Kehadiran artis di panggung politik nasional selalu menyita perhatian. Setelah sebelumnya dihebohkan dengan gaya rambut Pasha Ungu yang nyeleneh, publik tanah air kembali digegerkan oleh berita Zumi Zola yang menjadi tersangka korupsi APBD. Imbas mencuatnya dua kasus tersebut kualitas politikus artis kembali dipertanyakan.
Spoiler for Pasha:
Alasan elektabilitas sering kali membuat partai politik setuju mengusung artis sebagai calon dalam kontestasi pemilihan umum kepala daerah (Pilkada). Sayangnya alasan elektabilitas sering kali mengalahkan pertimbangan kualitas.
Pasha (Sumber: kompas.com)
Pasha Ungu contohnya. Secara elektabilitas langsung terbukti. Pada Pilkada 2015 berhasil menjadi Wakil Wali Kota Palu dengan keunggulan 10% lebih dari pasangan terdekat (sindonews.com, 9/12/15). Tapi sayangnya secara kualitas belum seiring dengan elektabilitasnya. Malah berita negatif yang sering beredar.
Berita miring tentang Pasha sering bermunculan di media. Dari sejak pertama kali memimpin Kota Palu hingga sekarang. Mulai dari marah-marah pada saat upacara pertama, merokok saat upacara pelantikan, biaya kontrakannya yang menembus 1 milyar, sampai berpenampilan nyeleneh (tribunnews.com, 24/1). Juga Pasha pernah manggung di Singapura saat seharusnya bertugas tanpa seizin kemendagri (kompas.com, 29/03/17).
Spoiler for Zumi:
Dibandingkan dengan Pasha, Zumi Zola sepertinya jauh lebih hebat, baik dari segi elektabilitas maupun kualitas. Pada Pilkada Propinsi Jambi Tahun 2015 ia menang telak dengan meraup suara 60,25% (liputan6.com, 18/12/15). Hebatnya, yang ia kalahkan adalah pasangan petahana. Kemenangan itu pula yang menjadikannya mengukir sejarah sebagai gubernur termuda, bukan hanya di Indonesia tapi Asia Tenggara (kompas.com, 07/03/16).
Sedangkan dari segi kualitas, pemeran Mahmudin dalam sinetron Culunnya Pacarku tersebut pernah mencatat prestasi-prestasi spektakuler. Sepanjang dua tahun pemerintahannya mendapat 9 penghargaan dari kementerian. Di samping itu ia juga menerima penghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Jokowi (Humas Pemprov Jambi dalam jambidaily.com).
Zumi (Sumber: Kompas.com)
Prestasi yang paling membanggakan adalah Zumi pernah diundang ke New York secara khusus oleh dewan keamanan PBB pada tanggal 20-22 September 2017 (Jawa Pos, 2/2). Ia merupakan satu-satunya gubernur dari Indonesia pada acara sidang umum PBB yang ke 72 tersebut. Konsep zakat untuk pemberdayaan listrik yang ia angkat juga merupakan ide pertama kali di dunia. Partai Amanat Nasional (PAN) mengakui ia sebagai salah satu kader yang membanggakan (kompas.com, 3/2).
Sayang, ternyata Zumi Zola tak seculun Mahmudin, dan tak seheroik Soerono, tokoh dalam film yang pernah ia perankan dan melambungkan namanya. Penetapannya sebagai tersangka oleh KPK menghancurkan semua prestasi yang pernah ia ukir. Indikasi gratifikasi proyek sekitar 6 milyar yang diendus lembaga anti rasuah semakin mencoreng citra islaminya.
Spoiler for jadi Zumi atau Pasha?:
Kasus yang sedang dihadapi Zumi dengan Pasha adalah berbeda. Kasus yang dihadapi Pasha selama ini hanya sebatas etika dan indisipliner. Sedangkan Zumi sudah merembet ke kasus korupsi, yang menjadi momok rakyat atas birokrat negeri ini. Dibandingkan dengan Pasha, Zumi yang unggul dalam elektabilitas dan kualitas menjadi anjlok karena integritasnya ternoda.
Spoiler for akhirnya:
Begitulah, selain elektabilitas dan kualitas, artis yang terjun ke dunia politik harus lebih memperhatikan integritas dan moralitas. Hanya dengan integritas dan moralitaslah Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan. Itulah yang jarang sekali dimiliki pemimpin di negeri ini. Itu pula yang dirindukan rakyat saat ini...I]