Jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin mereka lakukan kepada kita
TS
babygani86
Jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin mereka lakukan kepada kita
Beberapa waktu lalu ada Shafira Nabila Cahyaningtyas yang telah mencurahkan kebenciannya kepada wanita hamil yang meminta duduknya saat naik kereta api ke dalam media sosial.
Quote:
Shafira Nabila Cahyaningtyas mungkin tengah lelah saat itu. Ketika ia diminta untuk memberikan tempat duduknya di commuter line, ia pun merasa berat hati. Ia kemudian mencurahkan isi hatinya di akun Facebook pribadinya. Ia berujar, mengapa dia harus bangun di saat ia sedang nyaman-nyamannya tertidur. Jika dulu ada pepatah 'mulutmu harimaumu' maka kini ada pepatah baru yang cocok menggambarkan ganasnya media sosial. Kini betapa banyak rakyat media sosial yang tak pikir panjang kemudian menulis hal-hal kontroversial. Setelahnya mereka dibully habis-habisan kemudian menyesal dan tak sedikit yang sampai menutup akun mereka.
Banyak yang mencaci, dan menganggap dirinya tidak berperikeibuan. Shafira yang notabene mahasiswi, masih muda seharusnya bisa dengan mudah mengikhlaskan kursi yang ia tempati untuk ibu hamil. Namun di antara netizen juga ada yang 'membela' Shafira. Mereka mempertanyakan, mengapa sang ibu hamil tidak duduk di gerbong laki-laki dengan kemungkinan diberi tempat duduk yang lebih besar. Melihat ribuan komentar membanjiri statusnya, Shafira kaget. Apalagi banyak di antara netizen yang mencercanya sepenuh hati. Akhirnya tak lama kemudian, Shafira pun meminta maaf. Ia mengatakan, dirinya tak menyangka keluh kesahnya bisa memicu reaksi yang luar biasa dari netizen. Ia pun berjanji akan lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Kita mesti mengucapkan terima kasih, karena tanpa sadar Shafira telah menyodorkan cermin retak tentang dirinya yang menohok kepedulian kita semua. Kita jadi marah, jadi peduli kepada kondisi itu. Pertanyannya sederhana, apakah kita juga tidak seperti Shafira ? Kita mungkin juga melakukan hal itu, pura pura tidur, pura pura membaca ketika di depan kita ada bumil atau manula, atau kita punya mobil pribadi tidak mau antri, kita pakai strobe lalu menerobos semua jalan padahal itu melanggar UU. Shafira sendiri secara terbuka sudah menyatakan permintaan maaf, sementara kita, pernah tidak secara terbuka mengakui dan meminta maaf?
Quote:
Kemudian, mengapa Jepang maju? Karena masyarakatnya mempunyai filosofi memposisikan dirinya berada di posisi orang lain, sehingga kalau dompet jatuh di keretapun kemungkinan akan balik ke pemiliknya. Karena orang Jepang yang menemukan akan berpikir, jangan jangan yang punya dompet tidak punya uang lagi, gajian baru bulan berikutnya, dan pasti dia akan bingung bayar hutang, bingung bayar listrik, bingung beli makan, dimarahi anak dan keluarganya, dan dia dapat mati karena perbuatan itu.
Yang menarik lagi dari Jepang, orang orang yang ketahuan korupsi berani mengambil sikap bunuh diri, pejabat yang gagal akan mundur karena dia memakai kacamata rakyatnya bukan dirinya. Di Indonesia, yang korupsi tertawa di layar kaca.
Wanita yang pulang kerja malam hari di Jepang juga terjamin keamanannya, karena para pria berpikir, bagaimana kalau itu adik istri atau ibunya. Kata kuncinya adalah memposisikan diri di posisi orang lain, atau dalam Bahasa kita, empati. Rasa empati yang besar pada anggota keluarga atau kelompok kita juga dapat memicu rasa benci dan sikap menyerang orang lain yang kita anggap sebagai ancaman atau musuh. Orang yang mahir membaca emosi orang lain, seperti penipu atau peramal, juga kerap menggunakan kemampuannya itu untuk mengambil keuntungan dari orang lain. Bagian otak yang mengatur empati sangat adaptif pada berbagai jenis situasi. Terkadang kita butuh rasa empati, tapi di lain waktu mungkin kita perlu mematikan rasa empati untuk melindungi diri dan orang lain.
Di dalam kata empati ada penggalan kata hati. Seorang pecundang akan melakukan terhadap orang lain sebelum orang lain melakukan hal serupa terhadap dirinya, tetapi pemenang pemilik hati akan mengambil filosofi jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin mereka lakukan kepada kita.