Kaskus

Entertainment

indahairaAvatar border
TS
indahaira
Film The Post: Media Memihak Rakyat Bukan Pemerintah
Film The Post: Media Memihak Rakyat Bukan Pemerintah


Akankah kebenaran harus diungkapkan meski harus
melawan hukum dan mempermalukan pemerintah?


--Spoilers Ahead--


Film The Post merupakan film bergenre thriller politik sejarah Amerika yang rilis pada bulan Desember 2017. Dua artis kawakan memerankan tokoh utama dalam film ini yaitu Meryl Streep sebagai Katharine Graham dan Tom Hanks sebagai Ben Bradlee.

Sesuai dengan judulnya, film ini menceritakan tentang koran The Washington Post dengan latar waktu tahun 1966, dimana masih terjadi perang antara AS dan Vietnam. Saat itu pemerintahan berada di bawah kepemimpinan Richard Nixon.

Film The Post: Media Memihak Rakyat Bukan Pemerintah


Tahun 1966, saat perang Vietnam berlangsung, Analis Militer State Dept., Daniel Ellsberg mengiringi pasukan AS dalam pertempuran Vietnam, yang mendokumentasikan progres aktivitas militer AS di wilayah tersebut yang diperuntukkan kepada Sekretaris Pertahanan Robert McNamara. Saat perjalanan pulang di dalam pesawat, McNamara mengungkapkan kepada Ellsberg dan William Macomber bahwa Ia pesimis AS akan menang dalam perang ini, namun saat mendarat McNamara mengungkapkan kepercayaan dirinya akan segala usaha yang dilakukan dalam perang ini. Menguping hal ini, Ellsberg merasa kecewa. Beberapa tahun berikutnya, Ellsberg bekerja untuk RAND Corporation, sebuah kontraktor militer sipil. Ia secara diam-diam mencuri dokumen rahasia berisi penelitian terhadap perang Vietnam tersebut, dan memfotokopi isinya. Ellsberg kemudian membocorkan dokumen ini ke reporter The New York Times.

Seorang ahli waris koran The Washington Post, Katharine Graham, mencoba membuat bisnisnya meningkat, setelah koran ini ditinggal pemiliknya yang juga ayahnya sendiri, sejak kematian suami dan ayahnya. Ia sedang disibukkan oleh persiapan untuk korannya di pasar modal, sebagai bentuk manuver bisnis yang bagi kelangsungan koran ini dan stabilitas ekonomi bisnisnya. Graham kurang berpengalaman dan sering dikesampingkan oleh banyak laki-laki yang jadi redaksi di koran The Washington Post, salah satunya editor-in-chief Ben Bradlee, yang diperankan oleh Tom Hanks.

Setelah dipublikasikan The New York Times, lawan bisnisnya The Washington Post, kopian dokumen rahasia negara pun jatuh ke tangan salah satu reporter The Washington Post. Dokumen setebal 7000 halaman itu jatuh di saat The Washington Post benar-benar mencari dokumen tersebut. Di sinilah konflik terjadi, ketika rahasia negara begitu penting untuk diketahui rakyat dan menentukan nasib para wajib militer yang bertugas pada perang Vietnam, namun rahasia ini juga mempengaruhi harga diri dan kredibilitas pemerintah termasuk Nixon yang sejak awal menyebut AS akan menang melawan Vietnam. Ini merupakan rahasia negara tingkat tinggi, namun media merasa perlu mempublikasikan kebenaran di mata rakyat.

Berikut ini 3 poin penting yang ingin disampaikan film The Post bagi para penonton:

1.      Kebebasan Pers

Pers dituntut menyajikan berita yang menarik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam kasus ini, ribuan anak laki-laki dikirim ke Vietnam untuk mempertaruhkan nyawanya demi negara. Namun di satu sisi, penelitian yang mengungkapkan bahwa perang ini tidak akan membawa kemenangan bagi Amerika Serikat, menjadi hal yang krusial di masa perang berlangsung. Pengungkapan kebenaran menjadi penting dilakukan oleh pers.

"In the First Amendment, the Founding Fathers gave the free press the protection it must have to fulfill its essential role in our democracy. The press was to serve the governed, not the governors." (Judge Hugo Black, untuk Mahkamah Agung)
“Kami melayani rakyat, bukan pemerintah,” merupakan kutipan dalam film ini. Kay Graham sebagai pemilik perusahaan, harus memutuskan apakah The Washington Post akan mempublikasikan rahasia negara tersebut dan mengungkapkan isi dokumennya kepada rakyat lewat korannya namun harus mempertaruhkan kelangsungan bisnisnya, atau diam mematuhi peraturan negara.

Namun pada akhirnya Ia membulatkan tekadnya dengan kepercayaan bahwa cara melindungi hak publikasi adalah mempublikasikannya (“The only way to protect the right to publish is to publish,” ucap Ben Bradlee). Dengan mempertaruhkan harta, tahta, dan kebebasannya, Kay Graham mengambil risiko itu. Namun, Ia justru mendapat penghormatan dari rakyat dan media lainnya, meski harus berhadapan dengan pengadilan.

2.      Kesetaraan Gender (Feminisme)

Kay Graham adalah wanita pertama sebagai pemimpin penerbit koran di AS. Ia merupakan ahli waris The Washington Post sejak kematian ayah dan suaminya, sang pemimpin sebelumnya. Keputusan yang sangat berat mempertaruhkan perusahaan warisan ini, namun di lain sisi Ia percaya bahwa kebenaran harus diungkapkan. Rakyat berhak tahu.

Pilihan yang begitu sulit itu, bukan dengan mudah Ia putuskan. Banyak pihak yang menentang berita tentang rahasia negara itu dipublikasikan. Namun dengan kepala tegak, Kay Graham “I'm asking your advice, Bob, not your permission,” dan menegaskan bahwa Ia punya kendali penuh atas perusahaannya “It’s no longer my father’s company.  This is no longer my husband’s company.  This is my company and anyone who doesn’t like that shouldn’t be on my board.”

Saat Kay Graham harus berhadapan dengan pengadilan, sejumlah wanita berkumpul di depan Mahkamah Agung dan memberikan pandangan penuh rasa hormat dan apresiasi kepadanya. Sosok Kay Graham menjadi tokoh wanita yang kuat dan menginspirasi karena keberaniannya.

3.      Media Memihak Rakyat, Bukan Pemerintah
 
Jelas sekali, dengan mempublikasi kebenaran demi kepentingan publik, film ini menegaskan bahwa media berdiri untuk rakyat, dan tidak memihak kepada pemerintah. Karena siapa lagi jika bukan media yang memberikan kritik. “The press was to serve the governed, not the governors."
 
Hal ini jadi semacam sindiran kepada media-media di era sekarang yang sudah dimasuki wacana pemerintah. Banyak politikus yang berteman dengan para redaksi berita, sehingga mengaburkan batas objektivitas antara media dan pemerintah.
 
Film ini juga menyoroti betapa kuatnya kepemimpinan Nixon mendikte media. Hal ini sangat relevan dengan pemerintahan Trump sekarang, yang sering menutupi kebenaran dan seakan menyoroti musuh-musuhnya dengan tajam penuh opini subjektif demi kepentingan dirinya sendiri.

Menurut gue, film karya Steven Spielberg memang harus ditonton karena bagus-bagus banget. Termasuk Film The Post ini. Sikap patriotik dan berpikir idealis jadi nyawa dalam cerita ini.

Gimana nih pendapat kalian yang udah nonton The Post?
 
 
Diubah oleh KaskusKreator 12-03-2018 09:58
0
8.8K
78
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
KASKUS Official
924.7KThread89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.