Demo besar-besaran terjadi kemarin pagi, demo ratusan pengemudi ojek online yang nasibnya kini di permainkan.

Keringat dan pengorbanan mereka di jalan sering sekali menjadi cerita yang berkesan, drama ojek online memang lucu dan menarik untuk dinikmati. Tapi tak jarang juga mereka di curangi baik dari tempat mereka bernaung, maupun sesama kawan sendiri.



Persaingan mencari pelanggan para ojek online benar-benar menjadi bumerang di jalanan, dahulu bentrok dengan ojek pangkalan selalu terjadi. Bahkan bentrok pula dengan angkutan umum, kemudian perang tarif sesama ojek online, banyak para driver berulah perusahaan tak patah akal dibukalah keran driver seluas - luasnya, hingga siapapun bisa menjadi ojek online.



Efeknya semakin banyak driver, walau sang driver sebenarnya statusnya sudah bekerja tapi kebutuhan ekonomi membuat mereka harus bekerja tambahan.

Kemudian driver yang menggantungkan hidupnya dari tukang ojek pun mulai tergerus hasilnya, tak seindah masa lalu. Belum lagi melawan kawan sendiri dari golongan orang pintar biasanya para mahasiswa yang jago oprek handphone dengan menanam appliksasi fake gps, sedangkan driver yang menggunakan handphone murni tanpa oprekan punahlah sudah rejekinya, hanya banyak menunggu berjam-jam ditemani secangkir kopi tanpa ada penumpang yang datang.

Belum usai masalah yang diatas, mereka yang dinamakan mitra terasa seperti budak, tak ada pemberitahuan dan payung hukum yang jelas. Perusahaan tempat mereka bernaung menurunkan tarif dengan sesuka hati, menurut kawanku yang biasanya sebagai driver online khususnya kendaraan roda dua untuk perjalanan dibawah 6km hanya dihargai 10.400 rupiah, astaga miris sekali tahun 2018 harga segitu cukupkah untuk beli bensin yang naik tiba-tiba, belum lagi premium sering di telan bumi, hilang dari SPBU.

Bahkan dahulu, sebelum ojek online ada masuk gang naik ojek pangkalan saja sudah 5.000-10.000 per penumpang dengan jarak dekat, jadi driver ojek online saat ini budak atau mitra ??



Pantas saja mereka demo untuk kejelasan nasibnya, semoga saja pemerintah mendengar keluh kesah rakyatnya. Di tengah lapangan kerja yang semakin sempit dan terhimpit menjadi driver ojek online memang menjadi salah satu jalan keluar.

Walau tak selamanya ojek online itu bermanfaat, terkadang malah menakutkan arogansi di jalan sering terjadi. Maklum saja sendiri pastinya mirip kucing rumahan yang pemalu, tapi kalau rame-rame seperti singa padang pasir sok banyak aksi. Setidaknya dua sisi dari kehidupan pasti ada baik dan buruk selalu bergandengan tangan, tergantung diri kita yang menyikapinya.

Tapi kejadian ini membuka mata saya, dimana-mana perusahaan hampir sama saja. Kebijakannya sering kali tak memihak pada karyawannya sendiri, entahlah dengan alasan merugi, pailit, dan sulit akhirnya karyawan yang terkena degradasi.



Padahal pinjaman di bank diputar untuk modal, sama saja anda usaha tidak mengeluarkan dana karena dibiayai oleh Bank. Walau anggunan dimana-mana kalau bisnis sukses bisa bertambahlah anggunannya.

Pantas saja yang kaya makin kaya walau duit hutang, sedang yang miskin pun terjepit, karena ga bisa ngutang.

Ahhh drama kehidupan ini lebih baik kita renungkan dengan secangkir kopi...



By c4punk@2018