Berita duka datang dari liga sepakbola negeri pizza, Italia. Bek yang juga menjabat sebagai kapten tim ACF Fiorentina, Davide Astori, ditemukan meninggal dunia di kamar hotel tim di Udine pada Minggu (4/3) 2018.

Laporan sejumlah media di Italia menyebutkan, bek berusia 31 tahun itu meninggal saat tertidur dan kematiannya yang mendadak ini membuat duel tandang La Violakontra Udinese terpaksa ditunda. Liga Italia membatalkan seluruh pertandingan yang sedianya bergulir pada Minggu (4/3/2018).

Kejadian ini membuat otoritas tertinggi sepakbola Italia, FIGC (PSSI-nya Italia) bertindak cepat dengan membatalkan seluruh sisa pertandingan yang belum dijalani pada Giornata (pekan) ke-27. Tercatat ada tujuh pertandingan yang ditunda, termasuk laga panas Derby Della Madonnina antara Inter Milan menghadapi AC Milan.

Ane disini ingin menyoroti betapa baiknya respon yang diberikan FIGC untuk berbelasungkawa terhadap meninggalnya salah satu pemain sepak bola di negaranya.

Masih segar di pikiran kita bagaimana tentang insiden tabrakan dengan rekan satu timnya yang menimpa Alm. Choirul Huda, Kiper Persela Lamongan  pada Minggu (15/10/2017).

Saat itu, setelah tersiar kabar bahwa beliau meninggal, PSSI tetap melangsungkan beberapa pertandingan tersisa pada pekan yang sama.

Memang tangapan dari PSSI sendiri tidak bisa kita cerca. Bagaimana pun, PSSI telah mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya pada keluarga almarhum.

Tetapi, disinilah perbedaan moralitas sepakbola di negara kita dengan sepakbola di negara yang iklim kompetisinya sudah sangat maju. Sepak bola bukan lagi sekedar pekerjaan yang melelahkan. Tetapi lebih dari itu, sepakbola merupakan salah satu budaya yang membentuk negeri Italia.

Saya salut dengan FIGC yang memperlakukan Davide Astori seperti prajurit yang meninggal dalam perang. Ini menunjukkan bagaimana masyarakat Italia sangat menghargai nyawa seorang pesepakbola, dan juga ini adalah bentuk penghargaan terakhir untuk beliau yang meninggal beberapa jam sebelum pertandingan.