Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annisaputrieAvatar border
TS
annisaputrie
Jokowi Yakin Menang dalam Perang Lawan Ekstremisme
Jokowi Yakin Menang dalam Perang Lawan Ekstremisme

Posted on April 1, 2018 

Sumber aslinya disi:


source: [url]https://asia.nikkei.com/Features/Interview/Indonesia-s-president-confident-of-winning-fight-against-extremism[/url]

Presiden Indonesia Joko Widodo yakin bahwa dirinya akan menang dalam perang melawan ekstremisme, di tengah meningkatnya kelompok-kelompok garis keras di Indonesia. Ia menunjukkan tekad yang kuat tersebut menjelang pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada tahun 2019 mendatang.
Oleh: Gwen Robinson (Nikkei Asian Review)

JAKARTA—Setelah memasuki lingkungan istana presiden Bogor, Indonesia, sulit untuk mengingat bahwa pria yang terlihat muda dan bersahaja, yang berkeliling di sekitar properti luas menggunakan mobil golf adalah kepala sebuah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi terbesar ketiga.

Baca Juga : Jokowi Bebas Pilih Cawapres dari Golkar, Sementara Setnov Hadapi Hukuman Penjara

Presiden Joko Widodo, atau lebih dikenal dengan “Jokowi“, memiliki wibawa seorang negarawan sekaligus seorang yang beberapa orang anggap sebagai “bocah laki-laki dari desa.” Sebagai seseorang yang dikenal sebagai penggemar musik heavy metal, ia juga dikenal karena sering berkunjung ke komunitas di seluruh negeri. Hari ini, dengan menaiki mobil golf di taman umum yang berdampingan dengan istana, dia sering berhenti untuk mengambil foto narsis dan mengobrol dengan orang-orang yang berkerumun di sekitar kendaraan yang terbuka itu. “Ini adalah satu-satunya kendaraan yang boleh saya kendarai,” katanya dengan senyuman yang khas. “Saya mencoba (keluar) saat akhir pekan.”

Kesederhanaan itulah yang membantu menggerakkan Jokowi hingga jabatannya saat ini. Lahir di sebuah perkampungan kumuh di Solo, Jawa Tengah, ia menjadi pengusaha mebel sebelum menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Kemudian pada tahun 2014, ia mencalonkan diri sebagai presiden, dan memenangkan pemilu nasional yang sengit—kemenangan bersejarah bagi seseorang yang tidak memiliki latar belakang militer atau politik.

Sisa dari pemilu tersebut masih menggema dalam suasana politik agresif di Indonesia saat ini, dengan berita utama harian tentang gerakan terbaru para penentang dan ketegangan yang telah berlangsung lama antara presiden dan parlemen yang susah diatur. Bahkan dengan jajak pendapat yang menempatkan tingkat dukungan terhadap Jokowi sebesar 76 persen, terdapat gejolak politik yang intens di partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang secara resmi mendukungnya sebagai calon presiden untuk pemilu nasional 2019.

Ini adalah tindakan politik Bizantium Indonesia—seorang pemimpin populer tidak akan memiliki jaminan untuk dipilih kembali oleh partainya untuk bertanding yang kedua kalinya. Sebaliknya, bahkan setahun yang lalu, ada desas-desus tentang kudeta militer untuk menggulingkan Jokowi setelah ratusan ribu orang turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang mantan sekutu dekatnya, Gubernur Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.

Bendera Sang Saka Merah-Putih dengan salah satu dari banyaknya lukisan di istana. (Foto: Paulius Staniunas)

Dengan menuding latar belakang China-Kristen gubernur tersebut, kelompok-kelompok Islamis membangkitkan kemarahan, menuduh bahwa dia melakukan penghinaan karena “menistakan” Al-Quran—sebuah tuduhan yang mengakibatkan Ahok kemudian diadili, dihukum, dan saat ini menjalani hukuman penjara.

