggak mencekik. Di situ gue beli gorengan, sekalian ngeteh itung-itung sebagai penghangat sementara dari suhu yang lumayan dingin.
Spoiler for Hangat:

Setelah cukup kenyang, gue melanjutkan pendakian kembali. Jangan sedih, trek tetap menanjak kok.
Spoiler for Mantap jiwa:

45 menit mendaki, akhirnya gue sampai juga di Surya Kencana. Sumpah ini view keren banget! Gue nggak sabar untuk berjalan di antara taman Edelweiss, tapi waktu itu hujan juga sedang turun jadi gue harus meneduh dulu di depot mamang penjual gorengan. Di situ gue bertemu juga anggota pendakian yang udah sampai duluan. Setelah berdiskusi sejenak, kami memutuskan untuk menunggu anggota yang lain. 20 menit berlalu hujan berhenti, gue coba berkeliling di sekitar area untuk foto-foto Edelweiss.
Spoiler for Surya Kencana:

Setelah menunggu sekitar 1 jam lebih, beberapa panitia mulai berdatangan tapi belum full team. Demi menghemat waktu, 1 panitia berjaga-jaga di depan sementara kami bertugas mencari spot untuk mendirikan tenda karena cuaca mulai mendung disertai gerimis.
Spoiler for Berkabut:

Semakin jauh kami berjalan, kabut semakin menebal. Penglihatan semakin sulit, bayangkan saja teman ane yang berjarak 5 meter saja mulai samar-samar. Orang-orang yang kesulitan menemukan temannya harus menggunakan kata panggilan tertentu seperti "Oey", "Kiw Kiw", "Iyoi", dan bermacam-macam panggilan. Setiap kali berhenti di suatu tempat, tenda-tenda sudah berdiri sehingga memaksa kami harus mencari tempat lain. Pukul 16:30 kami sudah mendirikan tenda di tempat yang agak sempit namun cukup terlindungi dari hembusan angin yang kencang.

Di sini gue nggak sempat ambil foto karena cuaca semakin memburuk. Angin semakin kencang disertai hujan. Kami memilih berlindung di dalam tenda untuk menghangatkan tubuh. Dan bisa dipastikan, tim di belakang juga harus menunggu hujan reda agar bisa datang ke area tenda kami. Walky talky yang disediakan di BC pun tidak sanggup meraih tim yang tertinggal, sehingga dengan terpaksa salah satu dari panitia harus menerjang derasnya hujan ke pintu masuk Surya Kencana. Waktu itu menunjukkan pukul 7 malam. 1 jam menunggu, mereka belum juga datang. Pun begitu dengan hujan yang tak kunjung berhenti. Hingga akhirnya sekitar jam 9 malam, teman-teman kami yang tertinggal mulai berdatangan. Dengan cepat kami mulai mendirikan tenda, teman-teman yang mulai mengalami gejala hypotermia dibekali teh hangat dan jaket tebal. Keril dan sepatu ditinggalkan begitu saja di luar tenda ditutup flysheet. Malam itu kami semua berlindung di dalam tenda, sesekali ane melirik ke luar sejenak untuk melihat cuaca namun sepertinya hujan dan kabut tak berangsur berhenti.

Jam menunjukkan pukul 4:30 pagi, cuaca sudah membaik namun hembusan angin masih kencang. Dari kejauhan terlihat beberapa pendaki mulai melakukan summit attack. Gue tergoda untuk ikut juga, tapi gue lebih memilih untuk stay di area tenda dengan alasan keamanan karena sepertinya hanya gue yang bangun. Gue mulai mempersiapkan kamera dan tripod untuk mengambil foto sunrise. Ada hal yang cukup unik saat gue mengambil beberapa foto sunrise, yaitu di foto tersebut ada yang merepresentasikan bagian tubuh seekor burung (CMIIW). Mungkin yang waktu itu sedang mengambil foto sunrise di Surya Kencana bisa dishare juga.
Spoiler for Burung Fajar:


Pukul 7 pagi, sebagian besar anggota sudah ada yg bangun. Ada yg memulai dengan berfoto dengan Edelweiss sembari membawa kertas dengan tulisan-tulisan. Ada yang mencoba menghangatkan badan dengan memasak air. Dan di situ gue mulai merasakan kelaparan, gue mulai merogoh keril gue yang tergeletak di luar tenda mencari sebungkus Indomie lalu memakannya mentah-mentah. Tak apalah, cukup enak juga kok. Kapan lagi bisa makan Indomi mentah ditemani bunga Edelweiss?
Spoiler for Indomie dan Edelweiss:

