- Beranda
- Stories from the Heart
OPERASI BINTANG MERAH
...
TS
novalso
OPERASI BINTANG MERAH
Hii...
Ini post pertamaku.
Di post perdana ini, aku bakal suguhin kalian dengan cerita anak SMA yang memiliki cerita dan rahasia masing-masing.
Cerita ini kuberi judul Operasi Bintang Merah...
seram ya??
Merah darah?
bukan kok,
kisah ini bermula ketika Lelaki bernama Kega yang duduk di bangku kelas 10 dipaksa untuk mengikuti ekstrakulikuler oleh gurunya, dikarenakan sudah menjadi peraturan sekolah untuk mewajibkan setiap siswa kelas 10 untuk mengikuti kegiatan yang di singkat ekskul ini..
bagaimana Kelanjutannya?
.
.
Spoiler for Kisah Satu (Prolog):
Hidup adalah rangkaian seri sederhana, mengulang hal yang sama setiap harinya. Itu bagus, dengan siklus seperti itu mungkin tak akan pernah terjadi masalah – tak perlu merubah takdir, hanya mengikuti saja itu sudah cukup. Tapi kenapa ada orang yang menganggap bahwa takdir itu harus dirubah, seperti dia...
Aku mengangguk,
Peraturan yang konyol menurutku. Mewajibkan semua siswa mengikuti kegiatan Ekstrakulikuler mulai dari semester kedua, sebenarnya jikalau tidak naik kelaspun lebih baik dibanding berkumpul bersama orang orang penuh semangat yang memamerkan keahlian sesuai bidangnya – padahal mereka bodoh. Jika diwajibkan untuk semua siswa, maka setiap ekstrakulikuler akan kebanjiran para pendatang membuat sesak satu ruangan atau bahkan jikalau satu ruangan itu terisi lebih dari tiga puluh orang. Tidak.
Perempuan berkulit putih dengan model rambut kiritamakuta itu adalah bos terakhir dalam game RPG, setelah kau mengalahkan Aox dengan menghabiskan semua potion yang ada tanpa sadar ia akan tiba tiba muncul dan menjadi evil boss dalam permainan.
Tawa jahatnya kembali muncul dengan ancaman yang berbeda. Tidak. Jangan OSIS, organisasi soksibuk yang dalam sehari harus mengurus bermacam urusan, akan banyak energi ku yang terbuang di sana. Mengerjakan pekerjaan orang lain, tidak. Aku bukan seorang penolong.
Setelah berterimakasih atas semua ancaman menakutkannya aku pamit. Bu Amamiya memberi kembali formulir pendaftaran ekstrakulikuler padaku yang sebelumnya telah kubuang karena kujadikan lap tumpahan mie. Maafkan aku, aku akan menghargai formulir yang kau berikan kali ini bu Amamiya. Mungkin menyebalkan untuk berurusan dengannya, tetapi ia adalah satu satunya guru yang sering berbicara denganku. Bukan tanpa sebab, salah satunya adalah seperti tadi.
Berjalan menyusuri koridor yang ramai dengan siswa. Memang belum terdengar bunyi bel memulai pembelajaran tetapi kenapa harus di koridor? Bukankah didalam kelas pun bisa. Mereka selalu membuang oksigen percuma, membicarakan hal hal yang tidak penting – masih banyak orang diluar sana yang membutuhkan oksigen, apa kalian tidak punya hati. Pembicaraan memamerkan makeup baru adalah topik wajib sepertinya bagi mereka. Lihat, bagaimana lipstik baruku? Dengan bibir merah sambil dimajukan menunjukkan aroma dari kerayon bibir itu sementara salah satu dari mereka ada yang tertawa memaksa dan ada juga yang menimpali, cantiknya, beli dimana? Harganya berapa? Apa itu merk yang sedang populer itu? Dan masih banyak segudang pertanyaan klasik lainnya untuk menyenangkan temannya memamerkan lipstik baru. Sepertinya sebelum temannya itu memamerkan, ia sudah menyiapkan kertas berisi pertanyaan dan nantinya akan berakhir seperti wawancara tanpa penayangan di televisi ataupun muncul di surat kabar.
