Setelah debut pertama timnas U-19 yang di pegang saat ini oleh bima sakti, terlihat timnas ini tak punya pola serangan yang mematikan. Garuda Muda sukses dikanvaskan oleh Jepang dengan skor 4 -1.

Sentuhan satu dua hilang hingga di daerah lawan, kembali umpan membelah angkasa khas liga dangdut Indonesia tercipta.



Maklum saja banyak punggawa timnas yang bermain di liga, tak hanya satu orang bahkan beberapa sebut saja Saddil, Abimanyu, Kartika Ajie, Irianto dan lainnya. Bahkan beberapa anak muda ini menjadi pemain yang banyak mendapatkan menit bermain di liga, tapi ketika disatukan kembali karakteristik permainan khas IS hilang tanpa jejak, loh kok bisa ?? Bisa saja, beda pelatih beda juga cara menanganinya.

Bahkan di tengah pertandingan teriakan "Indra Sjafri, Indra Sjafri..." menggema di Gelora Bung Karno, apa yang menyebabkan seperti itu ?? Kurang jelinya PSSI menentukan pelatih pengganti dengan rangkap jabatan, membuat tak efisien, itu yang utama.



Apakah benar Indra Sjafri tak terkalahkan, salah besar ya kawan timnas umur muda ini juga di kandaskan oleh Korea Selatan dan Malaysia dengan skor kemasukan sama-sama 4 gol, pada saat itu bung Indra disindir netizen dan banyak cuitan agar bung Indra di ganti karena lini depan kurang tajam.

Memang tak dapat dipungkiri, bung Indra pintar melihat potensi berbakat dari anak negeri, bahkan ciri khas umpan-umpan pendek dan serangan sayap menjadi kunci permainan garuda muda.



Tak hanya itu garuda muda besutan bung Indra sukses meladeni permainan ala eropa di Toulun Tournament, tapi keok di kawasan Asia karena, memiliki permainan yang relatif sama.

Disiplin permainan Jepang dan Korea memang sukses, mematikan gerak individu dari garuda muda hingga akhirnya serangan balik yang mematikan pun tercipta. Visi dan Misi dua negara kuat asia ini jelas, pola bermain juga jelas karena pelatihnya jarang diganti untuk usia muda, tak seperti negeri ini dikit-dikit pecat bagaimana mau maju peradaban sepakbola nasional, talenta muda yang didukung adalah prosesnya, sedangkan hasil itu bonus.



Bila timnas senior silahkan genjot untuk hasil, karena memang mereka pilar utama negeri ini, bahkan dalam menangani sepakbola negeri ini sepertinya memang tak fokus, lihat saja sang ketua umum pun sedang sibuk cari jabatan di Medan, bagaimana sepakbola bisa maju para petingginya sendiri tak fokus, dan selalu memaksakan hasil !!

Kalau mau kembalikan bung Indra ke timnas U-19, tolong jangan diutak atik, kalau mau Bima sebagai pelatihnya, tolong juga jangan rangkap jabatan, biarkan ia fokus di usia muda.

Bagaimana menurutmu kawan ?? Lebih baik Indra apa Bima, atau cari pelatih baru ?? Monggo serupuutt dolo...





By c4punk@2018