Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara mencatat, Harga Batubara Acuan (HBA) Desember 2017 sebesar US$94,04 per ton atau merosot 0,8 persen dibandingkan bulan lalu, US$94,84 per ton.

Angka tersebut bisa dikatakan naik dibandingkan pada bulan Oktober 2017 yang mencapai nilai US$ 93,99 per ton.

Atas kenaikan tersebut berbagai pihak mengkritisi kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga batubara tersebut. Pasalnya, mereka menilai bahwa kenaikan HBA turut mengerek biaya listrik pada masyarakat.

Seperti kritik dari peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng, yang melihat bahwa kebijakan itu mencekik sebagian besar rakyat dan menguntungkan segelintir pengusaha besar di bidang batubara saja.

Namun sebenarnya apa yang dilakukan oleh pemerintah tidak sebagaimana yang dituduhkan Salamuddin Daeng. Kenaikan HBA dipengaruhi banyak faktor. Tidak semata karena kebijakan pemerintah saja.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi HBA di pasar internasional, seperti peredaran batubara dan tingkat kebutuhan negara-negara di Asean.

Misalnya kenaikan HBA akhir-akhir ini, hal itu dipengaruhi oleh peningkatan impor batubara oleh China. Sehingga laju peredaran di internasional makin sedikit.

Kemudian, juga dipengaruhi oleh kenaikan permintaan batu bara dari negara-negara ASEAN, khususnya Malaysia. Hal tersebut membantu harga batu bara untuk merangkak naik saat ini.

Sejauh ini, batu bara masih menjadi bahan penunjang utama sumber energi penghasil listrik di Indonesia, yaitu mencapai sekitar 60 persen. Maka memang diakui bahwa kenaikan HBA akan mempengaruhi harga listrik di masyarakat.

Namun hingga saat ini, pemerintah terus berusaha untuk mencari jalan alternatif agar terlepas jerat lingkaran tersebut. Pemerintah terus berkomitmen untuk mencari sumber energi yang lebih murah dan terjangkau.

Oleh karena itu, pembangunan Energi Baru Terbarukan menjadi prioritas utama. Hal itu agar ke depan, masyarakat bisa menikmati listrik yang lebih murah dan terjangkau.

Hal tersebut harus kita pahami bersama agar tidak menjadi gagal paham soal sumber energi dan kelistrikan di Indonesia.

Ke depan kita harus dukung pemerintah agar bisa menyelenggarakan listrik yang murah untuk rakyat. Tentu, agar kesejahteraan rakyat bisa terwujud secara merata sesuai cita-cita nasional.