Segala sesuatu yang baru selalu dipamerkan seolah-olah semua yang ia punya bersifat eksklusif. Padahal orang lain yang juga memilikinya hanya tersenyum bahkan tertawa sinis melihat ada orang bodoh yang memamerkan barang murahan yang bisa ditemukan dimana saja kapan saja.
Papan kelas “10 prince A” terlihat di depan mata, tempat kebisingan lainnya – ramai akan obrolan kelas. Setidaknya kelas ini lebih baik daripada kelas lain. Murid di sana terbagi menjadi beberapa bani, aku sang pengamat hanya menjadi wasit netral – tak berpihak pada siapapun. Jika digambarkan sebuah titik di dalam lingkaran aku hanyalah titik... bukan, aku bukan apa apa di sana, tidak di dalam. Jika di dalam lingkaran itu terdapat beberapa lingkarang yang ukurannya lebih kecil terdapat juga titik titik di setiap lingkarannya, maka aku tidak berada di sana, di lingkaran kecil ataupun lingkaran besar. Tidak termasuk dengan mereka, aku hanya benda asing diluar jangkauan mereka.
Kelompok pertama
Berisi murid-murid cerdas, rata-rata dari mereka adalah perempuan, para penghuni barisan depan yang selalu mendapat perhatian dari guru. Menempati posisi 10 teratas. Tak banyak bicara, lebih banyak berkumpul lalu saling membaca buku yang sebelumnya telah dipersiapkan. Jadi untuk apa kalian berkumpul kalau hanya diam membaca buku tanpa berbincang.
Kelompok kedua
Anggota yang tak terlalu cerdas, gabungan laki laki dan perempuan. Berisi murid populer disekolah, mulai dari anak stylish, sporty, sampai like a boss dapat ditemu di sana. mereka berkumpul demi menjaga kepopularitasannya. Di antara mereka terdapat seseorang yang tidak seharusnya berada di sana, murid tampak cerdas namun dimanfaatkan. Dengan dalih simbiosis mutualisme ia bertahan. apa yang kau untungkan berada di sana? kau hanya dimanfaatkan. Murid pintar yang masuk kedalam kelompok ini hanyalah sebagai pelengkap dan pembantu saat ujian tiba. Bisa kalian bayangkan bukan, bagaimana jika murid populer ternyata adalah orang bodoh? Tentu saja dikucilkan, pembullyan masa. Mereka tak ingin itu terjadi, ia menarik seseorang yang cukup pintar untuk bergabung dengan upah bahwa namanya akan ikut melonjak bersama murid populer. Dasar sampah.
Kelompok ketiga
Sang penjaga kelas, begitulah sebutan yang kuberikan. Sikap brutal ditambah pakaian amburadul membuat kelompok ini sangat ditakuti. Selalu berkumpul di meja ketua saat jam kosong, entah membicarakan apa, aku tak tertarik. Mereka semua laki laki, kecuali satu orang, entah siapa namanya. Satu-satunya perempuan dikelilingi lelaki, memang sepertinya cocok berada di sana tetapi itu membuatnya dijauhi dikalangan perempuan normal lainnya. Alasan kenapa kusebut penjaga kelas adalah karena mereka tidak pernah menganggu teman sekelas, bahkan ketua mereka akrab dengan kelompok kedua. Mungkin mereka lebih suka mencari lawan diluar kelas, karena martabat.
Kutengok arloji, menunjukkan pukul satu. Masih ada waktu untuk memakan bekalku. Bekal yang terlambat dimakan mungkin semakin dingin. Kentang kering balado dan sayur labu memenuhi bilik bekal, memang inilah makanan yang lezat.
