TRIBUNNEWS.COM - Aksi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI), Zaadit Taqwa, mendapat sorotan dari publik.

Tindakannya mengacungkan 'kartu kuning' di hadapan Presiden Joko Widodo yang saat itu mengunjungi UI, menuai pro dan kontra.

Banyak yang bilang tindakan tersebut konyol, tak jarang pula yang menilai tindakan Zaadit berani hingga menuai beragam pujian.

Meski sebenarnya yang diacungkan Zaadit itu buku panduan paduan suara yang notabene berwarna kuning, publik kadung menyebut 'kartu kuning' untuk Jokowi.

Dalam konferensi pers, Zaadit mengatakan, 'kartu kuning' itu adalah peringatan kepada Jokowi, bahwa masih banyak tugas-tugas Jokowi yang belum selesai dan harus dikerjakan.

Di tengah maraknya masyarakat yang menyoroti 'kartu kuning' untuk Jokowi ini, ada sejumlah netizen menyoroti soal jaket kuning yang dikenakan Zaadit.

Netizen-netizen itu menyebut jaket kuning yang dipakai Zaadit Taqwa adalah jaket kuning milik Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Padahal Zaadit diketahui berkuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).

Bahkan, ada netizen yang menyebut bahwa ihwal jaket kuning tersebut juga tengah ramai dibicarakan di kalangan mahasiswa UI.

"Itu ketua BEM UI yang lagi rame diomongin netizen, sebenarnya lagi rame juga diomongin ama anak UI, gegara make jakun (jaket kuning--red) FIB tanpa izin," cuit akun jejaring sosial Twitter @alialsanjani.

Sejumlah netizen berdebat soal keganjilan yang tampak di jaket kuning Zaadit saat konferensi pers di depan awak media.

Berikut postingan netizen yang beredar di Twitter:

"Ya ampun gw sebagai alumni FIB kesel pas liat makaranya warna putih... Karena pasti anak jurusan FIB. Ternyata jakunnya minjem Dan dia anak MIPA ternyata? Oh oke... Udah feeling sih gw," cuit akun @PutriRosary.

"Parah sih, ybs anak MIPA tp beraninya make jakun anak FIB, SKS lg ckckck," kicau @Aldio_Atsuaki.

"Saya respek nyali dan upayanya buat kritik pemerintahan. Tapi, masa sih ketua BEM gak ready stok jakunnya miliknya sendiri? Apalagi udah tau mau bikin heboh. Masa sih harus bikin tagar #JaketKuninguntukKetuaBEMUI?" cuit akun @tanri24.

"@justb3n Jakun (Jaket Kuning), lambang setiap fakultas punya warna berbeda di makara dada sebelah kiri. Nah, ketua BEM ini kayaknya ga pake jakunnya," kicau @frau_Ike.

"Jaket Kuning. Setiap mahasiswa UI dapet jaket almamater yg warna logonya beda2 tergantung fakultasnya. Ketua BEM yg terhormat ini fakultas MIPA jurusan Fisika,tp dia pakai jaket fakultas FIB, jadi ikut menanggung malu, ogah bgt disamain sama beliau," cuit akun @fierazor.

Bahkan beredar pula tangkapan layar netizen dengan nama Dimas Dwi Putera yang ingin mengumpulkan donasi 'Jakun untuk Zaadit'


(Instagram)Alasan Zaadit Taqwa

Ada tiga alasan Ketua BEM UI Zaadit Taqwa memberanikan diri mengacungkan 'kartu kuning' dan meniup peluit di hadapan Jokowi.

Kejadian tersebut terjadi saat Jokowi usai memberikan pidato acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia dan dilanjutkan melakukan Peresmian Forum Kebangsaan UI‎ di Balairung UI, Depok, Jumat (2/1/2018).

Pengacungan 'kartu kuning' dengan tangan kanan Zaadit, sebenarnya merupakan buku paduan suara Universitas Indonesia yang kebetulan berwarna kuning.

"‎Itu tadi buku paduan suara, karena pengawasan lumayan ketat tadi pas masuk ke dalam, makanya kita pakai buku itu, biar bisa masuk," tutur Zaadit.

Zaadit menjelaskan, pengacungan buku panduan berwarna kuning sebagai gambaran jika Presiden mendapatkan kartu kuning dengan maksud ‎memberikan peringatan agar menyelesaikan permasalahan bangsa.

"Kita bawa tiga tuntutan, dan kita sudah sampaikan lewat aksi di stasiun (Universitas Indonesia)," tutur ‎Zaadit.

Adapun tiga tuntutan tersebut, kata Zaadit, ‎pertama terkait gizi buruk di Papua untuk segera diselesaikan oleh pemerintah karena lokasi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, merupakan bagian dari Indonesia.

"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ucapnya.

Kemudian, tuntutan kedua yang disuarakan Zaadit, terkait Plt atau penjabat gubernur yang berasal dari perwira tinggi TNI/Polri.

"Kita tidak pingin kalau misalnya kembali ke zaman orde baru, kita tidak pengen ada dwifungsi Polri, dimana Polisi aktif pegang jabatan gitu (gubernur) karena tidak sesuai dengan UU Pilkada dan UU Kepolisian," ujar Zaadit.

Sedangkan tuntutan ketiga, yaitu persoalan Permenristekdikti tentang Organisasi Mahasiswa (Ormawa) karena dapat mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.

"Kita tidak pingin mahasiswa dalam bergerak atau berorganisasi dan berkretasi itu dikungkang, oleh peraturan yang kemudian dibatasi ruang gerak mahasiswa," papar Zaadit.

‎Aksi Zaadit tersebut terpaksa harus diamankan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan ditariknya ke luar ruangan Balairung, serta dibawa ke Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK).

"Tidak ada (kekerasan), ‎cuman diminta keterangan saja, diminta identitasnya. Aksi ini ‎dilakukan spontan, karena sebenarnya niatnya sudah ada tapi berubah-ubah rencana, menyesuaikan kondisi di dalam juga," ujar Zaadit.


Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2...i-zaadit-taqwa

---

Baca Juga :

- Anisa Bahar: Apa Ibu Baik Itu Membiarkan Anak Gadisnya Tinggal Bareng Laki-laki Tanpa Nikah?

- Siapa Sangka? Sebelum Ketua BEM UI Sodorkan Kartu Kuning Jokowi, 3 Kampus Ini Sudah Duluan Ke Asmat

- Aktivitas Master Limbad Setelah Absen di Layar Kaca