Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

.nona.Avatar border
TS
.nona.
Rahasia Menyusun Batu Bertumpuk Seperti Yang Di Sukabumi




Sebanyak 99 tumpukan batu tersusun rapi di Sungai Cidahu, Sukabumi, beberapa waktu lalu. Sempat dikira karena ulah kekuatan gaib, nyatanya batu-batu sungai itu disusun oleh sebuah komunitas bernama Balancing Art Indonesia.

Di Facebooknya, Balancing Art Indonesia menyebut karya seni yang ada di Sukabumi bukanlah hal mistis, tapi buatan anggotanya yang berasal dari daerah tersebut. Semua dilakukan bertepatan dengan momen gerhana bulan tempo hari lalu. Tidak ada unsur membuat kehebohan bahkan menciptakan sebuah mitos. Semua hanya karya seni.



Beberapa batu bisa tersusun dengan seimbang meski memiliki bentuk dan ukuran yang tak sama. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Nyatanya di sebuah sungai di Cibojong, Cidahu, Sukabumi, 99 batu berukuran berbeda bisa bertumpuk dengan rapinya beberapa waktu lalu.

Sayangnya, batu-batu yang rapi bertumpuk itu kini sudah dibongkar. Tetapi, bila ditelusuri lebih lanjut, perihal batu bertumpuk bukanlah fenomena yang terjadi baru-baru ini. Di dunia, banyak seniman yang menggeluti bidang ini dan menamai keseniannya dengan nama Rock Balancing. Sebut saja Michael Grab dan Kokei Mikuni.
Ragam Rock Balancing di dunia (Foto:Instagram @gravityglue)
Menyoal Rock Balancing, ada sebuah unsur yang digunakan dalam penyusunan bebatuan, yaitu zen.



Namanya memang sedikit asing di telinga masyarakat awam, tapi begitu populer di kalangan mereka yang aktif bermeditasi atau beryoga.
Sementara, zen menjadi hal perlu diketahui bila seseorang ingin mengenal Rock Balancing lebih dalam.

Zen merupakan kata dalam bahasa Jepang yang menjadi salah satu aliran Budha Mahayana. Bermula dari China, Zen diperkenalkan di Jepang pada abad ke-12. Selanjutnya zen memiliki sebuah pengaruh kultural yang begitu besar di masyarakat Jepang.

Lengkapnya Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen adalah bahasa Jepang yang berasal dari bahasa mandarin "Chan". Kata "Chan" sendiri berasal dari bahasa Pali "jhana" atau bahasa Sanskerta dhyana( ध्यान ). Dalam bahasa vietnam Zen dikenal sebagai “thiền” dan dalam bahasa korea dikenal sebagai “seon”.

Jhana atau Dhyāna adalah sebuah kondisi batin yang terpusat yang ditemui dalam meditasi. Meski secara semantik, kata Chan sendiri berasal dari kata ‘dhyāna’ (Sansekerta) atau ‘jhana’ (Pali). Zen tidak bertujuan pada pencapaian jhana. Ini sekadar menunjukkan bahwa ajaran Zen sangat menekankan pada aspek meditasi atau samadhi.



Aliran Zen dianggap bermula dari Bodhidharma. Ia berasal dari India dan merupakan murid generasi ke-28 setelah Mahakassapa (dalam Bahasa Pali; bahasa Sanskerta:Mahakasyapa). Sekitar tahun 520 dia pergi ke Tiongkok Selatan di kerajaan Liang. Dia kemudian bermeditasi selama 9 tahun menghadap dinding batu di vihara di Luoyang. Di sinilah juga dipercayai berdirinya vihara Shaolin. Aliran Zen asli kemudian diteruskan sampai ke generasi ke-6 Hui Neng. Setelah itu aliran Zen berpencar di Tiongkok, dan Jepang.

Selama duduk bermeditasi, biasanya kita mengambil posisi seperti posisi lotus, setengah lotus, Burma, atau postur seiza, dengan menggunakan dhyāna mudrā. Untuk mengatur pikiran, kesadaran diarahkan dengan menghitung atau mengamati napas, atau dimasukkan ke dalam pusat energi di bawah pusar.



Zen telah sangat mempengaruhi perkembangan seni bela diri seperti Kendo, Kyudo, Judo, Karate dan Aikido. Di Jepang kuno, Zen memiliki dampak besar pada prajurit Samurai, dan secara luas diadopsi sebagai agama resmi mereka. Samurai mencapai kesempurnaan dalam seni bela diri praktik Zazen. Praktik ini ideal bagi cara hidup Samurai karena menekankan pada diri ketenangan, kewaspadaan, dan kerelaan dalam menghadapi kematian. Bahkan dalam tingkat tertentu, Zen disebut agama Samurai. Pendekar besar Miyamoto Musashi dan beberapa 47 Ronin adalah pakar Zen.

Jadi kesimpulan dari Zen sendiri adalah sebuah keadaan ketika manusia terbebas dari gangguan. Saat itu, manusia sedang berada dalam kondisi tenang. Hal itu terjadi karena manusia melepaskan tekanan yang terjadi di sekitarnya. Manusia hanya fokus pada satu hal sehingga bisa merasakan kedamaian. Ketika kedamaian itu dirasa, maka manusia akan mengirimkan energi positif.



Seperti halnya meditasi, selama menyusun batu pikiran manusia haruslah fokus dan tenang. Manusia harus mengosongkan pikiran supaya batu tersebut bisa tersusun sempurna. Manusia akan fokus mencari cara bagaimana batu tersebut tidak runtuh dalam sekejap.



Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana batu bisa disusun dengan ilmu meditasi.

emoticon-Angel


https://www.demilked.com/gravity-glue-stone-balancing-michael-grab/

http://www.thisiscolossal.com/2012/12/balanced-rock-sculptures-by-michael-grab-rely-solely-on-gravity/
Diubah oleh .nona. 06-02-2018 04:28
0
27.2K
181
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.