vainsouthAvatar border
TS
vainsouth
Tragedi Berdarah Cot Murong Aceh Utara

Tanggal 3 Mei punya banyak makna bagi warga
Aceh Utara, dan juga bagi masyarakat Aceh pada umumnya.
Tanggal tersebut selain bermakna
resistensi atau perlawanan rakyat melawan negara,
juga sebuah kenangan buruk, betapa negara begitu
semena-mena terhadap rakyatnya.
Karenanya, saban tahun—meski tak rutin karena kondisi Aceh tak selalu kondusif untuk mengenang tragedi—
warga Aceh Utara khususnya para korban tragedi
Simpang KKA memperingatinya.


Sekedar merawat ingatan, Senin, 3 Mei 1999 atau 18 tahun silam, banyak darah berceceran di sekitar simpang PT KKA Aceh Utara.
Jeritan dan tangisan para korban memecah telinga siapa saja yang pernah mendengar nya.
Saat itu, harga peluru tentara begitu murahnya, karena bisa dihambur-hamburkan dengan sangat mudah.
Setelah itu, puluhan mayat dan
ratusan korban tergelatak, ada yang sudah kaku,
banyak juga yang masih bernyawa sambil merintih,
yang lainnya berlarian seperti dikejar air tsunami,
mencari tempat yang bisa dijadikan tempat
berlindung.


Saat tragedi itu, korban luka-luka tak terhitung.
Hanya data yang dikumpulkan oleh Tim Pencari
Fakta (TPF) Aceh Utara menyebutkan 115 orang
mengalami luka parah, sementara 40 orang lainnya
meninggal dunia.
Dari jumlah itu, ada 6 orang
masih sangat kanak-kanak yang menjadi korban kebuasan aparat negara.
Sementara data yang dikeluarkan Koalisi
NGO HAM Aceh, menyebutkan sekitar 46
orangmeninggal (2 orang meninggal ketika
menjalani perawatan di RSUZA Banda Aceh),
sebanyak 156 mengalami luka tembak, dan 10
orang hilang dalam insiden tersebut.


Meskipun banyak pihak melupakan peristiwa itu, tidak bagi para korban. Jamaluddin, misalnya, sampai
sekarang masih terkenang dengan tragedi paling
kejam dalam hidupnya.
Jamal, kelahiran Sawang,
Aceh Utara mengisahkan, bahwa saat peristiwa itu
terjadi, dirinya melihat banyak sekali korban
tembakan yang rubuh.
Jamal juga mendengar jeritan tangis dari para ibu dan bapak yang melihat warga tertembak.
Jamal sendiri mengaku, saat
tragedi itu, tubuh-tubuh warga yang kena tembakan
jatuh menindihnya.
Dengan sisa tenaga yang ada,
mayat-mayat diambil dan diletakkan di tempat yang
layak.
Jamal mengaku, tak tahu harus berkata apa
saat itu.
Jamal, sendiri luput dari maut, jamal
berharap Pemerintah Aceh tidak melupakan
peristiwa itu.
Kalau memang ini pelanggaran HAM,
pelakunya harus diadili. Karena itulah keadilan bagi
korban.


Kronologi Peristiwa Sebelum Kejadian Jumat malam,
30 April 1999, Sekitar jam 20.30 WIB masyarakat
Desa Cot Murong, Kecamatan Dewantara,
mengadakan rapat akbar untuk memperingati 1
Muharram yang bertepatan dengan 30 April 1999.
Oleh pihak keamanan, peringatan 1 Muharram yang
biasa diselenggarakan oleh masyarakat Islam di
manapun di seluruh Propinsi Aceh, disebut sebagai
ceramah Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Lalu muncul kabar bahwa seorang anggota TNI dari
kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom berpangkat
Sersan, bernama Adityawarman, hilang saat
melakukan penyusupan di tengah kegiatan ceramah
(Keterangan Kapuspen TNI, nama anggotanya yang
hilang itu adalah Sersan Kepala Edi, dari Den Rudal
001/Pulo Rungkom, Aceh Utara).
Tidak jelas apakah anggota TNI itu benar hilang atau terjadi berbagai
kemungkinan lainnya, tetapi yang pasti tidak
satupun dari penduduk yang mengetahui
keberadaannya.
Dan yang pasti lagi, malam itu
tidak terjadi apa-apa yang berarti di Desa Cot
Murong.


