KETERTIBAN di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya tak jauh dari Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, hanya seumur jagung.

Trotoar yang sempat tertib pada Kamis (1/2) malam, mulai Sabtu (3/2) kembali dipadati pedagang kaki lima (PKL). Puluhan PKL kembali berjualan karena kawasan itu sudah tak lagi dijaga Satpol PP.

Di trotoar depan Gedung Intiland, para PKL dengan tenang menggelar dagangan. Tiada raut wajah khawatir saat mereka menyiapkan lapak di sore hari. Sekalipun hampir separuh dari lebar trotoar diambil, mereka tetap anteng berjualan.

Sebuah mobil bak terbuka terparkir di situ. Penjualnya menjaja aneka sepatu kepada pejalan kaki yang melintas.

Meski demikian, mereka kini tak mau terlalu mencolok dalam berdagang. Mereka tak lagi memasang lampu di meja-meja lapak, hanya mengandalkan penerangan lampu jalan.

Namun, hal itu tak menyurutkan minat pejalan kaki untuk berbelanja di situ.

Meski dengan penerangan secukup­nya, mereka melihat-lihat barang dagangan, bahkan tak sedikit yang tawar-menawar.

Kepala Satpol PP Bendungan Hilir, Delki Siregar, menyebutkan pihaknya tiap hari menjaga kawasan itu setelah ramai jadi bahan pemberitaan di media massa.

Penjagaan dilakukan mulai pukul 17.00 WIB sampai pukul 21.00. Delki menekankan, selama dijaga, tidak ada PKL yang mencoba berdagang di atas trotoar. Faktanya, berdasarkan pengamatan Media Indonesia kawasan itu kembali dipadati PKL.

Sarang PSK
Sulitnya menertibkan PKL juga terjadi di sepanjang trotoar Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di trotoar sepanjang Stasiun Tanah Abang itu, saat malam tiba, dipenuhi tenda-tenda warung kopi dan jasa pijat.

Di sana juga berdiri para pekerja seks komersial (PSK) menjajakan diri mereka.

Camat Tanah Abang Dedi Arief Darsono menyebut pihaknya sudah berkali-kali menertibkan para PSK itu, termasuk keberadaan tenda-tenda semipermanen. Namun, mereka selalu kembali lagi saat Satpol PP tidak berjaga. “Kita sudah tertibkan bersama Dinas Sosial. Namun, namanya bandel, ya enggak kapok-kapok,” tandasnya.

Dedi menyebut pihaknya akan menghidupkan kembali operasi penertiban PSK dan tenda semipermanen bersama Dinas Sosial DKI Jakarta.

“Kita selalu gabungan dengan Dinsos. Kita bakal buat lagi untuk bulan ini,” ujar Dedi.

“Sekarang kita awasi dulu, deh yang PKL Jatibaru dari siang sampai pukul 18.00. Satpol PP juga pasti butuh istirahat,” tandasnya.

Macetkan jalan
Suasana tertib di kawasan Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, juga berumur pendek. PKL di kawasan itu kini merajai trotoar dan bahu jalan setelah sempat ditertibkan pada Selasa (23/1) silam.

Mulai Kamis (26/1), para PKL kembali menggelar dagangan mereka secara terang-terang­an. Jumlah mereka terus berangsur banyak hingga saat ini.

Para PKL itu merupakan pindahan dari lapak PKL di jalur kendaraan di depan Stasiun Jatinegara yang kerap menjadi sumber kemacetan.

PKL di bawah flyover Stasiun Jatinegara arah Pondok Kopi lebih banyak lagi jumlahnya. Area itu dipenuhi pedagang handphone bekas.

Para pembeli memarkirkan sepeda motor mereka di bahu jalan hingga akhirnya menyebabkan kemacetan.

Berjalan ke arah timur, para PKL mendirikan warung kopi seadanya dengan hanya dite­rangi lampu jalan.

Tak jauh dari situ, berdiri juga tenda-tenda pijat dan urut. Tak jarang usaha jasa pijat dan urut itu hanya menjadi kedok prostitusi terselubung. (J-1)

http://www.mediaindonesia.com/news/read/143925/anies-murah-hati-pkl-makin-berani/2018-02-05

2017-2022 MENUJU MASA KEGELAPAN JEKARDAH
MACET, SEMRAWUT PKL LIAR & BECAK, URBANISASI, PROSTITUSI PSK MENJAMUR, BANJIR, KORUPSI