- Beranda
- The Lounge
Menjadi Dewasa Adalah...
...
TS
adzansubuh
Menjadi Dewasa Adalah...
Quote:
Udah Tulis Aja!
Part I: Menjadi Dewasa
Udah tulis aja adalah bisikan hati saya saat ini. Saya bingung mau nulis apa tapi mau nulis. Yasudah saya tulis saja. Lagipula ini tengah malam, jam-jam paling produktif otak bekerja. Tak percaya, tanya saja Enstein.
Tulisan ini adalah salah satu kegelisan saya, seperti kentut yg saya tahan di hadapan gebetan. Bertahan lama, namun tak selamanya. Sudah lama hal ini mengendap dalam kepala dan tak mau hilang. Akhirnya tulisan menjadi bentuk pelepasan dan pelampiasan. Pemikiran yg muncul dari kesadaran pribadi melalui pengalaman, pengamatan dan proses. Tidak ada teori ilmu yg pernah saya baca mengenai hal ini. Dan jika ada, maka alhamdulillah apa yang saya fikirkan ternyata sama dengan apa yg difikirkan org lain.
Menurut saya, dewasa adalah tanggung jawab.
Tidak ada kewajiban bagi org dewasa untuk berhenti dari hobi, passion atau sifat (mereka bilang) kekanak-kanakannya. Org dewasa bebas melakukan apa saja, dari nonton anime sampai mendengarkan Seringai. Tidak ada istilah "terlalu kekanakan" atau "terlalu keras" bagi org dewasa.
Saya terlalu benci jika ada yg bilang
"masih ngeben aja lu?"
atau pertanyaan konyol lain yg tak perlu dijawab seperti
"kerjaan lu sekarang emang cukup?"
Pertanyaan org kafir kalau saya bilang, karena tidak percaya Tuhan sudah bagi-bagi rejeki sama umatnya sampai muncul pertanyaan tsb.
Yang bertanya, seperti yg kalian bayangkan, adalah mereka yg kini merasa dewasa dengan status pekerjaannya (seragam ketat dan rapi), tidak kenal Kelompok Penerbang Roket (karena katanya udah setop dengerin musik gituan), dan menawarkan;
"udah, gue aja yg bayar"di akhir reuni singkat yg saya sebut "judgement day".
Kembali lagi ke Dewasa adalah Tanggung Jawab.
Ya, ini saya sadari saat ini ketika saya berusia 24 tahun. Entah kenapa, hal-hal yg berhububgan dengan tanggung jawab ingin saya pertanggungjawabkan. Contohnya skripsi. Menyelesaikannya adalah tanggung jawab saya sebagai mahasiswa. Sebagai anak, menyelesaikannya adalah bentuk rasa bangga dari orangtua (maaf, ma, IPK saya pas 3). Sebagai pria yang ditunggu, adalah bentuk tanggung jawab untuk menafkahi. Dan bentuk tanggung jawab untuk meningkatkan sumber daya sebagai manusia.
Ini hanya satu contoh. Setelahnya adalah bekerja. Dan jika bekerja karena tekanan sosial (yg mana ini sangat saya hindari), maka untuk apa bekerja. Contoh tekanan sosial adalah ketika teman-teman kalian sudah bekerja, baik di swasta maupun pemerintahan, dengan seragam ketat yg mereka banggakan itu, dan kalian belum bekerja karena tidak sesuai dengan passion kalian, lantas mereka mengucilkan kalian dengan sopan dan santun, lalu berusaha meruntuhkan prinsip kalian dalam mencari pekerjaan. Belum lagi tekanan sosial dari keluarga, tetangga, calon mertua, semut di dinding dan rumput yg bergoyang. Akhirnya kalian kalah dan berakhir sama. Seorang manusia dengan latar belakang pendidikan traveling (jika ada) berakhir dalam ruangan ber-ac di depan layar komputer, 9-5.
Bukannya saya menentang. hanya saja jika tidak suka, kenapa bertahan. Hanya satu jawabannya. Kalian bertahan karena tekanan sosial tadi. Takut dengan komentar org2 sekitar. Takut tidak memiliki pekerjaan. Lagipula, sudah dapat pekerjaan mentereng, kenapa mesti dilepas.
Karena sesungguhnya, seperti yg sudah saya tekankan di atas, rejeki dibagi2 Tuhan, dan geratisss, my bro. Saya sendiri tak takut bekerja tanpa status.
