Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Korupsi dan Narkoba. Dua Perkara yang Nggak Bikin Jera!
#Korupsi yang Mewabah


Mendengar beberapa kepala daerah kembali terjerat kasus OTT kapeka karena korupsi, dua tanduk setan dikepala saya mulai bermunculan. Setengah mati saya ikutan menahan emosi agar semua yang berkecamuk didalam hati tidak terlepas dan berakhir pada caci-maki. Entah itu terlampiaskan dalam kalimat, atau meluncur dari bibir saya yang memang tak seksi sejak dilahirkan. Diam dan nggeremeng sajalah daripada saya salah ngomong malah masuk bui.

Jika kita kembali memutar mesin waktu kebelakang, kepingan sejarah pada masa silam mencatat bahwa kehancuran kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit serta kerajaan Mataram, hampir semuanya diakibatkan prilaku korupsi para bangsawannya. Nafsu angkara murka demi menikmati tumpukan harta dengan menghisap darah rakyat jelata, telah dengan sedemikian sukses mengikis bisikan nurani didalam kalbu. Tak ada yang memperdulikannya.

Wabah hedonisme seakan telah menjadi trend baru dan virus itu telah menyebar hingga ke abad milenial seperti saat ini. Sayang, masih banyak yang pura-pura tidak memahaminya, atau menganggap yang dilakukan bukan tindakan yang melanggar hukum.

Jangan salah. Ada kejadian pejabat yang mengaku gak tahu jika menerima suap itu dilarang. Iki seng bodoh sopo?

Korupsi adalah sebuah sindikat. Ada serangkaian peristiwa yang melibatkan lebih dari satu orang. Dari tangan-tangan kotor tak bertanggungjawab ini, muncullah pemufakatan jahat dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau kelompoknya. Dan yang mereka lakukan sangat tidak bermoral dan beraroma busuk. Seperti bau kentut yang tidak lolos uji emisi.

Jika kita bicara budaya korupsi di negeri ini, tentu harus diakui bahwa dampak akibat perbuatan ini, sengaja dipersepsikan seakan lebih manusiawi ketimbang kejadian terorisme. Tentu saja, reaksi yang dialami masyarakat, yang sudah sedemikian skeptis dengan korupsi, pada akhirnya cenderung menganggapnya sebagai angin lalu. Lantas, benarkah demikian?

Bila disuguhkan luka korban dari tindakan teror yang biadab, semisal orang yang tidak berdosa kemudian merenggang nyawa, boleh dikatakan aksi terorisme sukses menjadi hantu. Namun andai kita mau jujur, korban bencana teror masih bisa dihitung dengan hitungan kasar jari tangan.

Sedangkan dampak dari korupsi membunuh sekian banyak komunitas bernama "manusia" dengan cara perlahan. Ia seakan bahan kimia beracun yang disuntikkan ke tubuh para terdakwa hukuman mati yang menghantarkannya ke gerbang akhirat menuju neraka. Hentakannya tidak terasa, namun mencabut nyawa tanpa diduga.

Parahnya, segmen yang disasar untuk bahan bancakan korupsi melampaui batas-batas tembok yang nyaris diluar prediksi. Siapa bisa menyangka pengadaan kitab suci pun tak luput dari korupsi? Penyelenggaran ibadah sebagai penyempurna urutan dalam rukun agama pun tak kebal dari korupsi? Apalagi jalan raya dan gedung sekolah? Halah, cuma Dilan yang masih bisa tersenyum. Saya mah kagak!

Indonesia diprediksi mendapatkan anugerah berupa populasi penduduk fresh, atau istilahnya adalah bonus demografi. Bandingkan dengan negara Jepun. Meski terkenal dengan tingkat kejeniusannya yang kadang nyaris sama seperti dewa dan dewi dalam mitos dunia kahyangan, angka kelahiran di negeri sakura itu sangat minim. Alhasil, yang tersisa adalah generasi yang rata-rata berusia diatas 35 tahunan. Wajar, mereka asyik dengan dunia virtualnya.

