Eksekusi Lahan



Pada tanggal 14 Juni 2010 terjadi bentrokan yang memakan korban dari mulai luka-luka hingga korban jiwa yang dipicu oleh rencana eksekusi tanah makam mbah priok yang letaknya berada dalam kawasan pelabuhan tanjung priok. Suasana pada saat itu mencekam dan warga tidak diperbolehkan melintas ataupun mendekat. Tindakan ini ditentang oleh 'warga' sekita yang tidak setuju tentang rencana tersebut. Akibatnya tidak hanya pada korban tetapi kepada para pengusaha karena terganggunya aktivitas pelabuhan Tanjung Priok.

Belum lagi anak dibawah umur yang sangat mudah terpengaruh oleh cerita orang-orang disekitarnya. Terdapat beberapa anak di lingkungan yang ikut dalam bentrokan tersebut. Entah mereka hanya melihat atu terlibat langsung dalam bentrokan. Tapi dengan status anak dibawah umur dan pastinya tanpa sepengetahuan orang tua mereka itu merupakan hal yang sangat berbahaya. Berikut foto yang bisa menjadi gambaran betapa hal tersebut juga mempengaruhi anak dibawah umur tanpa paham betul alasan serta resiko yang ada.



NOTE : Saya tidak tau cerita di balik foto tersebut, saya hanya pernah mendengar cerita dari sekumpulan anak yang membawa beberapa protector Satpol PP dan perlengakapan lainnya mereka memberitahukan mendapatkannya dari bentrokan tersebut.

Presiden pada waktu itu (SBY), meminta agar penertiban dihentikan dan dilakukan Pemda DKI Jakarta melakukan mediasi untuk menyelesaikan permasalahan dengan mengundang pihak-pihak berselisih, yaitu PT Pelindo II, Badan Pertanahan Nasional (BPN), ahli waris makam Mbah Priok, perwakilan warga, Kapolda Metro Jaya, Kepala Satpol PP DKI, Wali Kota Jakarta Utara.





Opini saya itulah yang menjadi alasan kuat mengapa 'warga' tidak setuju bila makam di relokasikan kembali. Dengan cerita seperti itu tentu membangun presepsi kepada orang-orang betapa tidak diperbolehkannya makam dipindahkan. Belum lagi banyak anak-anak yang bisa dibilang dibawah umur yang mudah sekali terpengaruh dan tersulut emosi. Logikanya dengan sesuatu yang kalian percaya terutama di Indonesia apalagi menyangkut hal-hal keagamaan yang sangat sensitif. Dan perelokasian yang sangat bertentangan dengan hal yang seperti disebutkan tadi tentu menimbulkan tensi dan konflik-konflik. Bukan maksud saya untuk menggiring opini, seingat saya ketika hal itu terjadi banyak sekali yang terlibat dan berkomentar mengenai perebutan lahan tersebut. Dari mulai ulama-ulama hingga politisi-politisi tanah air.

Mungkinkah ada pihak yang memanfaatkan momen tersebut?




Pandangan Warga Sekitar

Saya merupakan salah satu warga yang tinggal di dekat makam tersebut dan saya cukup heran ketika mendengar di berita pada saat terjadi bentrokan. Karena justru kebanyakan warga sekitar merasa takut dengan suasana mencekam dan keributan pada saat itu. Seingat saya ada ormas yang sangat resistan terhadap rencana penggusuran makam tersebut. Pada tahun 90an sebelum terjadinya kerusuhan sengketa tanah antara pewaris lahan makam mbah priok dengan PT. Pelindo II saya hanya sesekali melihat tempat tersebut seperti makam biasa yang jarang ada pengunjung makam tersebut seperti sekarang ini. Itupun ketika hanya ingin bermain ke sampur yang dulu merupakan pinggiran pantai yang biasa dijadikan tempat bermain bagi warga sekitar. Bahkan sekarang makam tersebut menjadi salah satu wisata cagar budaya melalui SK Gubernur. Entah karena saya saja yang memang kurang mendapatkan informasi atau menggali lebih dalam semasa itu.



Cerita yang saya dengar dari beberapa tetangga yang lebih berumur bahwa memang sejak dulu masih ada pantai sampur pun memang sudah ada makam di sekitar situ. Hanya saja bentuknya seperti makam biasa dan tempat yang sekarang itu sudah terjadi relokasi. Menurut penuturan paman saya pun dulu ia sering bermain di sampur dan melewati makam tersebut tapi tidak tau secara detail saat itu. Hanya saja cerita yang beredar makam tersebut adalah seorang pelaut dari palembang menuju jakarta dan meninggal lalu dikubur lah disana. Tentunya saya sendiri belum mengetahui asal-usul yang pasti tentang siapa orang yang berada di makam tersebut.

Namun setelah terjadi bentrokan antara 'warga' dengan satpol PP dan polisi. Makam tersebut semakin ramai dikunjungi, saya sendiri belum pernah berkunjung untuk mengikuti acara rutin yang terjadi disana. Informasi yang saya dapat dari warga sekitar yang mengikuti acara rutinitas disana adalah kegiatan religi dan sesekali hadir ulama-ulama dari daerah lain atau tamu-tamu penting. Dan adanya tradisi hidangan Nasi Kebuli yang membuat mereka semakin tertarik.

Orang-orang yang hadir pun tidak hanya dari warga sekitar tetapi banyak juga dari daerah-daerah lain. Jujur saja, meskipun saya muslim pengetahuan saya terbilang dangkal jadi tidak dapat berkomentar mengenai tentang hal berbau keagamaan. Tapi banyak sekali remaja tanggung seumuran SD-SMP yang pergi kesana tanpa pengawasan orang tua dan sangat meresahkan. Meresahkan disini dalam artian terkadang mereka menuju kesana menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan helm dan kelengkapan lainnya. Seperti yang kita ketahui makam tersebut berada di dalam kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dan tentunya banyak truk-truk container berlalu lalang.

Bahkan ada beberapa anak-anak dari tempat tinggal saya yang ketika saya coba cari tau alasan mereka kesana adalah untuk mencari nasi kebuli yang disajikan disana dan bahkan membawanya pulang dengan bungkusan. Mohon jangan di generalisasi kan tulisan saya ini. Hanya fakta yang terjadi di lapangan seperti itu.

Mungkin bagi teman-teman yang memiliki informasi lebih detail dan mempunyai bukti yang lebih lengkap dan konkret dapat membantu. Silakan post comment agan-agan dibawah....

=================================================================================================

Budigufi