Kalau mau menikah, bukan untuk meningkatkan angka kematian ibu
TS
babygani86
Kalau mau menikah, bukan untuk meningkatkan angka kematian ibu
Saya tidak pro atau kontra pada pernikahan dini. Poinnya, menikah itu berkah, berkah itu kalau mendatangkan kebaikan dan keselamatan. Data BKKBN menyatakan 41,9% penduduk Indonesia menikah di usia 15 sampai 19 tahun, akibatnya apa? Berhubungan langsung dengan AKI. Tahun 2007 ada 228 orang per 100 ribu kelahirang yang ibunya meninggal karena melahirkan muda, 2012 malah naik 359 ibu per 100 ribu, 2015 angka kematian ibu mencapai 4999, dan 50% pernikahan berakhir di meja perceraian.
Quote:
Pernikahan anak di bawah umur pernah terjadi di Lampa, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat pada Minggu, 26 November 2017. Dua sejoli yang masih duduk di bangku sekolah menengah itu adalah Arling Prama Aspar dan Andini Pratiwi. Yang anak laki masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), sementara wanita yang saat ini menjadi istri adiknya, Andini Pratiwi, baru saja lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebelum resmi menikah dan menjadi pasangan suami istri, Arling dan Andini memang telah menjalin kasih selama 8 bulan. Keduanya dipertemukan karena kecintaan mereka terhadap seni dan budaya suku Mandar.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pernikahan dini dinilai jadi salah satu penyebab utama terus meningkatnya angka perceraian di Indonesia. Sejauh ini praktik tersebut masih marak terjadi di seantero Tanah Air. Padahal menikah harus terencana, bukan karena bencana. Sebelum usia 21 tahun, mental remaja belum sepenuhnya siap untuk menikah. Sebab, di usia tersebut proses pembelajaran remaja menjadi individu dewasa belum tuntas. Keinginan untuk belajar dan mencari jati diri masih berpengaruh kuat pada diri remaja. Sementara, dari sisi fisik, sistem reproduksi remaja perempuan belum sepenuhnya matang. Menikah di usia dini berisiko kelahiran prematur, angka kematian ibu serta bayi pun tinggi. Karena itu, remaja disarankan agar sebisa mungkin menghindari pernikahan sebelum usia 21 tahun. Remaja juga diminta memahami informasi tentang kesehatan reproduksi untuk menghindari seks bebas.
Quote:
Di antara serbuan informasi yang turut mempengaruhi para remaja untuk berlaku bebas, bukan tidak mungkin sebenarnya untuk menghindari hal tersebut. Cara menghindari pergaulan bebas dengan benar dapat dilakukan melalui suatu proses sejak seseorang berusia dini. Anak yang mempunyai dasar pendidikan agama serta moral yang kokoh tidak akan mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas, karena ia tahu dan bisa membedakan hal yang benar dan salah. Pendidikan agama dan moral dapat memperkuat iman seseorang sejak dini. Jika sejak kecil seseorang telah tertanam mengenai pengertian benar dan salah, biasanya ia akan dapat menghindari pergaulan bebas yang jelas – jelas merupakan hal yang tidak benar.
Pernikahan dini yang diikuti perceraian berpengaruh buruk bagi anak yang dilahirkan. Sebab, anak-anak yang lahir dari kondisi tersebut cenderung mendapat pola pengasuhan yang tidak kondusif. Padahal pasca melahirkan, masa balita, anak-anak, hingga remaja pun mestinya dihabiskan dalam situasi keluarga yang kondusif dengan perhatian cukup dari ayah dan ibu. hal ini karena tingkat pendidikan seseorang menentukan kapan ia akan menikah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, lanjut Hasbi, waktu pernikahannya dilakukan di usia-usia dewasa, seperti di atas 20 tahun atau di atas 25 tahun.
Coba ingat puisi Sapardi di dalam setiap buku undangan, ada kalimat bagus, aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu. Menurut penelitian dari UNICEF, cewek usia 10-14 tahun memiliki risiko lima kali lebih besar untuk meninggal saat hamil dan persalinan daripada cewek usia 20-24 tahun. Risiko kelahiran berhubungan erat dengan buruknya kesehatan reproduksi dan kurangnya kesadaran anak perempuan terhadap dampak persalinan dini. Tak heran bila tingginya risiko kematian bayi disebabkan karena komplikasi saat persalinan dan tubuh yang belum sepenuhnya matang untuk melahirkan.
Selain itu juga, 85% cewek mengakhiri pendidikan setelah menikah. Karena, biaya untuk melanjutkan kuliah terbilang tidak murah. Hal ini kerap menjadi penghalang terbesar untuk mereka yang sudah berkeluarga dan ingin melanjutkan kuliah. Jika kondisi finansial mendukung suami/istri untuk kuliah lagi, tidak masalah jika ingin meneruskan kuliah. Tapi, kalau tidak, finansial menjadi masalah. Beasiswalah menjadi jawaban utama dari permasalahan ini.
Kalau mau menikah, bukan untuk meningkatkan angka kematian ibu, tapi untuk meningkatkan angka keselamatan ibu. Karena mencintai itu kata kerja, dicintai itu kata sifat, tetapi cinta bukan kata benda, cinta itu kata hati, dan hati tidak pernah membunuh dan menyakiti. Saya yakin semua orang yang sudah dewasa kalau mau menikah memang harus mempersiapkan secara matang, karena kita ingin generasi yang akan datang adalah generasi yang sudah siap dan berkualitas.