Sabtu malam, 1 Mei 1999 Sebuah truk
militer dari kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom
berputar-putar dikawasan Desa Cot Murong dengan
aktivitas yang tidak jelas, tetapi hari itu tidak terjadi
apa-apa.
Minggu pagi, 2 Mei 1999 Masyarakat desa mengetahui
adanya penyusupan anggota TNI antara jam 20.00
WIB sampai dinihari ke Desa Cot Murong dan Desa
Lancang Barat.
Bahkan penduduk pun mengetahui
adanya sebuah boat yang diperkirakan milik militer
berupaya untuk melakukan pendaratan di pantai
Desa Cot Murong, namun batal karena terlanjur
diketahui oleh warga setempat. Sampai waktu itu
tidak terjadi apa-apa, namun kecemasan penduduk
semakin memuncak, dan sejak saat itu mereka
semua mulai berkumpul sampai Senin pagi.
Senin pagi, 3 mei 1999. Tepat pada pukul 09.00
WIB, 4 truk pasukan TNI datang lagi memasuki
Desa Lancang Barat, desa tentangga Cot Murong.
Massa rakyat yang berkumpul merasa cemas dan
mulai mempersenjatai diri dengan kayu dan parang
(tanpa senjata api).
Lalu datang Camat Dewantara,
Drs. Marzuki Amin ke Simpang KKA dan mulai
melakukan negosiasi dengan aparat TNI.
Aparat berkeras dan negosiasi mentok, camat tetap
berpegang kepada perjanjian terdahulu yang telah
disepakati oleh masyarakat dengan Koramil
Dewantara yang intinya pihak TNI tidak lagi
melakukan kegiatan operasi di daerah mereka dan ngosiasi itu beralangsung cukup lama.
Waktu sudah menunjukkan hampir jam 12.00 WIB, untuk
menunjukkan kesungguhan hati dan permohonan
yang sangat besar agar pasukan segera ditarik dan
pihak TNI menghormati perjanjian yang telah
dibuat, Camat Marzuki Amin sempat mencopot
tanda jabatan dari dadanya.
Tetapi malah sang Camat kemudian dipukuli oleh tentara. Pada saat itu tiba-tiba satu truk milik TNI bergerak dan sambil berlalu, dari atas truk para tentara melempari batu
ke arah masyarakat, dan masyarakat yang
terpancing balas melempari batu ke atas truk.
Pada saat yang hampir bersamaan juga seorang anggota
tentara berlari kearah semak-semak dan
masyarakat yang terpancing mengejarnya.
Tiba-tiba dari arah semak itu terdengar satu letusan senjata.
Letusan senjata itulah yang seperti sebuah
"komando" disusul oleh rentetan serangan.
Pembantaian segera dimulai.
Tepat jam 12.30 WIB. Saat Kejadian. Pukul 12.30 WIB, Suara gemuruh dan teriakan manusia memenuhi Simpang KKA. Ribuan orang berlarian menghindari serangan dari TNI.
Dua wartawan RCTI (Umar HN dan Said
Kaban) yang kebetulan sudah berada di tempat itu
sempat merekam moment-moment penting yang
terjadi baik dengan foto atau video.
Dapat dikatakan, hasil rekamannya itu menjadi salah-satu
bukti yang paling akurat dan tidak mungkin dapat
dipungkiri tentang bagaimana peristiwa yang
sebenarnya.


Tembakan yang dilakukan tanpa peringatan terlebih
dahulu dan dengan posisi siap tempur.
Tentara yang dibagian depan jongkok dan yang berada
pada barisan belakang berdiri.
Selain itu, tentara
yang berada di atas truk juga terus melakukan
tembakan sambil melakukan gerakan-gerakan
tempur.
Saat itu penduduk yang tidak lagi sempat
lari melakukan tiarap tapi terus diberondong.
Selain
melakukan tembakan kearah masa, TNI juga
mengarahkan tembakan ke rumah-rumah penduduk,
sehingga banyak warga yang sedang di dalam
rumah juga menjadi korban.
Bahkan mereka
mengejar dan memasuki rumah-rumah penduduk
dan melakukan pembantaian di sana.
Ketika melakukan tembakan para anggota tentara itu juga berteriak-teriak.
Kalimat yang paling sering
diucapkan adalah "Akan kubunuh semua orang
Aceh".
Dalam aksi pembantaian tersebut, 45 jiwa
Tewas di tempat, 156 lainnya Luka-luka kebanyakan
karena luka tembak, dan 10 diantaranya Hilang
sampai saat ini tidak tahu keberadaannya.
Banyak penduduk yang sudah tertembak dan tidak bisa lari lagi masih terus diberondong oleh tentara dari
belakang.
Mereka benar-benar melakukan
pembantaian seperti sebuah pesta.

0
3.7K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.