Lawan dari kapitalisme itu bukan socialisme.

Kamu bisa membuat negara dimana orang productive happy dan orang yang tidak productive untung juga. Kapitalis happy karena pajak penghasilan 0. Socialist happy karena mereka dapat citizen dividend.

Georgism, misalnya, bisa menyenangkan kaum kapitalis dan kaum socialist.

Sama seperti libertarianisme. Lawan dari libertarianisme bukan konservative atau liberal. Liberal lebih happy di negara libertarian karena kebebasan individu. Konservative lebih happy di negara libertarian karena kebebasan ekonomy. Lawan dari liberal itu statism. Statism terjadi dimana the state menentukan apa yang baik, buruk, dan bukan individu.

Lawan dari kapitalisme itu cronysm.

Seperti dalam kapitalisme, dalam cronysm, pekerja yang innovative yang kaya. Tetapi kekayaan mereka didapat dari rent seeking. Rent seeking vs innovasi itu seperti mencuri vs bekerja.

Bayangkan negara dimana merampok tidak boleh tapi perang boleh. Ya konyol kan? Jaman dulu begitu. Orang boleh perang karena alasan apa saja toh nggak ada facebook dan whatsapp ini buat complain. Akhirnya ekonomy manusia nggak maju maju.

Banyak agama dibuat jaman dulu juga tidak terlalu mempermasalahkan ini, kecuali agama Mohism dari Cina.

Pemimpin tentara paling berpikir bagaimana kita membagi uang jarahan dan bukan berpikir bagaimana kita membentu stabilitas politik supaya tidak ada yang saling menjarah.

Contoh, saya bikin pabrik tepung lalu saya jual. Bisa? Bisa. Masalahnya juga bukan modal. Tinggal pinjem. Kalau bisa dipercaya jadi.

Masalahnya semua orang juga bisa bikin pabrik tepung. Dalam kapitalisme murni, harga jual tepung akan sekian sehingga supply ketemu demand. Kalau semua orang bisa bikin pabrik tepung setiap orang keuntungannya "wajar" yang kira kira sama dengan opportunity cost.

Jadi gimana?

Dalam cronysm, Suharto memberi monopoli tepung terigu ke Om Liem. Nah kita nggak boleh import tepung terigu meskipun diular sono harganya lebih murah. Dengan monopoli itu indomie bisa gencet supermie karena supermie nggak bisa dapat tepung terigu.

Kalau di negara kapitalis, Om Liem harus innovasi. Mungkin bikin merk, bikin bakmi yang lebih enak, franchise, leverage, dan lain lain buat kaya. Di negara crony Om Liem cukup miara babe.

Akhirnya korupsi tinggi.

Orang yang mendukung cronysm akan benci kaum sekuler, liberal, dan kapitalist. Mereka akan selalu berusaha meyakinkan masyarakat kalau pemerintah harus "ikut campur" mengurusi ini, itu dan lain lain. Mereka ingin perijinan dipersulit.

Mereka protest kalau pemerintah mempermudah ijin, mengimport garam, mempekerjakan pekerja asing, dan tidak peduli agama.

Mereka mempersulit perijinan, korupsi, lobby pejabat, di bail out kalau gagal, dan lain lain. Banyak dari mereka pakai agama buat kepilih. Banyak dari mereka memberi informasi menyesatkan waktu menjual barang.

Tapi kita nggak boleh bilang bohong karena kalau kita bilang bohong kita ditaro di makob. Hukum sering kali berpihak pada mereka karena hukumnya memang di buat krony mereka.

Kamu tidak bisa membuat kapitalis (dalam hal ideology) dan cronyst happy. Mereka berlawanan.


Kapitalisme yang memaksa semua pengusaha bersaing, menguntungkan pekerja dan konsumen. Lihat saja uber dan gojek dan grab bike. Mereka semua losing money. Tapi mereka menciptakan lapangan kerja yang amat besar. Konsumen pun mendapat transportasi umum yang jauh lebih bagus dari bus way, metromini, dan apapun yang diatur pemerintah.

Nah sekarang coba lihat harga daging sapi di Indo dibanding harga daging sapi di Australia. Dalam cronysm semua tidak boleh import kecuali yang punya ijin. Ya wajar mereka menyogok pejabat yang memberi ijin dan bagi hasil lalu menikmati seluruh price difference. Akhirnya korupsi naik.

Cronysm bisa dianggap sebagai lawan kapitalis. Tapi bisa dianggap sebagai bentuk kapitalisme juga.

Yang terjadi adalah seorang kapitalis (dalam arti pengusaha) tinggal switch side dan tetap kaya "either way".