Pergolakan itu membawa Jokowi ke dalam konfrontasi dengan kelompok-kelompok Islamis garis keras. Dia turut membela Ahok. Pada bulan Juli 2017, pemerintah menggunakan peraturan khusus untuk membubarkan kelompok Muslim Hizbut Tahrir Indonesia, menyebut dukungannya pada kekhalifahan sebagai alasan. Meskipun sekitar 87 persen dari 261 juta populasi Indonesia adalah Muslim, namun negara ini secara resmi merupakan negara sekuler—fakta yang sering ditekankan Jokowi. Menyusul larangan HTI, ia memperketat peraturan tentang gerakan massa untuk membuatnya lebih mudah dalam melarang kelompok-kelompok yang melanggar prinsip-prinsip yang diabadikan secara konstitusional negara.

Ditanya tentang tantangan menyeimbangkan unsur-unsur ekstremis negara, dan apakah Indonesia masih secara sadar menjadi negara sekuler seperti dulu, ia memilih kata-katanya dengan hati-hati. “Pluralisme terdapat di dalam DNA Indonesia. Islam di Indonesia selalu damai dan toleran. Tidak ada yang akan mengubah ini. Tidak ada kelompok yang akan diizinkan untuk mengancam perdamaian dan harmoni Indonesia,” katanya. “Kami terus bekerja sama dengan para pemimpin agama dan kelompok masyarakat untuk memerangi ekstremisme.”

Ini adalah pernyataan yang menunjukkan bahwa akan ada lebih banyak perjuangan di masa depan, tidak terkecuali pada serangan serentak terakhir dari anggota parlemen dan pelobi Islamis ultra-konservatif yang telah mendukung proposal dalam parlemen untuk mengkriminalisasi hubungan seksual gay dan pranikah. Undang-undang yang diusulkan tersebut telah memicu kecaman internasional dari kelompok-kelompok hak asasi manusia, dan sekali lagi menyoroti meningkatnya pengaruh Islamis konservatif di negara tersebut—dan posisi Jokowi yang rapuh di depan kelompok-kelompok kepentingan yang bersaing.

Sekali lagi, presiden memainkan diplomasinya. “Indonesia memiliki norma-norma budaya yang harus dihormati,” katanya tentang usulan kontroversial tersebut. “Namun, konstitusi kami tidak mengizinkan siapa pun menjadi subjek kekerasan atau diskriminasi karena siapa atau apa mereka—dan itulah intinya.”

Apakah Jokowi khawatir bahwa sikap semacam itu dapat meningkatkan ketegangan dengan kelompok-kelompok Islamis? “Saya rasa saya bisa menangani ini,” jawabnya dengan nada tegas.

Apakah dia bisa atau tidak, kepercayaan diri yang tenang itu akan menjadi sesuatu yang penting selama apa yang sepertinya menjadi tahun terakhir yang kuat dari masa jabatan pertamanya ini. Pemilu lokal, yang akan berlangsung pada akhir Juni, dengan pemungutan suara serentak untuk pemilihan gubernur dan wali kota di 171 daerah, pasti akan memanas. Lalu ada pemilu yang akan diselenggarakan pada bulan April 2019. Jokowi tidak mau berkomentar mengenai prospek kemenangannya tahun depan, dan hanya mengatakan, “Saat ini, prioritas saya adalah memberikan mandat yang saya terima dari masyarakat ketika saya pertama kali terpilih. Tentu saja saya harap masyarakat akan memperbolehkan saya untuk melanjutkan (periode jabatan saat ini) sampai akhir. Dan saya akan tetap bekerja bahkan ketika kampanye dimulai.”

Joko Widodo, dikenal sebagai presiden rakyat, bertemu dengan masyarakat di luar Istana Presiden. (Foto: Paulinus Staniunas)

Terlepas dari ketegangan politik dan agama di negara ini, presiden tersebut memiliki rekam jejak yang kuat. “Dibandingkan dengan ekonomi global, perekonomian kita berjalan baik. Pada tahun 2017, Indonesia tumbuh sebesar 5,1 persen. Indonesia dapat tumbuh secara realistis setidaknya 5,3 persen menjadi 5,4 persen pada tahun 2018, meskipun saya memiliki cita-cita yang jauh lebih tinggi,” katanya.

“Tapi yang lebih penting daripada pertumbuhan ekonomi adalah kualitas dari pertumbuhan tersebut. Masyarakat perlu merasakan hidup mereka menjadi lebih baik.”