2 jam waktu diberikan dari panitia untuk bebas dengan kegiatan masing-masing. Termasuk merapihkan tenda karena setelah di puncak kami turun via Cibodas. Pukul 9 kami berkumpul, sudah dengan keril masing-masing. Tak lupa mengambil foto bersama untuk dokumentasi panitia, dan kemudian melanjutkan pendakian menuju puncak Gede.
Spoiler for Menuju puncak:

Spoiler for SurKen:


Satu jam mendaki, sampailah gue (lagi-lagi meninggalkan rombongan) di puncak Gede. Sama seperti di puncak gunung lainnya, view yang disuguhkan memang sangat tidak manusiawi, melainkan naturalisasi *halah
Kalo kata kids zaman now, mau hp lo jelek juga kalo foto di puncak gunung udah pasti bagus.
Spoiler for Puncak:

Spoiler for Puncak lagi:

Jam menunjukkan pukul 11 siang, kami disarankan panitia untuk turun agar sampai di BC Cibodas tepat waktu, tidak kemalaman, dan ya taulah kalo lewat maghrib gimana serunya trek Cibodas.

Satu persatu kami pun mulai menuruni puncak Gede. Di sini gue mulai meninggalkan temen-temen yang lain lagi. Melewati tanjakan setan (awalnya gue nggak tau kalau tanjakan yg pake webbing itu dinamain ini). Melewati pos Kandang Badak, Kandang Batu, hingga nyobain menuruni Air Terjun Panas, sungguh asik banget! Sayangnya, gue harus lepas kacamata karena penuh kacanya penuh uap.
Spoiler for Air Panas:


Beberapa meter setelah melewati Air Terjun Panas, di sinilah karma gue meninggalkan teman-teman yg lain dimulai. Perlahan-lahan dengan gue menuruni anak tangga, lutut kanan gue mulai nyeri. Awalnya gue coba beristirahat sejenak meluruskan kaki, namun lama kelamaan lutut kanan gue udah gak bisa diajak kompromi, gue harus menuruni anak tangga dengan pelan-pelan atau bakalan ngerasain nyeri yg cukup bikin gue meringis atau parahnya, jatuh karena gak seimbang. Sesampainya di pos Panyangcangan gue beristirahat cukup lama di sini, gue juga meminta balsem dari pendaki lain untuk mengurangi sakitnya. 30 menit rebahan, gue mencoba berjalan normal tapi kenyataan berkata lain, balsem pun nggak cukup menangkal nyeri lutut gue. Alhasil dari Panyangcangan sampai di pos pemeriksaan gue harus berjalan menyeret kaki gue yang satunya lagi, yang pada akhirnya lutut kiri gue mulai menunjukkan kelelahannya dengan merasakan nyeri di lutut kiri gue. Gue berjalan cukup lambat, bahkan dedek gemes yang lagi balik pulang dari pacaran di Curug Cibereum aja lebih cepet. Orang-orang yg melewati gue melihat gue dengan aneh, sesekali ada yang menanyakan keadaan gue, lalu udah aja jalan terus.

Sesampainya di Telaga Biru gue udah sempet mikir yang enggak-enggak nih. Kan nggak lucu kalo diisengin dengan keadaan gue yg kayak gini. Tapi jujur, di daerah sekitar situ sunyi banget, ditambah vegetasi pepohonan yang rapat membuat sinar matahari susah masuk. Gue diem aja di situ fokus sampai tujuan aja deh. Beberapa ratus meter setelah melewati Telaga Biru, gue denger ada langkah kaki di belakang gue. Yg satu nyeletuk "Eh lo denger ngga?" Dengan ketus pendaki satunya jawab "Udah diemin aja!" "Tapi lo denger kan?" kata temennya lagi memastikan. "Nanti aja dibawah ngobrolnya, sekarang cepetan turun!" jawab temennya dengan cepet. Di situ gue mikir mereka berdua denger apaan, mampus nih kalo gue sampe denger. Namun nasib berkata lain, gue berhasil merobohkan badan gue yg lelah di pos pemeriksaan. Gue berterima kasih banget sudah dibantu sampai bawah.
Spoiler for Sampaai:

Gue beristirahat sebentar di situ melepas lelah. Lalu melanjutkan perjalanan ke BC mepo. Di sana gue bertemu dengan panitia yg khusus menjaga BC mepo, cerita-cerita sedikit. Pesen makan, minum, kemudian pamit pulang ke Tangerang.

Yakk, demikianlah CatPer gue di Gn. Gede. Mohon maaf jika cerita kurang menarik atau ada beberapa foto yang nggak ada. Semoga next catper gue bisa lebih baik lagi.
Salam lestari.
Diubah oleh SolarGlades 09-10-2017 23:19
0
5.2K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.