Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

masukcomberaAvatar border
TS
masukcombera
Belajar Prihatin ya, Nak...

Sumber gambar: Disini


Dalam keluarga di negeri ini. Ada sesuatu yang unik. Ini tentang keluarga di negeri ini. Ini adalah nasib dari keluarga itu sendiri. Ini juga mendeskripsikan kebiasaan sebelumnya dari para pendahulu mereka. Kita bisa memanggilnya dengan istilah kaya 7 turunan, atau miskin  7 turunan. 


Pada awalnya, yang sering disebut sebut sebagai si miskin adalah karena dia yang boros, berpenghasilan sedikit atau pas pasan, sedang yang disebut sebut sebagai si kaya adalah dia yang hemat dan pelit (tidak semuanya), berpenghasilan tinggi dan berlebih.

Kali ini kita akan menyadari sesuatu. Yaitu, belajar untuk menjadi prihatin, yes, betul sekali, banyak orang di jaman sekarang, yang boros dan berpenghasilan pas pasan sering mengatakan hal seperti demikian.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka berkata seperti demikian, untuk meminimalisasi rasa perih dari penyesalan karena sudah boros, mereka berkata demikian. Entah itu orang tua kepada anaknya, atau kakak kepada adiknya, atau seseorang kepada orang yang lainnya.

Sejak kecil, saya sudah diberikan kalimat kalimat demikian, seperti belajar untuk prihatin ya, nak, belajar untuk maklum, ya, nak. Ketika berurusan dengan selera personal saya ketika ingin membeli suatu barang tertentu. 

Awalnya, saya tidak paham apa itu belajar untuk prihatin, karena mungkin pada awalnya orang tua saya cukup wealthy dan aman aman saja, semua barang atau mainan yang saya inginkan bisa dibelikan hanya dalam beberapa hari saja, setelah saya mengucapkan keinginan saya kepada mereka.

Namun, jaman akhirnya berubah. Kini, permintaan saya tidak lagi dikabulkan secepat dulu, nah, mulai sejak itulah saya mendengar kalimat "Belajar untuk prihatin ya, nak." Jadi, apa maksudnya kalimat pernyataan itu? saya mulai merenunginya setiap hari sambil menyadari bahwa ketika saya berkeinginan, kini sudah tak secepat dulu dikabulkannya. 

Hari demi hari saya lewati, suatu ketika, saya akhirnya paham apa maksud kalimat itu, ketika saya mulai beranjak dewasa.
Tentu saja, arti dan makna dari kalimat itu adalah, belajar untuk hemat, belajar untuk menahan nafsu ketika ingin membeli apa saja yang tidak terlalu diperlukan, dan belajar untuk pilih yang murah meriah saja, ya, nak. 

Uangnya bisa dihemat untuk membangun rumah atau kos - kosan, uangnya bisa dihemat untuk menabung dan berinvestasi secara jangka panjang di pasar modal, dan uangnya bisa dipakai untuk membuka polis asuransi kesehatan atau pendidikan yang dulu mamah dan papah lupakan untukmu, nak.

Akhirnya! hal ini sangat masuk akal sekarang, dan saling bersangkutan dengan kalimat pernyataan belajar untuk prihatin ya, nak. 

Tentu saja, hal ini hanya terjadi untuk si pas pas an yang 7 turunan pun akan tetap pas pas an dalam rotasi finansialnya apabila mereka tidak mengubah gaya mengatur keuangan mereka sedikitpun. Berbeda dengan si kaya 7 turunan, mereka mungkin mengajarkan hal yang sama, yaitu kalimat pernyataan "Belajar untuk prihatin, ya, nak" hanya saja...

Perbedaannya terletak pada waktu mengatakannya, si miskin mengatakannya setelah mereka menyesal karena terlalu bernafsu dalam mengikuti gaya hidup dan tren semata. Sedangkan si kaya mengatakannya sebelum mereka dan anak cucu mereka akan terjebak dalam ilusi gaya hidup dan tren semata saja, so, demikianlah kisahnya.

Sumber: Pemikiran Pribadi TS
Tulisan ini juga dapat ditemukan di akun kompasiana milik TS.








Quote:
Diubah oleh masukcombera 26-03-2018 00:33
0
3K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.