Dan apakah hidup mereka menjadi lebih baik? “Ya,” katanya dengan tegas. “Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah memangkas tingkat kemiskinan ke tingkat terendah dalam 16 tahun terakhir, menjadi 10,1 persen pada September 2017. Bagi saya, memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran yang rendah lebih berarti daripada memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.”

Dengan begitu, Jokowi telah membuat desakan insfrastruktur senilai $350 miliar hingga $400 miliar menjadi inisiatif yang mendefinisikan kepresidenannya sejauh ini. Dia mengesampingkan kekhawatiran bahwa pendanaan program besar, meskipun ada investasi besar dari Jepang, China, dan negara-negara lain serta investor swasta, telah membebani anggaran Indonesia.

“Kami fokus pada infrastruktur: jalan tol, pelabuhan laut, bandara, dan kemudian pembangkit listrik,” katanya. “Tetapi dalam hal pendanaan, kami tidak memiliki masalah dengan itu. Kami dulu selalu bergantung pada anggaran nasional untuk membangun infrastruktur. Ketika kami mulai menjabat pada tahun 2014, saya memberi tahu para menteri saya, ‘Anda harus mencari mitra, Anda harus memberi peluang di infrastruktur untuk sektor swasta.’ Jadi kami telah membuka lebih banyak sektor untuk investasi asing.”

Pada awal Februari, dia mengatakan di pertemuan dengan para diplomatnya, bahwa dia ingin Indonesia menjadi pendonor bantuan daripada penerima bantuan, dan menginstruksikan mereka untuk mencari kemitraan dan meningkatkan “diplomasi ekonomi.” Walaupun presiden tersebut mungkin agak segan untuk membahas ketegangan di negara sendiri, ia lebih suka membahas topik peluang dari luar negeri.

“Menurut Indeks Kemudahan Berbisnis Bank Dunia, Indonesia telah meningkat dari urutan 120 pada tahun 2014 ke urutan 72 pada tahun 2018,” katanya, terlihat jelas bahwa ia senang dengan peringkat itu. “Ini adalah dorongan untuk kepercayaan dan kepercayaan diri bagi komunitas investor, sehingga lebih mudah bagi kami untuk mewujudkan investasi yang sebenarnya dari investor asing.

” Sekarang ia ingin fokus untuk memacu ekonomi kreatif, termasuk industri film, mode, seni, makanan, dan desain. “Kami menyadari sektor ini memiliki dampak besar pada penciptaan dan layanan pekerjaan dan kami percaya itu akan menjadi semakin besar.”

Kebun Raya yang mengelilingi istana. (Foto: Paulinus Staniunas)

Dalam promosinya tentang profil Indonesia, mungkin pencapaian terbesar Jokowi adalah bahwa ia telah mendaratkan dua acara internasional besar tahun ini—Asian Games pada bulan Agustus dan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia pada bulan Oktober, yang akan diadakan untuk pertama kalinya di Indonesia. Peristiwa ini akan menarik puluhan ribu pengunjung, tidak hanya menempatkan Indonesia menjadi sorotan internasional, tetapi meningkatkan industri pariwisata yang sudah kuat di negara ini—bidang di mana Jokowi melihat ruang untuk pertumbuhan.

“Anda tahu, kami memiliki sekitar 17.500 pulau,” katanya. “Selama tiga tahun ke depan kami akan fokus mengembangkan apa yang kami sebut ’10 Bali Baru,’ yang berarti tujuan pariwisata yang indah tetapi kurang dikenal. Tahun lalu, fokusnya adalah meningkatkan infrastruktur lokasi-lokasi ini. Kami harap Bali baru ini akan menarik investor ke Belitung, Labuan Bajo, dan Borobudur.”

Jokowi juga telah berniat meredakan ketegangan regional. Dia telah membuat kesepakatan dengan Rusia, Korea Selatan, Turki, dan China untuk pengadaan kapal selam, jet tempur, tank, dan pesawat tanpa awak. Langkah ini sejalan dengan janjinya untuk belanja pertahanan tiga kali lipat menjadi 1,5 persen dari produk domestik bruto selama masa jabatannya.

