Jakarta - Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) Prof Yusril Ihza Mahendra menyinggung ayah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pidatonya. Yusril menjelaskan dia hanya memberikan contoh kasus.

Pidato itu disampaikan dalam pembukaan tablig akbar Kongres Umat Islam di Sumatera Utara, Jumat, 30 Maret 2018. Yusril berbicara di atas panggung yang juga dihadiri sejumlah tokoh, seperti Amien Rais dan Kivlan Zen.

"Konteksnya adalah perjuangan politik umat Islam, mengenai seperti apa Indonesia merdeka," kata Yusril saat dimintai konfirmasi detikcom melalui sambungan telepon, Selasa (3/4/2018).

Yusril menjabarkan, ada dua golongan di Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yakni golongan Islam dan golongan yang ingin memisahkan urusan agama dengan kenegaraan. Kedua pihak itu, kata Yusril, tak bisa menemukan titik temu sehingga akhirnya melakukan kompromi.

"Kompromi yang pertama tentang syariat Islam dan kedua soal presiden harus orang Indonesia asli," kata Yusril.

Kompromi itu kemudian menghasilkan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Menurut Yusril, saat itu disepakati bahwa Indonesia berdasarkan Ketuhanan dan menjalankan syariat Islam serta Presiden RI harus orang Indonesia asli dan beragama Islam.

Masih kata Yusril, Piagam Jakarta kemudian diubah pada 18 Agustus 1945, sehingga kata-kata tentang menjalankan syariat Islam dihapus. Selain itu kesepakatan soal Presiden RI harus beragama Islam juga hilang meski tak pernah dibahas di sidang PPKI, kata Yusril. Kemudian pada 2003 lewat amendemen UUD 1945, Prof Sahetapy dari PDIP mengubah pasal tentang syarat menjadi Presiden RI.

"Kata-kata soal syarat menjadi presiden menjadi warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tak pernah jadi warga negara lain atas kemauan sendiri," papar dia.

Yusril mengaku tak sekadar membahas tentang Ahok di pidato tersebut. Setelah memaparkan soal perubahan pasal tentang syarat menjadi Presiden RI, barulah Yusril bicara soal ayah Ahok, Indra Tjahaja Purnama.

"Di situ saya nyeletuk soal Ahok, saya bilang Ahok tak bisa jadi presiden, sebab Ahok bapaknya WNA," ujar dia.

Pakar hukum tata negara itu kemudian menjabarkan tentang sejarah undang-undang kewarganegaraan. UU tersebut baru terbentuk pada 1946, yang menyatakan bahwa WN Indonesia adalah orang yang berada di wilayah Indonesia pada saat diproklamasikan kecuali dia menolaknya.

Maka itu semua orang Tionghoa, kata Yusril, yang tak menolak pun termasuk sebagai WNI. Tetapi kemudian pada 1948, ujar Yusril, pemimpin China Mao Zedong menyatakan WN China adalah seluruh orang China baik yang berada di China daratan ataupun luar negeri.

"Akibatnya, orang China di Indonesia punya dua kewarganegaraan," ujar dia.

UU kewarganegaraan di RI, sambung Yusril, mengalami perubahan pada 1958. Sebelumnya juga sempat ada kesepakatan antara mantan Menlu RI Soenario Sastrowardoyo dengan Menlu China Zhou Enlai tentang masalah dwikewarganegaraan. Disepakatilah bahwa permasalahan ini akan diselesaikan selama 5 tahun.

"Lantas pada 1962 orang-orang WN Tiongkok dikumpulkan di pasar, itu dikumpulin sama camat, ditanya satu-satu. Misal si Acong, 'Cong, pilih apa, WNI atau Tiongkok?' Misal dia bilang WNI ya dicatat WNI, tanya misal A Lee pilih apa, 'Saya mau Tiongkok', ya ditulis Tiongkok," ungkap Yusril.

Kala itu Yusril masih berusia sekitar 6 tahun. Dia mengaku turut menyaksikan proses pencatatan tersebut. Kebetulan Yusril dan Ahok berasal dari daerah yang sama, yakni Belitung Timur.

"Saya tanya orang-orang tua, mereka bilang Tjoeng Kim Nam pilih Tiongkok. Ahok kan lahir tahun '66, kalau bapaknya Tiongkok berarti kewarganegaraan Ahok waktu lahir apa?" tanya Yusril.

Tjoeng Kim Nam merupakan nama lain ayah Ahok. detikcom meminta konfirmasi kepada adik Ahok, Basuri Tjahaja Purnama, secara terpisah dan membenarkan soal nama lain tersebut. Tetapi Basuri menegaskan bahwa ayahnya lahir di Belitung Timur.

Masih soal kewarganegaraan, Yusril lalu mengutip pernyataan Ahok pada akhir 2015. Ketika itu Ahok mengakui dia baru memakai nama 'Tjahaja Purnama' setelah mengurus SKBRI atau Surat Keterangan Bukti Kewarganegaraan Indonesia milik ayahnya.

"Kalau saya sebagai ahli hukum tata negara tahu apa arti SKBRI itu. Dia punya SKBRI karena dia WN Tiongkok," ujar Yusril.

Dia menambahkan, jika ingin data detail terkait hal ini, bisa mencari di Dinas Pencatatan Sipil di Belitung Timur, sehingga semua jelas.

"(Terkait Ahok di pidato itu) saya hanya kasih contoh doang," pungkas dia.

Meski Yusril tak secara khusus membahas ihwal ayah Ahok, adik Ahok merasa keberatan. Basuri Tjahaja Purnama berkeberatan atas pernyataan itu dan meminta Yusril memohon maaf.

"Sederhanalah, jangan inilah, yang paling penting harus minta maaf sama orang tua saya," kata Basuri melalui sambungan telepon. (bag/fjp)

https://m.detik.com/news/berita/d-3951133/penjelasan-yusril-soal-pidato-yang-singgung-ayah-ahok