Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pascrotAvatar border
TS
pascrot
Hanura Sebut Oposisi Sedang Panik Sehingga Gemar Mainkan Isu Sampah



Gerindra Kritik Bagi-bagi Sembako
Hanura Sebut Oposisi Sedang Panik Sehingga Gemar Mainkan Isu Sampah
Selasa, 10 April 2018 15:51:47
Reporter : -




Dipakai Bersama
Hanura Sebut Oposisi Sedang Panik Sehingga Gemar Mainkan Isu Sampah
Ketua DPP Hanura, Ahmad Nawardi
Jakarta (beritajatim.com) - Ketua DPP Hanura, Ahmad Nawardi menyebut partai oposisi sedang panik menghadapi Pilpres 2019. Sehingga kata Nawardi, oposisi gemar memainkan isu ‘sampah’ untuk menciptakan persepsi buruk publik terhadap Presiden Joko Widodo.

Demikian disampaikan Nawardi menyikapi kritik dari partai oposisi, Gerindra. Sebelumnya, anggota DPR Fraksi Gerindra Rachel Maryam menilai, aksi bagi-bagi sembako tidak mencerminkan pendidikan politik yang baik.

Begitu juga dengan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera yang menyayangkan aksi Jokowi bagi-bagi sembako, yang menurutnya bukan tindakan bijak. “Partai oposisi sebetulnya sedang dihantui kegagalan dalam kontestasi Pilpres 2014 silam. Akibat trauma politik ini, oposisi sibuk mencari isu murahan untuk menyerang Presiden Jokowi. Tapi publik sudah cerdas, sehingga diserang dengan isu apapun Presiden Jokowi tingkat elektabilitas dan akseptabilitas dalam rilis sejumlah lembaga survei selalu dominan dari tokoh kelompok oposisi,” kata Nawardi di Jakarta, Selasa, (10/04/2018).

Menurut anggota DPD RI ini, kegiatan bagi-bagi sembako yang dilakukan Presiden Jokowi dalam kunjungan kerja ke berbagai daerah merupakan sesuatu yang wajar. Sehingga tidak perlu dipolitisasi.

“Bagi-bagi sembako Presiden Jokowi jika dimaknai secara lebih cerdas merupakan potret keberpihakan terhadap rakyat kecil. Apalagi tradisi baik ini sudah dilakukan presiden sejak tahun 2016, yang bertujuan untuk mengurangi beban ekonomi rakyat kecil dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tapi bagi oposisi, niat baik presiden dijadikan komoditas politik murahan,” tegas mantan anggota DPRD Jawa Timur tersebut.

Ketika ditanya, apa sebetulnya motif politik dibalik serangan oposisi terhadap Presiden Jokowi terutama soal bagi-bagi sembako, Nawardi menegaskan oposisi sedang berjuang mencari muka untuk mendapatkan simpati publik.

Sekalipun kata Nawardi, itu tidak mudah karena publik puas dengan berbagai pencapaian pembangunan di bawah pemerintahan Jokowi-JK. “Ini lebih kepada reaksi kepanikan oposisi untuk mendapatkan simpati publik. Coba bayangkan, Presiden Jokowi mendapatkan serangan politik bertubi-tubi, mulai dari antek asing, pendukung komunis, sampai persoalan utang luar negeri. Tuduhan ini sengaja dimainkan lawan politik untuk meruntuhkan citra Presiden Jokowi. Apalagi berkaitan dengan bagi bagi sembako bukan hanya terjadi sekarang, tapi juga terjadi di pemerintahan sebelumnya,” kata Nawardi.

Nawardi juga menjelaskan, anggaran yang digunakan Jokowi untuk membeli sembako bersumber dari pos Bantuan Presiden (Banpres). Anggaran yang ada di pos Banpres berasal dari dana operasional presiden. Pos ini dikelola oleh Sekretariat Presiden yang berada di bawah Sekretariat Negara.

“Apalagi sumber dana untuk pembelian sembako jelas dan dapat dipertanggung jawabkan. Kecuali bagi-baginya pada saat kampanye baru dapat dipersoalkan secara moral dan politik,” imbuh mantan wartawan Tempo tersebut.

Siasat ‘Buruk’ Naikkan Elektabilitas Prabowo Nawardi juga meyakini, serangan terhadap Presiden Jokowi yang dipelopori kelompok oposisi bagian dari upaya politik untuk menaikkan elektabilitas Prabowo Subianto, sebagai tokoh yang paling berpotensi menjadi lawan Jokowi dalam Pilpres 2019.

“Kelompok oposisi terutama Gerindra dan PKS sedang berpacu dengan waktu untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas Prabowo terhadap Jokowi. Sehingga kinerja pemerintah selalu dilihat sebagai sesuatu yang an sich. Wajar jika mereka lebih sibuk untuk menjelekkan pemerintah dengan berbagai isu sehingga mengakibatkan kekacauan di masyarakat,” tegas pria kelahiran Madura tersebut.

Nawardi kemudian membeberkan sejumlah rilis lembaga survei dimana tingkat elektabilitas Jokowi selalu di atas Prabowo.

Dalam Survei Indo Barometer yang dilaksanakan pada Januari 2018 di 34 Provinsi, Presiden Joko Widodo sebagai calon presiden dengan elektabilitas tertinggi.

Dalam simulasi 2 nama Jokowi vs Prabowo, Jokowi unggul dengan angka 48,8 persen. Sedangkan Prabowo berada di angka 22,3 persen.

Demikian juga dalam hasil survei Polcomm Institute yang dilaksanakan pada Maret 2018 di 34 Provinsi. Dari data survei, Jokowi yang diusung PDI Perjuangan memeroleh pilihan sebesar 49,08 persen. Sementara, Prabowo dipilih 29,67 persen.

Bahkan dalam hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan elektabilitas Jokowi masih di urutan pertama. Berdasarkan jawaban spontan responden, elektabilitas Jokowi ada di angka 38,9 persen.

Secara berurutan, di bawahnya ada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 10,5 persen. Survei dilakukan pada bulan Desember 2017.“Angka-angka ini merupakan representasi kepuasaan publik terhadap kinerja dan pencapaian pemerintahan Presiden Jokowi. Sehingga isu apapun yang akan dimainkan oleh oposisi tidak akan mengurangi kecintaan rakyat Indonesia terhadap Presiden Jokowi,” demikian tukas Nawardi.[ted]

http://m.beritajatim.com/politik_pem...su_sampah.html

Ngohahaha... Termasuk nasbung disini , cuma sampah !!
0
1.4K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.