Hyena didalam ruang guru itu sebenarnya memang ada, aku bahkan sering terkena cakaran sampai harus dirawat berhari-hari. Lebih tepatnya mungkin adalah siluman Hyena. Saat siang berubah menjadi perempuan cantik yang berprofesi sebagai guru lalu saat malam ia akan menggila, dengan cepat berubah menjadi hyena. Sangat seram.
Tapi tunggu... Siapa orang di depanku sekarang, yang tiba tiba duduk berbincang seolah akrab denganku. Kutanya siapa ia, dan jawabannya hanya sebuah tawa.
Ia terdiam, sedikit berfikir. Sampai akhir yang kuinginkan datang, ia meminjamkanku data ekstrakulikuler. Saat mengeluarkan dari saku sangat berhati hati, ia juga berpesan padaku agar menjaganya jangan sampai aku juga kehilangan data ekstrakulikuler karena melihat benda angkasa. Tentu saja tidak. Sebenarnya Kenneth Arnold tidak kehilangan apapun saat ia melihat benda angkasa, aku terpaksa berbicara itu agar Rove mau melepas data ekstrakulikuler dan memberikannya padaku. Akankah nanti muncul project Blue Book reborn setelah aku menceritakan kasus flying source padanya?Tentu tidak, bukan. Wajahnya masih terpaku, mungkin membayangkan apa yang tadi diperbincangkan. Mohon jangan kau anggap serius Rove, aku hanya membutuhkan data ini, andai kau memberinya dengan cepat maka ini tak akan terjadi. Maaf.
Setelah ini energiku akan terbuang sangat banyak, tetapi tidak mengapa untuk mencari ekskul yang tidak memiliki kegiatan.
Quote:
“Jadi kau masuk ekstrakurikuler apa?”
“Tidak, aku tidak berminat mengikuti ekskul apapun. Membuang energi selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah pemborosan energi juga sumber daya manusia”
“Ya ampun Kega, sudah berapa kali kita memperdebatkan masalah yang sama”
“Setidaknya satu, dua...
“Delapan belas mungkin”menunjuk jari yang kuangkat, melafalkan urutan angka.
“Sudah delapan belas kali juga kau menolak untuk mengikuti ekstrakulikuler
“Kau tahu bukan, bahwa jikalau tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler kau tidak akan naik kelas”[/indent]
“Tidak, aku tidak berminat mengikuti ekskul apapun. Membuang energi selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah pemborosan energi juga sumber daya manusia”
“Ya ampun Kega, sudah berapa kali kita memperdebatkan masalah yang sama”
“Setidaknya satu, dua...
“Delapan belas mungkin”menunjuk jari yang kuangkat, melafalkan urutan angka.
“Sudah delapan belas kali juga kau menolak untuk mengikuti ekstrakulikuler
“Kau tahu bukan, bahwa jikalau tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler kau tidak akan naik kelas”[/indent]
Aku mengangguk,
Peraturan yang konyol menurutku. Mewajibkan semua siswa mengikuti kegiatan Ekstrakulikuler mulai dari semester kedua, sebenarnya jikalau tidak naik kelaspun lebih baik dibanding berkumpul bersama orang orang penuh semangat yang memamerkan keahlian sesuai bidangnya – padahal mereka bodoh. Jika diwajibkan untuk semua siswa, maka setiap ekstrakulikuler akan kebanjiran para pendatang membuat sesak satu ruangan atau bahkan jikalau satu ruangan itu terisi lebih dari tiga puluh orang. Tidak.
Perempuan berkulit putih dengan model rambut kiritamakuta itu adalah bos terakhir dalam game RPG, setelah kau mengalahkan Aox dengan menghabiskan semua potion yang ada tanpa sadar ia akan tiba tiba muncul dan menjadi evil boss dalam permainan.
Quote:
“Aku beri kau waktu satu hari untuk memilih ekstrakulikuler. Jika tidak – kau akan kumasukkan dalam OSIS dan tetap wajib mengikuti satu ekstrakulikuler
“Hahaha...”
“Hahaha...”