Seorang teman pernah berkata
"tidak ada jaminan"
Yes, tidak ada jaminan dalam pekerjaan saya. Bulan ini dapat segini, bulan depan dapat segitu. Kantor tidak menjamin, apalagi pemerintah. Tidak ada angka pasti bulan depan. Tidak ada asuransi kecelakaan atau dana pensiun hari tua. Tidak ada yg menjamin itu semua. Yang menjamin saya adalah Tuhan saya. Saya tidak takut sama sekali dengan jaminan kosong dari manusia. Maka saya, seumur hidup, akan terus meminta jaminan dan perlindungan dari yg Maha Kuasa.
Kuncinya adalah tanggung jawab.
Saya sebagai manusia dewasa bertanggung jawab. Bekerja adalah tanggung jawab saya. Tapi tidak ada hak bagi tekanan sosial untuk menyuruh saya bekerja dimana dan dengan siapa. Saya berusaha, berejeki dan bersyukur. Sesimpel itu saja.
Dewasa itu adalah tanggung jawab. Tak peduli kalian masih main Yugi Oh, nonton Sponge Bob atau sibuk headbang di depan panggung. Selama kalian memenuhi tanggung jawab kalian, semuanya aman dan berse.
Jangan menyerah dengan tekanan sosial. Apalagi saat ini dimana pekerjaan semakin beragam, variatif, fleksibel dan tidak kaku. Sangat rugi rasanya jika menghabiskan setengah sisa hidup terkurung dalam ruangan. Pertahankan apa yg kalian yakini dan benar. Karena kalian tidak sendiri. Temukan orang lain yg sama dan hiduplah.
Saya cuma mau nulis. Entah akan ada dampaknya atau tidak, saya tidak terlalu peduli. Yang penting saya pelong. Yasudah. Akhir tulisan ini akan ditutup dengan kuot dari bu Susi, ibu angkat saya tanpa sepengetahuan beliau. Saya cukuo antikuot sih sebenarnya. Tapi jika kuotnya bener, kenapa harus anti. Hehe. Mari, bu. Waktu dan tempat saya persilahkan. Ayo waktu dan tempat, cepat ngomong kalian berdua.
"Cari pekerjaan yg Anda suka. Berkarir, berfikir, bereksplorasi dengan kegembiraan. Kalau Anda gembira, tenaga Anda juga besar. Kalau tenaga Anda juga besar, Anda akan mencapai hal yg lebih besar. Kalau Anda tidak suka, cari yg kalian suka, belajar yg Anda suka. Kegembiraan adalah energi"
- Susi Pudji Astuti
Selamat malam dan sampai jumpa di part II (kiss)
Bjm, 2:14, 4/8/17.
Part I: Menjadi Dewasa
Udah tulis aja adalah bisikan hati saya saat ini. Saya bingung mau nulis apa tapi mau nulis. Yasudah saya tulis saja. Lagipula ini tengah malam, jam-jam paling produktif otak bekerja. Tak percaya, tanya saja Enstein.
Tulisan ini adalah salah satu kegelisan saya, seperti kentut yg saya tahan di hadapan gebetan. Bertahan lama, namun tak selamanya. Sudah lama hal ini mengendap dalam kepala dan tak mau hilang. Akhirnya tulisan menjadi bentuk pelepasan dan pelampiasan. Pemikiran yg muncul dari kesadaran pribadi melalui pengalaman, pengamatan dan proses. Tidak ada teori ilmu yg pernah saya baca mengenai hal ini. Dan jika ada, maka alhamdulillah apa yang saya fikirkan ternyata sama dengan apa yg difikirkan org lain.
Menurut saya, dewasa adalah tanggung jawab.
Tidak ada kewajiban bagi org dewasa untuk berhenti dari hobi, passion atau sifat (mereka bilang) kekanak-kanakannya. Org dewasa bebas melakukan apa saja, dari nonton anime sampai mendengarkan Seringai. Tidak ada istilah "terlalu kekanakan" atau "terlalu keras" bagi org dewasa.
Saya terlalu benci jika ada yg bilang
"masih ngeben aja lu?"
atau pertanyaan konyol lain yg tak perlu dijawab seperti
"kerjaan lu sekarang emang cukup?"
Pertanyaan org kafir kalau saya bilang, karena tidak percaya Tuhan sudah bagi-bagi rejeki sama umatnya sampai muncul pertanyaan tsb.
Yang bertanya, seperti yg kalian bayangkan, adalah mereka yg kini merasa dewasa dengan status pekerjaannya (seragam ketat dan rapi), tidak kenal Kelompok Penerbang Roket (karena katanya udah setop dengerin musik gituan), dan menawarkan;
"udah, gue aja yg bayar"di akhir reuni singkat yg saya sebut "judgement day".
Kembali lagi ke Dewasa adalah Tanggung Jawab.