“Kita harus bijaksana tetapi efektif dengan pembelanjaan pertahanan kita, terutama dalam memodernisasi sistem pertahanan persenjataan primer kita,” jelas Jokowi. “Kemajuan Turki dalam hal ini sangat mengesankan, yang membuatnya menjadi pilihan yang baik secara alami (sebagai sumber pasokan dan transfer teknologi). Kami melakukan beberapa proyek bersama dalam mengembangkan tank dan pesawat tempur.”

    Baca Juga : Turun ke Jalan Bersama Jokowi: Melihat Upayanya Mengejar Jabatan Periode Kedua

Ketertarikannya dengan Turki menyoroti evolusi kebijakan luar negeri Indonesia, ketika Jokowi bergerak dari pendekatan lepas tangan dan mencoba untuk mengukir peran yang lebih aktif di panggung internasional yang lebih luas dan di dunia Islam pada khususnya. Pada tur yang ia lakukan baru-baru ini, Presiden mengunjungi Afghanistan, Sri Lanka, India, Pakistan, dan Bangladesh, di mana ia menghabiskan waktu di sebuah kamp pengungsi Rohingya. “Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, wajar bahwa kami akan berusaha untuk melibatkan negara-negara Muslim lainnya,” katanya.

Sebagian berpendapat bahwa Jokowi harus mengatasi ketegangan di negara sendiri terlebih dahulu sebelum menyentuh konflik di tempat lain. Tetapi presiden menyatakan bahwa tantangannya unik. “Di Afghanistan, mereka memiliki tujuh kelompok etnis,” katanya. “Di Indonesia, kita punya 704.”

Apakah masyarakat Indonesia akan memberi Jokowi periode jabatan selanjutnya atau tidak, jelas bahwa “anak laki-laki dari desa” itu menyelesaikan masalah yang mendesak, persaingan, dan pertarungan politik dengan penyelesaian yang tenang.

Perselisihan politik dan ekonomi tampaknya memberinya “energi dan inspirasi” yang sama dengan apa yang didapatnya dari musik heavy metal. Tetapi akankah energinya menginspirasi negeri ini? Jokowi tersenyum. “Saya harus menyerahkannya kepada masyarakat sekali lagi.”

Gwen Robinson adalah pemimpin redaksi dari Nikkei Asian Review.
Keterangan foto utama: Presiden Indonesia Joko Widodo berkeliling menggunakan mobil golf di Istana Kepresidenan Bogor. (Foto: Paulius Staniunas)
https://www.matamatapolitik.com/joko...n-ekstremisme/


-----------------------------------

Permasalahan Bangsa INDONESIA saat ini menurut analis CIA :

Source: https://www.cia.gov/library/publicat...k/geos/id.html

Masalah yang penting (urgent) yang sekarang dihadapi bangsa Indonesia, menurut para analis CIA  dalam publikasi  resminya "The World Factbook" tahun terbaru (2018) yang banyak menjadi acuan para akedemisi, politisi dan negarwan di seluruh dunia, ternyata tak satu pun menyebut adanya bahawa extreemisme itu. Yang ada adalah ancama terroisme (sesuatu yang menjadi mata agenda pula di seluruh negara di dunia, tertama di negara-negra demokrasi), tapi itupun disebut diurutan sesudah masalah kemiskinan.

CIA menyebut INDONESIA modern sekarang sebagai
"the world's third most populous democracy, the world's largest archipelagic state, and the world's largest Muslim-majority nation". Sehingga bila ada riak-riak sedikit seperti ada beberapa kelompok kecil extreemis atau separatisme dan perlawanan oleh separatist Gerakan Papua Meredeka misalnya, masih wajar-wajarlah sebelum mengancam persaruan dan persatuan di ngeri ini! Keberadaan mereka justru bisa menjadi  tempat laboratorium bagi para politisi dan akedemisi Indonesia. Dan juga itu bisa menjadi "kawah candradimuka" untuk prajurit-prajurit TNI dan POLRi sehingga skill mereka terasah, bukan sekedar bermain simulasi perang-perangan atau main teror-teroran semata.



0
1.4K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.