Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

vidya08Avatar border
TS
vidya08
Udah, Gan! Jangan Percaya Polling di Twitter

Dari sebuah media online yang kerap menyebarkan kebencian pada pemerintahan yang sah saat ini, dikabarkan bahwa posisi Presiden Joko Widodo saat ini sudah berada di "lampu kuning".

Pasalnya, menurut survei di twitter suara warganet yang ingin Presiden Jokowi turun menjadi mayoritas.

Dikabarkan, akun twitter @maspiyuuu menggelar survei untuk meminta pendapat warganet soal wacana presiden baru. Survei itu pun digelar pada 5-6 Februari 2018 dan diikuti oleh 11.179 responden.

Hasilnya, ketika warganet diberi 2 pilihan pada Pilpres 2019 apakah akan memilih Jokowi atau memilih Presiden Baru, sebanyak 89% responden akan memilih presiden baru. Hanya 11% yang tetap memilih Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia.

Namun valid kah survei dengan metode twitter seperti itu? Atau apakah benar survei di twitter itu selaras dengan kenyataannya di masyarakat? Tentu saja, jawabannya adalah TIDAK.

Mengapa? Karena ada beberapa faktor yang membuat survei di twitter menjadi tidak obyektif dan ilmiah.

Pertama, survei di twitter tidak menggambarkan kaidah penelitian yang ilmiah. Sebagaimana yang kita tahu, penelitian yang baik dan benar harus memenuhi prinsip valid, terukur, sistematis.

Suara/pendapat dari twitter itu tidak bisa dikatakan data yang valid karena tidak bisa diverifikasi sehingga reliabilitas datanya sangat rendah. Untuk itu akurasi data tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Kedua, survei di twitter tidak pernah memperhatikan representasi data atau perwakilan proporsional data dari cakupan penelitian. Biasanya dalam riset, itu dilakukan dengan metode sampel dan populasi.
Survei di twitter tidak pernah menghitung keterwakilan data yang proporsional tersebut karena tidak ada metode sampel dan populasinya itu. Sehingga kita tidak tahu seberapa besar atau kecilnya cakupan datanya tersebut.

Ketiga, terdapat masalah teknis soal siapa respondennya. Dalam survei di twitter, kita tidak pernah tahu benarkah sejumlah responden yang memberikan pendapatnya itu selaras dengan nyatanya dan memang orang yang berbeda. Karena bisa saja, 1 orang memiliki 1000 akun dan memberikan jawaban, maka itu bisa memberikan hasil di polling. Tentu itu tidak bisa dikatakan survei dalam penelitian yang ilmiah.

Keempat, faktor jangkauan follower yang akan mempengaruhi pilihan pendapat. Misalnya, saat akun dari kubu oposisi membuat survei di twitter mengenai presiden di atas, tentu yang memilih adalah follower dari akun tersebut. Di situ dapat dipastikan pasti pandangannya akan dominan sama dengan pandangan akun oposisi tersebut.

Maka tak aneh bila akun @maspiyuuu yang membuat survei, maka sebagian besar pemilihnya menyatakan ingin ada presiden baru. Selain itu, survei tersebut juga bisa saja diikuti oleh akun-akun palsu yang memiliki pandangan yang sama.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa polling di twitter itu bukanlah metode penelitian yang ilmiah dan menghasilkan data yang valid.

Bila admin dari akun @maspiyuuu ingin menggelar polling yang benar, sebaiknya belajar dari lembaga survei yang terpercaya dulu. Agar penelitiannya memenuhi kaidah ilmiah dan hasilnya bisa obyektif.

Melihat banyaknya model polling seperti di atas, kita tak perlu bingung dan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran yang pasti. Cukup dijadikan jejak pendapat iseng-isengan dan mainan saja.
0
1.6K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671KThread40.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.