Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

withoutwordAvatar border
TS
withoutword
Idealisme Beragama Feb Kecil


perkenalkan nama saya febri, atau panggil saja feb.

Pertama2 saya tidak ingin mengkerdilkan suatu kelompok tertentu. Tujuan saya murni sharing.

Tentang kehidupan saya yang awalnya gelap. Kehidupan yang dikhususkan pada kehidupan beragama. Kehidupan beragama yang saya jalani semenjak saya masih kecil.

Keluarga saya menganut agama kristen protestan. Kakek saya seorang pendeta. Seluruh keluarga besar saya juga adalah seorang kristiani yang taat beribadah.

Kami sekeluarga belum memiliki rumah sendiri kala itu, kami mengontrak dari 1 rumah ke rumah yang lain. Hingga akhirnya kami pindah ke daerah bekasi utara, kampung poncol, 1999. Usia saya belum genap 6 tahun saat itu.

Jujur harus saya akui, daerah tersebut adalah daerah yang tingkat fanatismenya tinggi terhadap agama islam. Sang pemilik kontrakan pun terlambat mengetahui bahwa kami non muslim saat itu.

Kehidupan sebagai kaum minoritas, terlebih kami satu-satunya di daerah tersebut, tidak begitu buruk. Hanya saja, saya sebagai anak mungkin yang kena batu nya.

Saya hampir tidak memiliki teman selama 6 tahun tinggal disana. Jadi, sepulang sekolah biasanya saya hanya dirumah saja. Tapi, bukan berarti saya tidak mencoba untuk bersosialisasi. Saya melakukannya, tapi mungkin dengan pendekatan yang bisa dibilang agak pasif.

Interaksi saya dengan anak2 seusia saya saat itu sangat sedikit sekali. Kebanyakan dari mereka bahkan enggan untuk sekedar mengajak berkenalan. Hanya 2-3 interaksi yang saya ingat. Dan semunya itu justru bentuk intoleransi beragama.

1. Saat saya membuat nangis seorang teman saya. Saya lupa sebabnya apa, ada salah seorang tetangga disana sebagai saksi. Saya yakin saya tidak salah, karena kalau memang saya salah pasti saya dimarahi saat itu. Jadi, saat teman saya menangis, dia memaki saya dengan ujaran2 kebencian yang berbau sara. Saya lupa tepatnya kata2 apa yang dia ucapkan. Yang jelas kata2 seperti itu sudah pasti ajaran dari orang2 yg lebih tua darinya.

2. ketika itu saya mendekati 2-3 orang anak seumuran. Kebetulan kami menemukan potongan atlas bagian bendera2 dunia. Kemudian salah satu dari mereka menunjuk salah satu bendera dan berkata, kalau saya dari sana. Sementara mereka dari bendera yang lain. Saya agak lupa bendera apa yang mereka tunjuk. Mungkin israel untuk saya. Dan bendera arab untuk mereka.

Sebuah pertanyaan muncul dan membuat hal ini melekat dalam memori saya, mengapa saya tidak dianggap ke dalam golongan mereka. Sehingga saya merasa dikucilkan saat itu.

3. Saya berkeliling kampung. Saat itu saya mencoba bermain. Mungkin juga mencari teman. Entah kenapa, rasanya mereka yang menjauh. Seperti menganggap saya tidak ada atau bahkan tidak ingin dekat2 dengan saya. Mungkin ini tidam bisa dihitung sebagai bentuk interaksi.

Agama

Feb kecil saat itu tidak begitu paham, apa itu agama,Apa itu kristen, apa itu islam. Kemudian sedikit demi sedikit mengenal apa itu beribadah, tentunya mengikuti orang tua. Lalu mengenal konsep Tuhan.

Untuk konsep Tuhan. Sejujurnya, saya terlebih dahulu mengenal konsep Tuhan itu maha esa, melalui pancasila pasal 1, atau dalam islam disebut tauhid. Kemudian lebih jauh lagi saya mengenal konsep agama, dimana istilah nabi sebagai pembawa wahyu. Dalam islam saya tau Nabi Muhammad saw.

Berawal dari konsep di atas, saya yang semula meyakini semua agama sama, menjalani kehidupan kekristenan saya dengan konsep sama seperti agama islam. Tapi pada akhirnya saya menjalani kehidupan dengan penuh banyak pertanyaan2 mendasar.

Seperti pertanyaan, kenapa yesus disebut Tuhan? Bukankah dia nabi dalam agama saya saat itu? Akan tetapi pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah saya tanyakan kepada pembimbing agama, mau pun orang tua saya sendiri.

Saya lebih memilih menjalani kehidupan beragama saya, seperti yang saya mau. Saya meyakini yesus sebagai pembawa wahyu. Dan enggan menyebutnya sebagai Tuhan. Ada pun saya menyebutnya lewat lagu2 atau tuntunan doa, batin saya tidak berkata demikian. Ada pun saya berdoa sendiri, saya meminta pada Allah.

Perlu digaris-bawahi bahwa saya tidak bertujuan untuk menunjukan bahwa cara ibadah kalian umat kristen, salah. Saya tidak hadir untuk menjudge, saya bukan hakim.

Seperti inilah kehidupan beragama saya saat masih di bangku SD. Ini lah latar belakang, atau alasan2an yang mendasari, mengapa saya meninggalkan kekristenan saya saat ini. Dan lebih memilih Islam sebagai jalan yang lebih nyaman untuk batin saya kedepannya.

Harus saya tekankan bahwa, saya tidak melihat Islam dari umatnya. Pengalaman buruk saat SD ini contohnya. Pun dengan berita2 belakangan ini.

Kepindahan saya ini terkait dengan paham tauhid yang lebih dulu saya cerna dan yakini, ketimbang konsep trinitas yang diyakini umat kristiani kebanyakan. Hanya saja saya tidak pernah menceritakannya kepada siapa pun, kecuali saya simlan sendiri.

Sebetulnya masih panjang kisah perjalanan yang saya lalui. Dari membenci Kristen, menganggap Islam sama saja, bahkan tidak beragama. Tapi rasanya tidak akan cukup waktu saya untuk menulis itu semua dalam kesempatan kali ini.

Mungkin kisah-kisah saya selanjutnya akan saya bagikan lain waktu dalam postingan berbeda.

Ada pesan yang rasanya perlu saya sampaikan, terlebih untuk guru-guru atau bahkan orang tua. "Ajari anak tentang apa itu perbedaan, bagaimana menghargainya, dan juga berinteraksi dengan orang yang tidak segolongan dengan kita."
"Saat kita beranggapan bahwa ajaran agama kita yang paling benar dan indah, seharusnya kita menunjukannya melalui perilaku kita, tidak melu2 melalui ucapan yang justru terasa hampa dan dusta"
"Terlepas dari agama apa yang kita anut, kepercayaan seperti apa yang kita jalani, bagaimana kita berhubungan dengan orang lain menunjukan kualitas hubungan kita dengan Tuhan."
#Islam rahmatan lil alamin.
0
1.7K
13
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to HeartKASKUS Official
21.8KThread27.9KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.