Ya, ini saya sadari saat ini ketika saya berusia 24 tahun. Entah kenapa, hal-hal yg berhububgan dengan tanggung jawab ingin saya pertanggungjawabkan. Contohnya skripsi. Menyelesaikannya adalah tanggung jawab saya sebagai mahasiswa. Sebagai anak, menyelesaikannya adalah bentuk rasa bangga dari orangtua (maaf, ma, IPK saya pas 3). Sebagai pria yang ditunggu, adalah bentuk tanggung jawab untuk menafkahi. Dan bentuk tanggung jawab untuk meningkatkan sumber daya sebagai manusia.
Ini hanya satu contoh. Setelahnya adalah bekerja. Dan jika bekerja karena tekanan sosial (yg mana ini sangat saya hindari), maka untuk apa bekerja. Contoh tekanan sosial adalah ketika teman-teman kalian sudah bekerja, baik di swasta maupun pemerintahan, dengan seragam ketat yg mereka banggakan itu, dan kalian belum bekerja karena tidak sesuai dengan passion kalian, lantas mereka mengucilkan kalian dengan sopan dan santun, lalu berusaha meruntuhkan prinsip kalian dalam mencari pekerjaan. Belum lagi tekanan sosial dari keluarga, tetangga, calon mertua, semut di dinding dan rumput yg bergoyang. Akhirnya kalian kalah dan berakhir sama. Seorang manusia dengan latar belakang pendidikan traveling (jika ada) berakhir dalam ruangan ber-ac di depan layar komputer, 9-5.
Bukannya saya menentang. hanya saja jika tidak suka, kenapa bertahan. Hanya satu jawabannya. Kalian bertahan karena tekanan sosial tadi. Takut dengan komentar org2 sekitar. Takut tidak memiliki pekerjaan. Lagipula, sudah dapat pekerjaan mentereng, kenapa mesti dilepas.
Karena sesungguhnya, seperti yg sudah saya tekankan di atas, rejeki dibagi2 Tuhan, dan geratisss, my bro. Saya sendiri tak takut bekerja tanpa status.
Seorang teman pernah berkata
"tidak ada jaminan"
Yes, tidak ada jaminan dalam pekerjaan saya. Bulan ini dapat segini, bulan depan dapat segitu. Kantor tidak menjamin, apalagi pemerintah. Tidak ada angka pasti bulan depan. Tidak ada asuransi kecelakaan atau dana pensiun hari tua. Tidak ada yg menjamin itu semua. Yang menjamin saya adalah Tuhan saya. Saya tidak takut sama sekali dengan jaminan kosong dari manusia. Maka saya, seumur hidup, akan terus meminta jaminan dan perlindungan dari yg Maha Kuasa.
Kuncinya adalah tanggung jawab.
Saya sebagai manusia dewasa bertanggung jawab. Bekerja adalah tanggung jawab saya. Tapi tidak ada hak bagi tekanan sosial untuk menyuruh saya bekerja dimana dan dengan siapa. Saya berusaha, berejeki dan bersyukur. Sesimpel itu saja.
Dewasa itu adalah tanggung jawab. Tak peduli kalian masih main Yugi Oh, nonton Sponge Bob atau sibuk headbang di depan panggung. Selama kalian memenuhi tanggung jawab kalian, semuanya aman dan berse.
Jangan menyerah dengan tekanan sosial. Apalagi saat ini dimana pekerjaan semakin beragam, variatif, fleksibel dan tidak kaku. Sangat rugi rasanya jika menghabiskan setengah sisa hidup terkurung dalam ruangan. Pertahankan apa yg kalian yakini dan benar. Karena kalian tidak sendiri. Temukan orang lain yg sama dan hiduplah.
Saya cuma mau nulis. Entah akan ada dampaknya atau tidak, saya tidak terlalu peduli. Yang penting saya pelong. Yasudah. Akhir tulisan ini akan ditutup dengan kuot dari bu Susi, ibu angkat saya tanpa sepengetahuan beliau. Saya cukuo antikuot sih sebenarnya. Tapi jika kuotnya bener, kenapa harus anti. Hehe. Mari, bu. Waktu dan tempat saya persilahkan. Ayo waktu dan tempat, cepat ngomong kalian berdua.
"Cari pekerjaan yg Anda suka. Berkarir, berfikir, bereksplorasi dengan kegembiraan. Kalau Anda gembira, tenaga Anda juga besar. Kalau tenaga Anda juga besar, Anda akan mencapai hal yg lebih besar. Kalau Anda tidak suka, cari yg kalian suka, belajar yg Anda suka. Kegembiraan adalah energi"
- Susi Pudji Astuti
Selamat malam dan sampai jumpa di part II (kiss)
Bjm, 2:14, 4/8/17.
Diubah oleh adzansubuh 04-08-2017 06:07
0
3K
Kutip
35
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.4KThread•88.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya