Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rhsrofiqAvatar border
TS
rhsrofiq
Das Kapital : Karl Marx dan Marxisme
Jika bicara soal Marxisme, maka sesungguhnya berbicara tentang kolaborasi pemikiran antara Marx and Engels. Marx pindah ke Paris, bekerja pada majalah Deutsche-Franzosiche Jahrbucher dan akhirnya bertemu dengan Friedrich Engels, sekutu abadinya tersebut. Saat di Brussel, pada 1845 keduanya mengorganisir ulang “Asosiasi Pendidikan Pekerja Jerman”, yang bersekutu dengan sebuah federasi rahasia bernama Liga Komunis. Meski tindakan ini dicela oleh Michael Bakunin (tokoh anarkhisme asal Rusia), justru atas permintaan Liga Komunis itulah, Marx dan Engels kemudian menerbitkan “salah satu dokumen terpenting dari sejarah moderen”, yakni Communist Manifesto.[1]

Seperti dilansir suarakebebasan.org (07/07/17), “Manifesto” ini menggemparkan Eropa, dan membuat Marx diusir dari satu negara ke negara yang lain. Manifesto menginspirasi gerakan revolusioner di berbagai belahan benua itu: dari Milan, Roma, Venesia hingga Wina dan Budapest. Anehnya, Marx sendiri tak terlibat langsung dalam satu pun gerakan-gerakan itu. Bahkan ketika di Jerman terjadi penggalangan kekuatan revolusioner, dengan dingin Marx berkomentar bahwa gerakan itu akan dilibas tanpa ampun oleh tentara kerajaan Prusia, dan memang, itulah yang terjadi. Ia kembali ke Berlin, menangani jurnal Neu Rheinische Zeitung. Tulisan-tulisannya yang menyerang pemerintah membuatnya kembali ditahan, namun pembelaannya di depan pengadilan secara mengejutkan membuatnya bebas dari jerat hukuman.

Dari sinilah kaum sayap kanan menafsirkan bahwa pertimbangan utama Marx bukanlah pada “revolusi yang kejam”, dan Marx pun bisa saja bekerja sama dengan kelompok lain diluar kaum proletar.[2] Sebaliknya Lenin dan kelompok sayap kiri menafsirkan bahwa logika dialektika tetaplah mengharuskan adanya revolusi borjuis sebelum terjadinya revolusi proletarian yang sebenarnya.

“Manifesto” mengandung prinsip-prinsip teoritis yang jika diambil bersama akan membentuk sistem Marxian.[3] Dalam mengkritik Hegel, Marx dan Engels banyak mengadopsi argumen-argumen dari Ludwig Feurbach, (seorang “Hegel muda”, filosof materialistik terkemuka) utamanya analisa tajam Feurbach tentang psikologi, sosiologi dan antropologi agama.


Dilansir dari militanindonesia.org (22/02/15) Penjelasan utamanya adalah “sejarah masyarakat hingga saat itu adalah sejarah tentang perjuangan kelas,” dimana pelaksana kekuasaan negara moderen tak lain adalah “sebuah komite untuk mengelola urusan bersama dari seluruh kelas borjuasi”. Kelas-kelas yang berbeda– tuan dengan budak pada masyarakat perbudakan, tuan-hamba pada masyarakat feodal, kapitalis dan pekerja– memiliki kepentingan, tujuan dan aspirasi yang tidak saja berbeda, namun juga secara diameterikal, bertentangan.[4]


http://regional.kompas.com/read/2016/05/19/15203151/khawatir.ada.konfrontasi.seminar.soal.marxisme.di.unpad.dibatalkan
Seperti dilansir Kompas.com (19/05/16), dengan eksploitasinya terhadap kaum proletar, kaum borjuis disebut-sebut tengah menggali kuburnya sendiri dan kemenangan kaum proletar akan tak terhindarkan. Bagian-bagian penting dari platform yang mereka tawarkan beragam, dari yang umum (pajak pendapatan yang progresif, pendidikan publik gratis), hingga radikal (penghapusan keluarga, kepemilikan negara atas instrumen dasar produksi, penghapusan hak milik atas tanah dan warisan, dan lenyapnya perbedaan kelas).

Berkaitan dengan itu, secara bertahap kenyamanan hidup keluarga Marx dilucuti lewat serangkaian peraturan anti Yahudi kerajaan Prusia. Situasi itu juga yang membuat ayah dan ibu Marx beralih menjadi penganut Kristen demi alasan keamanan. Satu waktu ayahnya pernah mengkritik kebijakan Prusia, membuat polisi turun mengepung kediaman mereka. Heinrich Marx sampai harus keluar rumah, meminta maaf di hadapan polisi-polisi itu. Peristiwa yang dianggap Marx memalukan ini di kemudian hari menentukan sikap Marx akan arti kemarahan dan kebencian

Marx akhirnya ke Inggris pada 1849, tempat dimana ia menghabiskan sisa hidupnya dalam kemiskinan yang memprihatinkan, dan ulang kali mendapat sokongan finansial dari Engels yang memang kaya raya itu. Selain menjadi reporter “New York Tribune, hari-hari Marx dihabiskannya di ruang baca British Musseum, dimana ia menghasilkan karya-karya besarnya sebanyak 1.472 lembar karya, yang terbagi atas 23 buku.. Tahun 1867, volume pertama Das Capital, terbit. Volume-volume berikutnya baru terbit, justru setelah Marx meninggal ndunia.

Menurut Mc Donald, Marx sebetulnya tak pernah membangun sebuah bangunan sistem teori yang lengkap. Para pengikutnyalah yang melakukan hal itu. Di antaranya beberapa temuannya adalah : (1) Materialisme Historis dan Dialektika; (2) Keterasingan (Alienation); (3) Teori Perkembangan Objektif (the Theory of Objective Development); dan (4) Teori Nilai Lebih (Surplus value theory).



Materialisme Historis dan Dialektika


Das Kapital, karya teoritis terbesarnya, dilansir dari Kompasiana.com (07/0615) hanya mengasumsikan materialisme dialektik dan lebih menaruh perhatian pada teori nilai lebih dan akumulasi kapitalis. Begitu juga, teori tentang negara, hanya berbentuk spekulasi yang ditulisnya pada Socialism, Utopian and Scientific (1892) serta The Origin of The Family (1884). Begitu juga, ide tentang dialektika, yang sebenarnya berasal dari Hegel, namun dijelaskan Marx dengan cara yang melampaui Hegel.

Marx hanya menyerap sifat dan semangatnya saja, dan dengan mengganti konsep idealis tentang jiwa (spirit) dengan konsep materialistik dari kelas, membuat Marx menjelaskan proses sejarah secara materialistik ketimbang idealistik. Bagi Marx, materi, dan bukanlah spirit, yang menjadi tenaga pendorong (driving force), yaitu hubungan manusia dengan materi, atau lebih tepatnya, pada bagian terpenting, yaitu mode produksinya.[6]

Dalam mengkritik Hegel, Marx dan Engels banyak mengadopsi argumen-argumen dari Ludwig Feurbach, (seorang “Hegel muda”, filosof materialistik terkemuka) utamanya analisa tajam Feurbach tentang psikologi, sosiologi dan antropologi agama.[7] Meski demikian, kombinasi dari pemikiran Hegel dan Feurbach itulah, konsep materialisme dialektik Marx, berasal. Perlu dicatat bahwa Marx sebenarnya menggunakan istilah materialisme dalam arti yang khusus yang bisa jadi ‘menyesatkan’, karena setelah dikuasai oleh Marx, artinya menjadi berbeda.[8] Bagi Marx, dialektika adalah esensi dari semua persoalan, yang ia fahami sebagai “metode logis yang secara unik sanggup menangani sebuah subjek, (sebagai) hal yang berkembang secara terus menerus”

Menurut Mc Donald, kelihatannya Marx tidaklah berupaya membuktikan bahwa ekonomi merupakan determinan pemikiran yang lebih fundamental ketimbang hal-hal mendasar lainnya. Pragmatisme empirik dari metodologi Marx merupakan kekuatan sekaligus kelemahannya. Kelebihannya, hal itu merupakan hasil risetnya yang monumental. Kelemahannya adalah, korelasi yang ia temukan antara kelas ekonomi dan ideologi tak layak dianggap sebagai penyebab sejarah yang utama, kecuali riset besar-besaran yang sama diterapkan di setiap penyebab lain yang memungkinkan, pada keseluruhan periode sejarah, dan jelas hal ini tidak mungkin.

Teori Nilai Lebih

Seperti dilansir oleh Indoprogres.com (15/01/14), jika kelas adalah kunci bagi penafsiran ekonomi atas sejarah dan konsep dan kelas bersifat ambigu. Kapitalisme yang membuat ekonomi menjadi begitu penting. Di luar penjelasan ilmiahnya, terasa ada kemarahan yang kuat akan nasib manusia yang hanya digunakan sebagai komoditas ekonomi dalam proses industri. Meski pun di masa awal Marx kemarahan ini tidak terlalu terlihat, pada masa berikutnya fakta-fakta dari penganiayaan yang merendahkan manusia itu ditunjukkan dalam bentuk bahasa ekonomi yang sangat tehnikal dan sulit dimengerti. Argumennya adalah apa yang kemudian dinamakan dari “teori dari nilai lebih”[9]

Teori ini sendiri berasal dari labor theory of value, meski pun tidak sama persis. Teori ini menyatakan bahwa nilai dari setiap komoditas adalah sepadan dengan kuantitas dari tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. Kuantitas diukur dengan jam kerja (man hour) dan tenaga kerja pura-pura dihitung berguna secara sosial. Kelemahan teori ini adalah asumsinya akan kompetisi yang sempurna dari pasar tenaga kerja dan komoditas. Sebagai alat analisis ekonomi, teori ini tidaklah terlalu baik. Oleh karena itu, Marx kemudian memulai dengan doktrin ekonomi ortodoks yang keras. Jelasnya, Marx ingin menunjukkan pada kaum kapitalis yang menggunakan teori favorit milik mereka, untuk membangun sebuah model yang tak dapat mereka abaikan, karena berdasarkan pada asumsi-asumsi mereka sendiri.

Hal itu juga lekat pada teori tenaga kerja tentang nilai, karena hal itu merupakan landasan penting bagi teori nilai lebih. Menurut yang terakhir ini, tenaga kerja merupakan satu komoditas sama seperti komoditas lainnya; oleh karena itu, mengikuti teori tenaga kerja tentang nilai, mereka pasti dinilai dari jam kerja yang diberikan pada “produksinya” -yakni memberi makan, pakaian, tempat bernaung sang pekerja agar terjaga hidupnya, meski pada taraf sekedar menyambung hidup- suatu level yang banyak pekerja biasa alami di masa Marx.

Dengan kata lain, tenaga kerja dibeli laiknya komoditas lainnya, dan dinilai dengan cara yang sama, sehingga Marx menyebutnya sebagai “upah perbudakan”. Tapi, tidak seperti komoditas lainnya, tenaga kerja tidaklah dikonsumsi dalam periode waktu yang jelas. Tenaga seorang pekerja “dibeli” sesuai dengan harga untuk mendukungnya secara fisik, dibagi rata dalam jam, atau hari atau minggu. Namun ia boleh memproduksi sepadan dengan harga ini, dalam nilai ekonomis selama 6 atau 8 jam kerja, sedangkan pabrik-pabrik kala itu menjaga mereka tetap bekerja sampai 10, 12 atau bahkan 14 jam sehari. Perbedaan antara waktu yang pekerja lakukan (yang ditentukan sewenang–wenang itu) dan upah yang ia terima (ditentukan melalui kompetisi), itulah nilai lebih (surplus value), sumber dari keseluruhan keuntungan kaum kapitalis.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dipahami bahwa Marxisme bukan soal membongkar kecurangan semata. Memang, banyak pula ide-idenya yang terlalu utopis dan jelas tak mungkin terwujud. Sering dikatakan bahwa Marxisme gagal menjelaskan posisi kelas dari para pembelanya. Marx sendiri tidak peduli sama sekali untuk membuktikan kekuatan akan kesadaran kelas dengan psikologi individual. Jadi, tanpa kriteria saintifik yang objektif dari kelas tersebut, sulit untuk dipastikan bahwa kelas merupakan kekuatan motif yang mendasar dalam sejarah.

Tetapi, pada kenyataannya, Marx telah membongkar ketidakadilan yang bertumpuk pada derita para pekerja, namun ia menunjukkan hal itu bukanlah akibat dari individu yang jahat, namun lebih pada akibat dari sistem yang khusus. Karena dipandang tak lebih dari “komite eksekutif kelas penguasa”, negara menjadi tak berdaya. Maka, hanya penggulingan secara revolusioner dari keseluruhan sistem saja, yang akan berhasil mengubah kondisi itu. Hanya sintesa baru sajalah, yang dapat mengatasi kontradiksi antara tesis dan antitesis tersebut.



Referensi

[1] Cameron Lee McDonald, Western Political Theory: Bagian II, (New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1968), hlm. 489

[4] Terence Ball & Richard Dagger. Political Ideologies and The Democratic Ideal, (New York:HarperCollins Publishers Inc. 1991). Hlm. 129.

[6] Bertrand Russell, Western Political Thought,bab XXII, (London: Roudlege, 1991), hlm. 750.

[8] Goerge H. dan Thorson Sabine. A History of Political Theory, Fourth Edition bab 34, (Hindale II: Dryden Press, 1973). Hlm. 687.



Internet

Https://suarakebebasan.org/id/dasar-libertarianisme/item/851-yang-perlu-anda-tahu-tentang-marxisme

https://www.kompasiana.com/othinx/pandangan-materialisme-historis-karl-marx_5500dc038133112019fa7e9e

https://www.militanindonesia.org/teori-4/lainlain/8534-idealisme-dalam-penemuan-kembali-marxisme.html

http://www.berbagaireviews.com/2016/12/pengertian-marxismeleninisme-ideology.html

Sumber Gambar

https://indoprogress.com/2017/05/pertanyaan-panduan-das-kapital/



Sumber: sebagian berasal dari pandangan pribadi penulis
Polling
0 suara
Manakah paham yang lebih anda kenal?
0
3.4K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.