Suatu siang yang cerah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, saya memberanikan diri untuk mendaftar sebagai panitia pelaksana PKKMABA (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) atau yang biasa disebut dengan OSPEK. Pilihan divisi yang ingin saya masuki saat itu yang pertama adalah divisi fasilitator dan yang kedua adalah divisi konsumsi. Saya memilih divisi fasilitator karena saya suka bersosialisasi dengan orang-orang baru, dan saya hobi ‘ngomong’, sesederhana itu :') mengapa saya menempatkan divisi konsumsi di pilihan kedua? ‘Karena nggak terlalu ribet’, anggapan saya saat itu.

Selang waktu berjalan, akhirnya tiba saat diumumkannya siapa saja pendaftar yang lolos menjadi panitia pelaksana PKKMABA. Merasa yakin tidak yakin, saya langsung melihat nama-nama yang tertera di pengumuman itu. ALIFA DZAKIYAH. Mata saya berbinar, spontan saya mengucap syukur. Sedikit tidak percaya nama saya tertera disana karena saya tau menjadi panitia pelaksana PKKMABA adalah bukan hal yang mudah, juga seleksi yang lumayan ketat dibanding kepanitiaan acara kampus lainnya. Oh thank God :’)



Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, bahwa menjadi panitia pelaksana PKKMABA bukan hal yang mudah. Waktu liburan kami terpotong 1 bulan dan saya harus kembali ke Malang ketika teman-teman  masih menikmati indahnya kebersamaan bersama keluarga. But it didn’t matter too much, karena saya sadar setiap perilaku atau tindakan pasti memiliki konsekuensi. Dan salah satu konsekuensi menjadi panitia pelaksana PKKMABA ini adalah kembali ke Malang sebelum waktunya :’)
Aktivitas pada hari-hari itu menurut saya adalah berlatih, merekatkan, dan membiasakan. Saya berlatih bagaimana menjadi fasilitator yang baik namun tetap disiplin untuk adik-adik mahasiswa baru FISIP nantinya, merekatkan persaudaraan antar sesama panitia, kemudian membiasakan diri mengikuti alur serta Standar Operasional Prosedur menjadi panitia pelaksana PKKMABA.  Kegiatan saya bersama teman-teman saat itu adalah berlatih dan bonding.

Singkat cerita, tibalah hari dimana saya dan teman-teman harus mengimplementasikan apa yang didapat selama berlatih di hari-hari sebelumnya. Hari pertama dimana saya berkenalan dengan adik-adik mahasiswa baru FISIP terasa menyenangkan tapi lumayan garing, saya menyadari itu wajar karena kami semua baru saja saling mengenal dan terus berusaha untuk lebih mengenal. Adik-adik mahasiswa baru yang lugu dan ‘masih’ lucu-lucu itu terkadang membuat saya terhibur dengan pernyataan maupun pertanyaan polosnya.

Sampai tibalah hari dimana saya dan adik-adik mahasiswa baru harus mengakhiri pertemuan kami di PKKMABA. Overall, mereka memberi saya satu pelajaran bahwa menjadi kakak dan seorang pembimbing adalah bukan suatu hal yang mudah. Bagaimana saya mengarahkan, mengajari, menjadi kakak sekaligus teman untuk mereka, bagaimana membangun first impression meraka yang baik tentang FISIP dan segala dinamikanya, menjadi suatu hal yang tak terlupa dalam sejarah hidup saya. Terimakasih telah memberi saya ruang untuk belajar dan berdinamika teman-teman!