Tawa jahatnya kembali muncul dengan ancaman yang berbeda. Tidak. Jangan OSIS, organisasi soksibuk yang dalam sehari harus mengurus bermacam urusan, akan banyak energi ku yang terbuang di sana. Mengerjakan pekerjaan orang lain, tidak. Aku bukan seorang penolong.
Setelah berterimakasih atas semua ancaman menakutkannya aku pamit. Bu Amamiya memberi kembali formulir pendaftaran ekstrakulikuler padaku yang sebelumnya telah kubuang karena kujadikan lap tumpahan mie. Maafkan aku, aku akan menghargai formulir yang kau berikan kali ini bu Amamiya. Mungkin menyebalkan untuk berurusan dengannya, tetapi ia adalah satu satunya guru yang sering berbicara denganku. Bukan tanpa sebab, salah satunya adalah seperti tadi.
Berjalan menyusuri koridor yang ramai dengan siswa. Memang belum terdengar bunyi bel memulai pembelajaran tetapi kenapa harus di koridor? Bukankah didalam kelas pun bisa. Mereka selalu membuang oksigen percuma, membicarakan hal hal yang tidak penting – masih banyak orang diluar sana yang membutuhkan oksigen, apa kalian tidak punya hati. Pembicaraan memamerkan makeup baru adalah topik wajib sepertinya bagi mereka. Lihat, bagaimana lipstik baruku? Dengan bibir merah sambil dimajukan menunjukkan aroma dari kerayon bibir itu sementara salah satu dari mereka ada yang tertawa memaksa dan ada juga yang menimpali, cantiknya, beli dimana? Harganya berapa? Apa itu merk yang sedang populer itu? Dan masih banyak segudang pertanyaan klasik lainnya untuk menyenangkan temannya memamerkan lipstik baru. Sepertinya sebelum temannya itu memamerkan, ia sudah menyiapkan kertas berisi pertanyaan dan nantinya akan berakhir seperti wawancara tanpa penayangan di televisi ataupun muncul di surat kabar.
Segala sesuatu yang baru selalu dipamerkan seolah-olah semua yang ia punya bersifat eksklusif. Padahal orang lain yang juga memilikinya hanya tersenyum bahkan tertawa sinis melihat ada orang bodoh yang memamerkan barang murahan yang bisa ditemukan dimana saja kapan saja.
Papan kelas “10 prince A” terlihat di depan mata, tempat kebisingan lainnya – ramai akan obrolan kelas. Setidaknya kelas ini lebih baik daripada kelas lain. Murid di sana terbagi menjadi beberapa bani, aku sang pengamat hanya menjadi wasit netral – tak berpihak pada siapapun. Jika digambarkan sebuah titik di dalam lingkaran aku hanyalah titik... bukan, aku bukan apa apa di sana, tidak di dalam. Jika di dalam lingkaran itu terdapat beberapa lingkarang yang ukurannya lebih kecil terdapat juga titik titik di setiap lingkarannya, maka aku tidak berada di sana, di lingkaran kecil ataupun lingkaran besar. Tidak termasuk dengan mereka, aku hanya benda asing diluar jangkauan mereka.
Kelompok pertama
Berisi murid-murid cerdas, rata-rata dari mereka adalah perempuan, para penghuni barisan depan yang selalu mendapat perhatian dari guru. Menempati posisi 10 teratas. Tak banyak bicara, lebih banyak berkumpul lalu saling membaca buku yang sebelumnya telah dipersiapkan. Jadi untuk apa kalian berkumpul kalau hanya diam membaca buku tanpa berbincang.
