Malam ini langit berselimut mendung, membuat malam yang gelap kian menjadi pekat.

Aku bertanya ada apakah gerangan? ah, mungkin saja hanya gejala alam.

Namun aku baru menyadari akan satu hal, itu adalah pertanda dari alam untukku.

Sebuah pertanda yang harus aku terima, sebuah pertanda yang aku harus telan secara bulat, sebuah pertanda yang akan membuat mendung dalam hatiku seperti mendung malam ini.

Kricik ... kricik ... sekian detik hujan turun mengguyur, menghujam tanah.

Rasa kecewa menghujam dadaku sama seperti ribuan air hujan yang turun ke tanah, membuat nafasku begitu berat.

Semua itu bukan tanpa alasan, bagaimana tidak? orang yang selama ini aku sayangi ternyata sudah mempunyai tambatan hati.

Oh ... Dia sudah punya pacar!

Setelah berjalan sekian lama kenapa aku baru mengetahui sekarang?
Kenapa kamu tidak cerita?
Kenapa dulu aku tidak bertanya?
Kenapa baru sekarang?

Oh, bodohnya ...

Hujan turun semakin deras. Hanya suara hujan yang terdengar sementara aku hanya diam dalam lamunan. Lamunan tentang segala hal.

Namun biarlah malam ini hatiku berselimut mendung, tidak akan ada dendam.
Biarlah nafas ini berat, tidak akan ada benci. Hanya kecewa, sedikit.

Malam ini aku tidak akan menangis, tidak akan ada air mata.

Biar hanya alam yang menangis.

Ah, sudahlah ... Biarlah ...