Terlepas sisi kontraversi mengenai demografi, setidaknya momentum ini seharusnya benar-benar dijaga dengan baik. Salah satunya dengan akses pendidikan yang menjangkau ke setiap lapisan masyarakat. Karena salah satu faktor krusial yang menentukan keberhasilan suatu bangsa adalah kualitas pendidikannya. Dan untuk itu, mohonlah kerjasama dari pemerintah serta para pejabat agar tidak korupsi. Andai tak bisa, mbok ya jangan separah kayak sekarang ini. Semuanya seakan ingin dikorupsi.

Sebab untuk mendukung akses pendidikan bermartabat itu tidak seperti membeli kerupuk rambak. Kita butuh gedung yang layak serta prasarana-nya, inklusif para pendidik yang profesional. Dan itu butuh uang. Sebab di zaman yang serba edan ini, menyaksikan para guru mengajar dengan ikhlas tanpa pamrih, hanya seperti dalam hitungan kancing sebuah kemeja.

So, berdasarkan sekelumit realitas ini, kalau saja anak-anak Indonesia gak salah asuhan, niscaya kita benar-benar bisa bangkit dari keterpurukan. Menjadi bangsa besar yang tak hanya heroik dalam dongeng seperti kisah Maha Patih Gajah Mada.

Lantas mengapa kejadian korupsi tak pernah berkurang? Berikut beberapa alasan penyebabnya:
1. Matinya Nurani
2. ‎Tingginya Ongkos Politik
3. ‎Tidak Mampu Memisahkan Kebutuhan dan Keinginan
4. ‎Budaya Hedon
5. ‎Gengsi Tinggi
6. ‎Menggunakan Parameter Bisnis Dalam Jabatannya.
7. ‎Hukuman yang Teramat Ringan Bagi Pelakunya.

"Korupsi itu oli pembangunan bro"... Walah tobat!!!


#Narkoba dan Dampaknya


Sebagaimana halnya korupsi, penyalahgunaan narkoba juga semakin masif. Tak tanggung-tanggung, beberapa diantaranya yang tertangkap adalah para artis dan public figure. Mereka yang seharusnya menjadi role model bagi sebagian anak-anak alay yang kerap mengalami krisis identitas, justru mempertontonkan panggung nirmoral dan terciduk sebagai pengguna narkoba. Ah masa bodoh lah. Saya justru miris jika pelakunya adalah anak-anak remaja.

Padahal, narkoba apapun jenisnya, jelas mengandung unsur mudharat ketimbang manfaat yang didapat. Selain rusaknya fungsi sel-sel didalam rongga otak, dampak adiktif bagi penggunanya jelas menyakiti badan. Lantas buat apa?

Pemerintah sudah sedemikian rupa menerapkan hukuman maksimal bagi pengedar obat laknat itu dengan beragam jenisnya. Akan tetapi mafia-mafia yang hidup dalam lingkaran setan dan dunia gelap ini tak juga merasakan deterent effect terkait bisnis haram yang bisa merusak para generasi penerus bangsa. Jelas, bonus demografi seperti paparan diatas justru menjadi bumerang jika remaja usia produktif terjebak menjadi pengguna narkoba. Mau jadi apa bangsa ini jika para pemuda dan pemudi pada teler karena narkoba? Artis yang terbukti terjerat narkoba jangan ditiru ya? Mungkin mereka kebanyakan duit, ikut gaya-gayaan, atau mencoba menaikkan pamor yang sudah redup? Yo mboh...

Saya jadi teringat kata Pak Buwas. Seharusnya terungku bagi gembong narkoba dikelilingi oleh sebuah kolam besar. Dan didalamnya ada ratusan, atau jika memungkinkan diisi ribuan buaya muara. Bila perlu, pasang ranjau tanah disekeliling penjaranya seperti dalam film perang Vietnam. Asal pengedarnya bukan Rambo saja. Kalau doi, jangan kata ranjau, sekota aja kocar-kacir gara-gara dia.

Milea, tolong jauhkan diri dari narkoba dan dekatkan dirimu ke abang saja ya?


©Skydavee

Sumber gambar: google
Diubah oleh skydavee 07-03-2018 23:19
0
10.9K
151
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.