Kelompok kedua
Anggota yang tak terlalu cerdas, gabungan laki laki dan perempuan. Berisi murid populer disekolah, mulai dari anak stylish, sporty, sampai like a boss dapat ditemu di sana. mereka berkumpul demi menjaga kepopularitasannya. Di antara mereka terdapat seseorang yang tidak seharusnya berada di sana, murid tampak cerdas namun dimanfaatkan. Dengan dalih simbiosis mutualisme ia bertahan. apa yang kau untungkan berada di sana? kau hanya dimanfaatkan. Murid pintar yang masuk kedalam kelompok ini hanyalah sebagai pelengkap dan pembantu saat ujian tiba. Bisa kalian bayangkan bukan, bagaimana jika murid populer ternyata adalah orang bodoh? Tentu saja dikucilkan, pembullyan masa. Mereka tak ingin itu terjadi, ia menarik seseorang yang cukup pintar untuk bergabung dengan upah bahwa namanya akan ikut melonjak bersama murid populer. Dasar sampah.
Kelompok ketiga
Sang penjaga kelas, begitulah sebutan yang kuberikan. Sikap brutal ditambah pakaian amburadul membuat kelompok ini sangat ditakuti. Selalu berkumpul di meja ketua saat jam kosong, entah membicarakan apa, aku tak tertarik. Mereka semua laki laki, kecuali satu orang, entah siapa namanya. Satu-satunya perempuan dikelilingi lelaki, memang sepertinya cocok berada di sana tetapi itu membuatnya dijauhi dikalangan perempuan normal lainnya. Alasan kenapa kusebut penjaga kelas adalah karena mereka tidak pernah menganggu teman sekelas, bahkan ketua mereka akrab dengan kelompok kedua. Mungkin mereka lebih suka mencari lawan diluar kelas, karena martabat.
Kutengok arloji, menunjukkan pukul satu. Masih ada waktu untuk memakan bekalku. Bekal yang terlambat dimakan mungkin semakin dingin. Kentang kering balado dan sayur labu memenuhi bilik bekal, memang inilah makanan yang lezat.
Quote:
“Tumben sekali kau memakan bekal di kelas, tak biasanya.”Seseorang menghampiri, berkata sambil berjalan.
“Ada hyena tua di ruang guru, aku harus membasminya tadi” jawabku mengacuhkannya, terus berfokus pada bekal yang sedang kulahap.
“Kau serius? Bagaimana bisa hyena masuk kesekolah ini? Kau seorang pawang?”
Halo, apakah orang ini baru keluar dari mesin waktu? Bagaimana bisa seseorang berfikir bahwa itu benar benar terjadi.
“Tidak, lupakan. Itu hanya kebohonganku saja” klarifikasi kebodohan yang dianggap serius oleh orang di depanku.
“Ada hyena tua di ruang guru, aku harus membasminya tadi” jawabku mengacuhkannya, terus berfokus pada bekal yang sedang kulahap.
“Kau serius? Bagaimana bisa hyena masuk kesekolah ini? Kau seorang pawang?”
Halo, apakah orang ini baru keluar dari mesin waktu? Bagaimana bisa seseorang berfikir bahwa itu benar benar terjadi.
“Tidak, lupakan. Itu hanya kebohonganku saja” klarifikasi kebodohan yang dianggap serius oleh orang di depanku.
Hyena didalam ruang guru itu sebenarnya memang ada, aku bahkan sering terkena cakaran sampai harus dirawat berhari-hari. Lebih tepatnya mungkin adalah siluman Hyena. Saat siang berubah menjadi perempuan cantik yang berprofesi sebagai guru lalu saat malam ia akan menggila, dengan cepat berubah menjadi hyena. Sangat seram.
Tapi tunggu... Siapa orang di depanku sekarang, yang tiba tiba duduk berbincang seolah akrab denganku. Kutanya siapa ia, dan jawabannya hanya sebuah tawa.
Quote:
“Hahaha, kau lucu sekali kega, setelah banyak berbincang baru bertanya siapa aku. Berarti kau tidak mengenal siapa lawan bicaramu”Tawanya masih dilanjutkan
“tidak, aku tidak tahu”
“Aku teman sekelasmu, Rove Sicollas. Juga ketua kelas 10 Prince A.”
Perempuan kulit bersih di depanku tersenyum. Matanya yang sempit makin tak terlihat sekarang karena kalah lebar dengan bibirnya. Siapa dia? Rove? Ketua kelas? Sejak kapan kelas ini memiliki ketua kelas, kapan pemilihannya? Tidak, tidak. Kepalaku menggeleng berhenti memikirkan hal tak penting.
“Kau ketua kelas?” Pertanyaanku dibalas anggukan kecil, bertanda iya.
“berati kau tahu daftar ekstrakulikuler atau apa saja yang ada di sekolah ini?”
“Tahu, semua ketua kelas memegang data ekstrakulikuler.”
Saat kuminta data itu, ia tak mau memberikannya. Itu wajar, orang yang baru dikenalnya beberapa menit lalu sudah meminta sesuatu darinya. Tetapi masih ada satu cara yang bisa diterapkan untuk orang seperti dia.
“jika aku tidak mendapatkan data itu maka dunia yang damai ini akan hancur...”
Ia menatapku serius, setelah semula masih bersih keras tak mau memberikan data itu. Kena. Kuceritakan dongeng kalang kabut yang entah legenda mana aku ambil.
“Kau tahu, nanti malam akan ada Unidentifed Flying Object yang melintas di langit. Konon katanya jika benda itu lewat di depan mata maka ia akan mengambil sesuatu dari milikmu. Fenomena yang sempat hilang ratusan bahkan jutaan tahun ini sekarang kembali muncul membawa ancaman yang sangat berbahaya. Mereka datang persis seperti dahulu, akan mengambil semua barang orang orang terlipih yang memang sudah ia tentukan sebelumnya.”
Apakah penjelasanku masuk akal untuknya? Kini wajahnya benar percaya tetapi kerut dahinya secara tiba muncul. Bertanya apa sangkut-pautnya dengan data ekstrakulikuler. Aku diam sementara, mencari jawaban akan itu. Memang tidak ada urusannya dengan data ekstrakulikuler, maka dari itu jangan persulit aku.
“Kau tau flying source yang dilihat Kenneth Arnold tahun 1947?” Rove menggeleng tak tahu,
“Ia kehilangan benda yang sangat berharga baginya setelah melihat benda aneh di langit, dan aku ingin menyelamatkan bendamu itu. Data ekstrakulikuler, karena saat malam nanti bisa saja benda itu hilang dari tanganmu.”
“tidak, aku tidak tahu”
“Aku teman sekelasmu, Rove Sicollas. Juga ketua kelas 10 Prince A.”
Perempuan kulit bersih di depanku tersenyum. Matanya yang sempit makin tak terlihat sekarang karena kalah lebar dengan bibirnya. Siapa dia? Rove? Ketua kelas? Sejak kapan kelas ini memiliki ketua kelas, kapan pemilihannya? Tidak, tidak. Kepalaku menggeleng berhenti memikirkan hal tak penting.
“Kau ketua kelas?” Pertanyaanku dibalas anggukan kecil, bertanda iya.
“berati kau tahu daftar ekstrakulikuler atau apa saja yang ada di sekolah ini?”
“Tahu, semua ketua kelas memegang data ekstrakulikuler.”
Saat kuminta data itu, ia tak mau memberikannya. Itu wajar, orang yang baru dikenalnya beberapa menit lalu sudah meminta sesuatu darinya. Tetapi masih ada satu cara yang bisa diterapkan untuk orang seperti dia.
“jika aku tidak mendapatkan data itu maka dunia yang damai ini akan hancur...”
Ia menatapku serius, setelah semula masih bersih keras tak mau memberikan data itu. Kena. Kuceritakan dongeng kalang kabut yang entah legenda mana aku ambil.
“Kau tahu, nanti malam akan ada Unidentifed Flying Object yang melintas di langit. Konon katanya jika benda itu lewat di depan mata maka ia akan mengambil sesuatu dari milikmu. Fenomena yang sempat hilang ratusan bahkan jutaan tahun ini sekarang kembali muncul membawa ancaman yang sangat berbahaya. Mereka datang persis seperti dahulu, akan mengambil semua barang orang orang terlipih yang memang sudah ia tentukan sebelumnya.”
Apakah penjelasanku masuk akal untuknya? Kini wajahnya benar percaya tetapi kerut dahinya secara tiba muncul. Bertanya apa sangkut-pautnya dengan data ekstrakulikuler. Aku diam sementara, mencari jawaban akan itu. Memang tidak ada urusannya dengan data ekstrakulikuler, maka dari itu jangan persulit aku.
“Kau tau flying source yang dilihat Kenneth Arnold tahun 1947?” Rove menggeleng tak tahu,
“Ia kehilangan benda yang sangat berharga baginya setelah melihat benda aneh di langit, dan aku ingin menyelamatkan bendamu itu. Data ekstrakulikuler, karena saat malam nanti bisa saja benda itu hilang dari tanganmu.”
Ia terdiam, sedikit berfikir. Sampai akhir yang kuinginkan datang, ia meminjamkanku data ekstrakulikuler. Saat mengeluarkan dari saku sangat berhati hati, ia juga berpesan padaku agar menjaganya jangan sampai aku juga kehilangan data ekstrakulikuler karena melihat benda angkasa. Tentu saja tidak. Sebenarnya Kenneth Arnold tidak kehilangan apapun saat ia melihat benda angkasa, aku terpaksa berbicara itu agar Rove mau melepas data ekstrakulikuler dan memberikannya padaku. Akankah nanti muncul project Blue Book reborn setelah aku menceritakan kasus flying source padanya?Tentu tidak, bukan. Wajahnya masih terpaku, mungkin membayangkan apa yang tadi diperbincangkan. Mohon jangan kau anggap serius Rove, aku hanya membutuhkan data ini, andai kau memberinya dengan cepat maka ini tak akan terjadi. Maaf.
Setelah ini energiku akan terbuang sangat banyak, tetapi tidak mengapa untuk mencari ekskul yang tidak memiliki kegiatan.
Quote:
Operasi Bintang Merah akan terus berlanjut. jangan lupa mampir beri kritik dan sarannya. aku tunggu lho...
kemungkinan cerita ini akan update di Wattpad juga, itu kemungkinan ya, nanti coba search aja dengan judul yang sama di Wattpad, ada syukur, kalau tidak berarti tunggu updatetannya di Kaskus.
kemungkinan cerita ini akan update di Wattpad juga, itu kemungkinan ya, nanti coba search aja dengan judul yang sama di Wattpad, ada syukur, kalau tidak berarti tunggu updatetannya di Kaskus.
Masih bingung tentang alur OBM, yuk tanya tanya di SEPUTAR TANYA OBM
Spoiler for SEPUTAR OBM:
Spoiler for INDEX CERITA:
- Chapter 1 Si Berisik Baik Hati
- Chapter 2 Misteri Angka Itu
- Chapter 3 Jawaban Atas Angka-angka
- Chapter 4 Kerjasama OBM
- Chapter 5 Olahraga Yang Menyesatkan
- Chapter 6 Misteri Penolakan
- Chapter 7 Terjebak Di OBM
- Chapter 8 Disibukkan dengan Hal Yang Tidak Aku Suka
- Chapter 9 Disibukkan dengan Hal Yang Tidak Aku Suka (bagian 2)
- Chapter 10 Disibukkan dengan Hal Yang Tidak Aku Suka (akhir)
- Chapter 11 Aku Sebenarnya Harus Diam, Kesalahan Pertama
- Chapter 12 Aku Sebenarnya Harus Diam, Kesalahan Pertama (bagian 2)
- Chapter 13 Aku Sebenarnya Harus Diam, Kesalahan Pertama (akhir)
- Chapter 14 Memoar Hujan Sang Ratu
- Chapter 15 KAKAK
Diubah oleh novalso 06-05-2018 03:08
nona212 dan anasabila memberi reputasi
2
5.7K
Kutip
41
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.7KThread•43.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya